Bagi sebagian anak muda, mungkin thrifting adalah gaya hidup yang edgy dan penuh gengsi. Tapi tidak semuanya melakukan hal itu karena gaya semata. Tampaknya, thrifting kini telah menjadi budaya yang menjamur. Berbelanja barang bekas dengan berbagai dalih menjadi pilihan daripada membeli produk baru. Alasan seperti tidak mau menambah sampah dengan membeli barang baru, murah, maupun sudah langkanya barang sasaran seringkali mengafirmasi pilihan ini.
Meskipun demikian, alasan-alasan di atas biasanya hanya dipakai kalangan menengah ke atas buat melakukan thrifting. Justru di lapisan masyarakat kelas UMR pas-pasan, beli barang bekas bisa jadi bukan lagi pilihan. Bisa jadi ini merupakan satu-satunya cara mereka mendapatkan barang dambaan dengan standar harga di bawah rata-rata. Terma nge-thrift ataupun thrifting, menjadi suatu istilah yang jauh dari aktivitas mereka berbelanja barang bekas, yang ada adalah aktivitas awul-awul alias sowan klithikan.
Penyelamat Gaya bernama Pasar Senthir
Sulit rasanya untuk kalangan sederhana (baca: susah) macam saya berbelanja dengan santai di mall atau pusat perbelanjaan. Ada rasa minder dan takut setiap kali melihat label harga yang terpampang di tiap sudutnya. Tentu ketakutan itu bersumber dari kantong yang tipis dan kembang kempis. Bagaimana mau bisa comot sana-comot sini pakaian idaman jika buat makan saja masih kelabakan.
Nah, untungnya pada suatu hari kawan saya mengajak untuk berkunjung ke Pasar Senthir. Pasar yang terletak di sekitar Jalan Malioboro bagian selatan atau lebih tepatnya di sebelah persis Pasar Beringharjo ini seolah menjadi penyelamat gaya. Berbagai jenis pakaian tersedia di sini. Para pelapak dan penjual berjajar dengan rapi menjajakan dagangannya. Ini bisa menjadi pilihan alternatif yang memungkinkan anak rantau dengan kantong tipis memiliki pakaian yang keren dengan harga miring.
Kisah penyelamatan gaya melalui jalur awul-awul ini juga pernah dialami kawan saya. Sampai beberapa hari sebelum diwisuda, ia tak memiliki setelan jas yang tepat untuk prosesi wisuda. Barangkali hanya ada jas almamater dan beskap di lemarinya. Walhasil ia akhirnya berhasil menggaet jas yang cocok setelah bergelut dengan jajaran pakaian awul-awul di Pasar Senthir.
Dan alhamdulillah, di foto wisuda ia nampak keren dengan setelan jas yang bahkan ia sendiri tidak tahu siapa pemiliknya dahulu. Barangkali bekas milik pejabat, pengusaha, ataupun pemuka agama. Siapa tahu? Mengutip FSTVLST secara serampangan, “Pasar Senthirlah yang menyelamatkan”, barangkali menjadi ungkapan yang tepat untuk menggambarkan pengalaman ini.

Harta Karun di Lapak Sederhana
Setiap lapak di Pasar Senthir selalu menjajakan barang yang tak biasa. Untuk urusan pakaian saja saya pernah menemukan awul-awul seragam ormas hingga BEM. Entah darimana saja para pedagang ini mendapatkan barang dagangannya. Mungkin memang ada alumni ormas atau BEM yang kepepet dan menjual pakaiannya ke Pasar Senthir. Atau bisa jadi dari laundry yang belum diambil selama 6 bulan atau sisa barang kos yang mangkrak dan dijual penjaganya.
Di samping itu, sebagai tukang bikin atau penata artistik pertunjukan seringkali saya datang ke Pasar Senthir untuk mencari barang pelengkap pertunjukan. Saya percaya Pasar Senthir selalu menyembunyikan harta karun yang mengagumkan. Tidak sekali dua kali saya menemukan barang-barang di luar nalar di sini. Mulai dari aksesoris antik, senjata unik, hingga kostum bernuansa gothik bisa ditemukan kalau mau berburu dengan serius. Dan ya tentu saja, untuk urusan harga bisa dikompromikan dengan penjualnya. Tentu ini menjadi angin segar yang melegakan.
Untuk urusan barang antik sendiri, banyak sekali pedagang yang melapak di Pasar Senthir. Ini juga yang menjadi jujugan alias destinasi wisata barang antik untuk wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta. Tak ayal bagi sebagian wisatawan, Pasar Senthir merupakan salah satu destinasi belanja yang tidak boleh dilewatkan begitu saja.
Tempat Vakansi Alternatif di Tanggal Tua
Baru buka ketika matahari mulai tenggelam, Pasar Senthir merupakan destinasi wisata yang murah meriah. Cocok untuk kalangan kantong cekak di tanggal tua. Untuk pasangan muda-mudi yang bingung pengen kencan tetapi sedang frugal month (atau sebut saja bokek) Pasar Senthir dapat menjadi salah satu alternatif yang masuk akal untuk dikunjungi.
Tidak perlu membawa uang banyak-banyak. Cukup berjalan-jalan, berkeliling sambil memilah dan memilih barang-barang lucu serta unik tentu dapat menjadi pengalaman yang menyenangkan untuk sepasang kekasih. Tentu akan menyenangkan, menikmati malam minggu nan syahdu dengan kekasih dan akhirnya menemukan barang incaran. Pasti akan menjadi kenangan yang mengesankan untuk masa depan.
Editor: Michael Pandu Patria
Foto sampul: Ahmad Radhitya Alam
