Tour Mustajab, Kerinduan yang Disambut Fajar Merah

Penampilan Fajar Merah dalam tour Mustajab dikemas lewat dialog seperti sahabat yang sudah lama tidak berjumpa karena kondisi yang memaksa mereka menjadi begitu.


Kapan terakhir kalian menonton konser? Apakah itu salah satu band favorit kalian? Sudut Kantin Project beruntung menjadi penonton sekaligus meliput perjumpaan awal yang diselenggarakan oleh Stonespace. Kali ini mereka berkolaborasi dengan Fajar Merah sebagai penampil tunggal. Konser yang berlangsung di Stonemilkerward Yogyakarta (26/6) ini merupakan rangkaian ibadah tour terakhir Mustajab Saja 2021 Fajar Merah. Dia sekaligus membawakan dua single terbaru berjudul Puisi untuk Adik dan Ucapkan Kata-katamu.

Walaupun ada beberapa batasan untuk menggelar konser, tetapi tidak menciutkan nyali orang untuk sekadar melepas rindu dengan idolanya. Tentu saja dengan tetap mengindahkan protokol kesehatan. Tour ini digelar di 8 kota di Jawa. Namun, ada beberapa kota yang batal karena situasi dan kondisi yang tidak terbaca.

Saat tiba di tempat acara, saya dan teman disuguhi dengan lagu Queen yang berjudul Cant’t Stop Me Now. Sebelumnya kami sudah menanyakan jam berapa acara dimulai pada seorang teman yang menawari kami meliput acaranya. Sambil menunggu acara dimulai, saya memesan menu rekomendasi dari Stonemilkerward bernama Unicorn Tears, rasanya seperti menghisap permen Nano-nano

Sebelum akhirnya acara dimulai, pembawa acara menceritakan alasan tour Mustajab ini dibuat. Melalui tour ini, Fajar Merah dan Stonespace memberanikan diri untuk menggelar konser di situasi yang sedang tidak baik-baik saja. Pesannya agar kita tetap tenang dalam menyikapi penderitaan yang tidak kunjung selesai. Fajar Merah membawakan total 11 lagu termasuk 2 single terbarunya.

Lagu pertama diawali dengan Intuisi. Lagu ini sebenarnya sudah ditulis sejak 2012, tetapi hanya dapat didengar di Soundcloud, salah satu platform musik oldskool. “Senang sekali membawakan lagu ini,” ucap Fajar Merah sembari memetik gitarnya. 

Lagu kedua adalah Ilusi. Lamunan gitar yang dimainkan seperti mengajak saya menuju dunia imajinasi dengan suara Fajar Merah yang berbisik meminta untuk mencari diri kita sendiri. Tidak lupa lagu Apa Guna dan Kebenaran Akan Terus Hidup juga menghangatkan penonton di tengah kota yang dingin. 

Single yang berjudul Puisi untuk Adik ditulis oleh Ayahanda, Wiji Thukul. Lagu ini dipilih karena dapat mempresentasikan dirinya sebagai adik dari suatu zaman. “Sepertinya aku merasa berada di posisi menjadi sesosok adik dari sebuah zaman. Akhirnya puisi itu bisa saya presentasikan sebagai apa yang terjadi saat ini,” ucap Fajar Merah. 

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa kondisi memang sedang tidak baik-baik saja. “Bagaimana saya menyikapinya sebagai seorang adik dari sebuah zaman itu tadi, bahwa yang bisa saya lakukan adalah berusaha terus mencari celah untuk bisa bertahan hidup. Poinnya, kita bahagia melakukan itu dan memaknai setiap pekerjaan dengan sukacita,” tegas dia.

Dilanjutkan single baru kedua yang berjudul Ucapkan Kata-katamu. Kali ini Fajar Merah berduet dengan Bagus Dwi Danto. Pembagian suara mereka menyentak dengan lembut, mengingatkan saya pada celetukan yang diucapkan Fajar Merah. “Menikmati kopi yang manis di tengah hidup yang pahit,” katanya.

Lagu terakhir yang dibawakan berjudul Kidung Harapan. Sebuah lagu yang diaransemen oleh Setiawan Selo yang dikenalnya lewat Danto. Eh, tak dinyana ternyata itu bukanlah lagu terakhir. Bunga dan Tembok menjadi lagu penutup yang dinyanyikan dengan haru tetapi semangat bersama penonton untuk menyikapi kondisi saat ini.

Sungguh menawan penampilan dari Fajar Merah malam itu. Sungguh energi yang dapat diresapi dari kerinduan dan rasa kangen menonton konser. Penampilan dikemas lewat dialog seperti sahabat yang sudah lama tidak berjumpa karena kondisi yang memaksa mereka menjadi begitu.

Satu hal yang saya sesalkan dari menonton acara itu. Saya lupa berfoto dengan idola saya Mas Fajar!!!

 

Editor: Agustinus Rangga Respati

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Article

Sajak Penghujung Juni; Kumpulan Puisi Azman Hassam

Next Article

Origami Sepasang Burung; Kumpulan Puisi Dhery Ane