Polisi tidur memang menjadi persoalan yang nggak pernah terselesaikan dan menemukan titik tengah. Masih banyak peletakan polisi tidur yang kurang tepat hingga konstruksinya yang asal jadi. Tapi tidak adil rasanya jika tidak melibatkan Pogung (Yogyakarta) dalam pembahasan soal polisi tidur yang membuat pengendara geleng-geleng kepala.
Pogung memang selalu menjadi bahasan yang menarik jika membicarakan gang dan jalan. Lingkungan yang padat perumahan tanpa dibarengi penataan yang rapi membuat Pogung seolah merupakan Benteng Takeshi versi mini.
Labirin gang dengan portal yang menutupnya tak lebih baik dari rintangan Honeycomb Maze. Jika tak hafal jalan, bisa jadi tersesat di labirin tak berujung ini. Suatu kali kawan saya yang baru pindah ke Pogung baru bisa pulang ke kontrakan nyaris subuh setelah terjebak di labirin ini semenjak tengah malam.
Tak hanya gang berportal yang membuat siapapun yang melewati Pogung mengelus dada. Puluhan polisi tidur yang bikin kendaraan gronjalan merupakan rintangan yang tak terelakkan. Pogung memang kawasan padat penduduk, tapi seperlu itukah setiap persimpangan diberikan polisi tidur? Toh urusan ngegas kendaraan itu tergantung kesadaran pribadi. Buktinya dengan banyaknya polisi tidur yang berjajar masih banyak saja yang nekat menggeber kendaraannya.
Sarana ketangkasan pengendara
Selain jumlahnya yang puluhan, polisi tidur di Pogung konstruksinya nggak semuanya bagus. Ada yang sekadar cor asal berbentuk gundukan, cor ditutup paving, maupun yang memang didesain dengan baik. Namun yang konstruksinya baik pun memiliki ketinggian yang melatih ketangkasan pengendara.
Sebagai gambaran saja, ada polisi tidur yang bahkan ketika motor dituntun pun masih gasruk ke mesin. Apalagi kalau naik motor matic yang rendah, auto bisa pretel kalau bolak-balik lewat.
Dengan polisi tidur yang semacam itu rasanya ujian SIM yang sulit itu ada faedahnya juga. Ketangkasan pengendara benar-benar diuji jika ingin selamat sampai tujuan. Kalau tidak, jelas bisa babak bundas tergelincir di rintangan ini. Begitu pula dengan upaya penyelamatan kendaraan agar tidak rusak begitu saja.
Mirip rintangan terakhir dalam Benteng Takeshi untuk menjaga kendaraan agar tetap utuh. Polisi tidur Pogung merupakan manifestasi yang nyata adanya. Salah sedikit memosisikan kendaraan atau mengatur kecepatan, kendaraan kesayangan kita bisa ringsek seketika.
Saya sendiri pernah berjuang melewati rintangan ini, melawan sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya. Tapi nyatanya knalpot motor saya masih bisa bocor akibat benturan terus-menerus. #mdrcct
Sudah cukup dengan banyak portal
Urusan portal-memortal tentu Pogung juaranya. Ini pula yang membuat Pogung terkenal sebagai labirin yang sulit terpecahkan bagi orang baru. Semacam labirin misteri yang bikin merinding begitu memasuki. Tapi kalau sudah tahu jalan keluarnya tidaklah menjadi masalah yang berarti.
Namun beda ceritanya kalau labirin yang rumit ini memiliki rintangan lain. Bagaimana bisa tenang mencari jalan keluar kalau mau ngegas dikit sudah melewati gronjalan? Belum lagi kalau melewati semua rintangan ini di malam hari yang gelap dan sepi. Bagi yang iman dan mentalnya tidak kuat bisa langsung benar-benar tersesat. Menyerah dan kalah.
Lalu dari arah tak terduga muncul suara, “Lihat bodoh sekali dia yang mulia,” kalimat khas ajudan Yang Mulia Takeshi. Auto lemes seluruh tubuh.
Tersesat dengan penuh cobaan
Betapa kasihannya bagi siapapun yang tersesat di labirin Pogung sambil menghadapi rintangan polisi tidur. Mungkin langkah satu-satunya adalah menghubungi bantuan kawan terdekat atau numpang nanya ke Aa’ Burjo. Namun malam tetap jahanam bagi siapapun yang belum mengenal jalanan Pogung. Mereka bisa auto jumping kalau asal gas dan lepas kopling.
Mungkin ada baiknya jika dibuat papan informasi jalur mana saja yang bisa dilalui di Pogung ketika portal telah terkunci. Informasi ini bakal menjadi penolong bagi mereka yang tersesat, khususnya di malam hari. Mungkin Google Maps bisa menjadi pertolongan pertama, namun dalam situasi tertentu tak ada yang bisa menebak kapan hape kita mati atau kuota habis dalam keadaan kritis.
Perihal polisi tidur yang melintang dengan berani di beberapa lokasi, tidak ada yang bisa mengendalikannya selain warga setempat sendiri. Apalah daya warga pendatang yang hanya bisa menggerutu dan protes dalam hati. Malah beberapa waktu yang lalu dibangun lagi polisi tidur di beberapa titik lokasi.
Sungguh membagongkan, tapi inilah realita Benteng Takeshi versi mini di Yogyakarta.
Editor: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul: google/maps