Tentang Cinta: Kumpulan Puisi Antonius Wendy

Kumpulan puisi ini: Kondom AjaibTentang Cinta, juga Nyamuk dan Sayapnya ditulis oleh Antonius Wendy. Seorang muda yang menyukai sastra dan sedang belajar Bahasa Inggris di Universitas Widya Dharma Pontianak.


Kondom Ajaib

Sepasang anak muda sedang ciuman ganas di ranjang
Lalu saling melepas pakaian dengan membabi-buta
“Ayo cepat, nanti keburu ketahuan oleh ibu kos
Jadi sebaiknya kita setel musik keras saja.”

Kemudian yang laki bilang, “Maaf dek,
Aku gak ada kondom. Aku masukin ya?”
Sembari membuka selangkangan
Dengan kejantanan yang menantang maut

Tapi si cewek menjawab, “Bang, tapi…
Gak ada kondom juga gak apa.
Tubuhku adalah kamar bagi sperma Abang yang sakral.
Aku berjanji akan menjadi seorang Ibu dalam suka-duka.”

Eh, tiba-tiba saja, yang laki diam seribu bahasa
Lalu, tanpa badai, tanpa hujan, tanpa angin
Tiba-tiba saja ada secarik kondom di tangan sang laki
“Maaf dek, Abang lupa ada bawa kondom,” katanya.

Tentang Cinta

/1/
Aku sungguh lebih percaya
Mereka yang bilang cinta karena dari mata
Daripada yang bilang cinta karena dari hati

Sebab yang bilang cinta dari mata
Biasanya ujungnya turun ke hati
Sedangkan yang bilang cinta dari hati
Biasanya ujungnya turun ke kelamin

/2/
Adakah cinta yang lebih tak bisa dimengerti
Dibandingkan film-film hollywood
Yang tiba-tiba saja muncul pistol entah dari mana

Adakah cinta yang lebih tak bisa diprediksi
Dibandingkan sinetron dalam negeri
Yang entah bagaimana ada pesan azabnya

Adakah cinta yang lebih sulit dipahami
Dibandingkan karya puisi dan kopi
Yang di mata kekasih terasa seperti teka-teki
Padahal aku sudah muak dengan semua kode
Oh Tuhan, berilah aku kekasih penyair
Yang sederhana saja kalau menulis puisi

Nyamuk dan Sayapnya

“Lihat, kita punya sayap!” ujar seekor nyamuk
pada kawan mainnya. Dikepaknya sayap
sambil berdesing di halaman beranda siang.
“Akan kita apakan sayap kita?”

“Maukah kita seperti burung yang mengangkasa,
membelah udara dan menggulung cuaca,
serta membawa pulang keping-keping senja
untuk memoles kita dalam sinarnya?”

“Atau, maukah kita seperti kupu-kupu
di taman yang menidurkan matahari,
mengitari bunga-bunga jelita
pada bumi yang berlagu ceria serta gulana?”

Keduanya sama-sama menolak.
“Kita terlalu kecil untuk hal-hal indah!”

Kemudian mereka menjelajahi ruang demi ruang
dan sampai juga pada seorang manusia
yang sedang tidur lelap di atas pangkuan sunyi.
Alangkah tergodanya mereka.

“Nah! Ini tempat sempurna!” begitu ujar mereka
sambil terbang mengitari lubang telinga.

(2020 – 2022)


Penyelaras aksara: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul: Akwila Chris Santya Elisandri

1 comment
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Article

Wawancara Bersama Gede Robi: Menanam Harapan dalam Gaung Musik Navicula

Next Article

Album 'Penyendiri' Misellia Ikwan: Introverts Diary