Gadis Kretek (2023):  Mencari Jeng Yah, Menguak Masa Lalu

Bagi yang belum pernah membaca novelnya mungkin akan sedikit kebingungan saat menontonnya mengingat Gadis Kretek menggunakan alur campuran seakan-akan kita diajak Lebas untuk mencari sosok Jeng Yah yang sudah lama didambakan Soeraja tua.

Tahun 2001, hidup Soeraja tua (Pritt Timothy) semakin di ujung tanduk. Ia terus memanggil nama Jeng Yah (Dian Sastrowardoyo), hingga membuat istrinya, Purwanti tua (Tutie Kirana) jengkel setiap kali mendengar nama Jeng Yah.

Hal itulah yang membuat Lebas (Arya Saloka) memutuskan untuk memulai perjalanan ke kota M untuk mencari sosok bernama Jeng Yah berbekal surat peninggalan Jeng Yah yang disimpan di ruang kerja ayahnya. Di tengah pencarian informasi tentang Jeng Yah di Museum Kretek, Lebas bertemu dengan dr. Arum Cengkeh (Putri Marino) yang merupakan seorang dokter sekaligus kerabat dari keluarga Jeng Yah. Baik Lebas maupun Arum mulai bekerja sama mencari tahu bagaimana hubungan antara Jeng Yah dengan Soeraja di masa lalu.

Kemudian cerita mundur ke tahun 1964 ketika Jeng Yah, putri pertama Idroes Moeria (Rukman Rosadi) dan Roemaisa (Sha Ine Febriyanti) berambisi ingin menjadi peracik saus kretek. Namun ia kerap kali diremehkan karena ia lebih baik tetap di dapur.

Hal itu tidak menghentikan ambisi Jeng Yah untuk menjadi peracik saus kretek. Saat ia dan ayahnya pergi ke pasar untuk keperluan bisnis kretek, Jeng Yah bertemu dengan seorang pria misterius yang ternyata adalah Soeraja muda (Ario Bayu). Lalu Jeng Yah mengajak Soeraja untuk bergabung ke pabrik kretek Idroes Moeria. 

Awalnya hubungan mereka sebatas pegawai dan anak pemilik pabrik kretek, tapi seiring berjalannya waktu hubungan mereka mulai saling cinta. Akan tetapi hubungan mereka mulai sedikit goyah ketika sebuah peristiwa menghampiri kota M pada pertengahan tahun 1960-an.

Bagaimanakah hubungan Soeraja muda dan Jeng Yah setelahnya? Apakah Lebas dan Arum bisa menemukan keberadaan Jeng Yah?

Serial Gadis Kretek baru saja dirilis pada 2 November 2023 di Netflix. Serial yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Ratih Kumala ini disutradarai oleh duet Kamila Andini dan Ifa Isfansyah dalam lima episode. Sejak awal dirilis, serial ini berhasil duduk di posisi pertama pada Top 10 TV Show di Netflix Indonesia.

Selain itu, serial Gadis Kretek juga mengambil pendekatan berbeda dari versi novelnya. Bila versi novelnya berfokus pada persaingan pabrik kretek di kota M, maka versi serialnya berfokus pada hubungan antara Soeraja (dibaca Suraya) dengan Jeng Yah di tengah perjuangan Jeng Yah menjadi peracik saus kretek perempuan.

Ada beberapa perubahan antara versi serialnya dengan versi novelnya. Pada versi novelnya ketiga anak laki-laki Soeraja, yakni Tegar, Karim, dan Lebas melakukan perjalanan ke kota M untuk mencari Jeng Yah. Sedangkan pada versi serialnya hanya Lebas saja yang pergi ke kota M.

Selain itu perbedaan lain terletak pada pekerjaan Lebas. Di versi novelnya Lebas merupakan seorang sutradara, sedangkan di versi serialnya tidak dijelaskan seperti apa pekerjaan Lebas. Lalu karakter Arum di versi novelnya digambarkan sebagai seorang gadis, tapi di versi serialnya diceritakan sebagai seorang dokter.

Selain itu ada perubahaan nama karakter; yaitu Sentot, tentara sekaligus putra dari pemilik Kretek Boekit Klapa yang diganti namanya menjadi Seno Aji di versi serial Netflix.

Serial Gadis Kretek telah melakukan transisi dari versi novel ke versi serial. Selain itu, akting apik Dian Sastrowardoyo dan Ario Bayu juga berhasil menghidupkan karakter Jeng Yah dan Soeraja muda, ditambah Arya Saloka yang berhasil memerankan Lebas yang memiliki jiwa bebas tapi rasa keingintahuan yang tinggi.

Penonton juga dimanjakan dengan sinematografi Kota M yang sunyi tapi penuh hidup dengan berjalannya pabrik kretek pada era 60-an. Ada juga gawai maupun teknologi yang mendukung suasana tahun 2001 seperti seperti sistem operasi Windows XP pada komputer admin Museum Kretek, pager, Nokia seri 9210 yang dipakai Lebas juga membuat penonton bernostalgia akan indahnya masa-masa tahun 2001.

Lebih lanjut, serial ini juga sedikit membahas sebuah peristiwa yang terjadi pada pertengahan era 60-an, yaitu peristiwa 1965. Peristiwa itu rupanya menyebabkan Jeng Yah dan keluarganya dituduh sebagai simpatisan sebuah partai yang dilarang, sehingga dicap sebagai tahanan politik.

Akibatnya, Jeng Yah mengalami trauma, sehingga mimpinya hancur karena peristiwa itu. Selain itu, peristiwa itu juga berimbas kepada adik Jeng Yah, Rukayah (Tissa Biani pada 1964, Nungki Kusumastuti pada 2001) yang juga memiliki luka batin hingga sekarang karena peristiwa itu.

Bagi yang belum pernah membaca novelnya mungkin akan sedikit kebingungan saat menontonnya mengingat Gadis Kretek menggunakan alur campuran seakan-akan kita diajak Lebas untuk mencari sosok Jeng Yah yang sudah lama didambakan Soeraja tua.

Namun sedikit demi sedikit, penonton mulai mengumpulkan semacam hint mengenai hubungan Soeraja dengan Jeng Yah di masa lalu. Di sisi lain, penonton diajak seolah-olah melakukan perjalanan waktu ke pertengahan era 60-an untuk menyaksikan kejayaan industri kretek Indonesia pada masa itu. Adapun lagu Kala Sang Surya Tenggelam yang dinyanyikan oleh Nadin Amizah menambah unsur magis dalam serial ini.

Judul Film: Gadis Kretek
Tahun: 2023
Durasi: 44-45 menit (5 episode)
Sutradara: Kamila Andini & Ifa Isfansyah
Penulis: Tanya Yuson, Ratih Kumala, Ambarizki Ramadhantyo, Kanya Priyanti
Produksi: BASE Entertainment, Fourcolours FilmsNegara: Indonesia
Network: Netflix
Pemeran: Arya Saloka, Putri Marino, Ario Bayu, Dian Sastrowardoyo, Ibnu Jamil, Tissa Biani, Sha Ine Febriyanti, Sheila Dara Aisha, Winky Wiryawan, Dimas Aditya, Rukman Rosadi, Verdi Solaiman, Pritt Timothy, Nungki Kusumastuti

Editor: Agustinus Rangga Respati
Foto sampul: Netflix Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Article

Menyelami Condongcatur Melalui Pameran Seni 'Tur Berbisik'

Next Article

Menengok Pameran Anak Saba Sawah: Biennale Jogja 2023

Related Posts