Bunga-Bunga Bermekaran Menyambut Kembalinya Car Crash Coma

Alami berbagai intrik dalam perjalanan, Car Crash Coma terlahir kembali di panggung Lustful Echoes helatan Perintis Dead.

Perjalanan yang ditempuh manusia dalam hidup sering kali tidak sesuai ekspektasi. Jalanan berlubang, dinginnya hujan, dan teriknya panas membersamai tiap perjalanan yang ditempuh. Begitu pula yang dirasakan berbagai musisi yang sedang memulai maupun mempertahankan karir dan karya mereka. Barangkali, hal tersebut dialami sekelompok pemuda Kota Bengawan yang tergabung dalam band Car Crash Coma (CCC).

Are we sounds too old for your modern-days rock n roll playlists? Begitulah CCC mendeskripsikan diri sendiri dalam profil Spotify mereka. Pendengar diberikan ruang untuk menginterpretasikan sendiri nyawa yang ada dalam tiap karya band tersebut. Lahir di Solo yang menjadi rumah berkembangnya banyak grup musik metal, cadas, dan rock n’ roll, CCC hadir menjadi salah satu warna baru di antara yang lain dengan membawa genre alternative rock dan lirik penuh emosional.

Seperti yang telah digambarkan sebelumnya, Car Crash Coma mengalami berbagai intrik dalam perjalanan mereka sebagai sekelompok musisi lokal. Setelah sempat tertidur beberapa bulan yang lalu, CCC seolah terlahir kembali merekahkan bunga yang hampir layu dengan beraksi di panggung Lustful Echoes helatan Perintis Dead.

Bahkan, sehari sebelum beraksi mereka merilis single baru bertajuk Binar Sinar Rembulan. Sebuah gebrakan baru yang dibuat oleh band ini dengan mengeluarkan karya berbahasa Indonesia. CCC bertekat membayar lunas rasa rindu pendengarnya yang telah menanti kehadiran karya mereka setelah hiatus beberapa bulan.

Tampil sebagai band kedua yang beraksi sebelum penampil utama yaitu Sajama Cut, Car Crash Coma yang dinahkodai oleh Dandy membawa beberapa rekan untuk mengisi posisi yang sebelumnya kosong di band mereka.

Penampilan dibuka dengan What If I Leave You Again? yang membuat penonton menganggukkan kepala sembari menghentakkan kaki mereka diiringi ritme drum yang nge-beat abis. Lagu ini membawa pesan penegasan untuk suatu hal yang sudah tidak bisa lagi diperbaiki.

The sun is set / Can you see me so upset?

Tiap kesabaran ada batasnya dan akan muak saat menemui titik terlelahnya. Lagu ini menjadi pesan tersendiri bagi mereka yang terjebak dalam sebuah toxic relationship untuk segera menyudahi apa yang menjadi duri di dalam daging selama ini. Meski berat, seiring berjalannya waktu akan ada masa di mana, this pain will fading away. Menghilang bersama sisa-sisa yang ditinggalkan. So, what if i leave you again?

Aksi panggung Car Crash Coma (dok.Hasan Daffa Abdillah)

Kembalinya Car Crash Coma ke panggung musik rock, disambut meriah oleh penonton yang hadir. Hadirnya CCC tentu saja menjadi penghibur sekaligus penguat bagi mereka yang sedang merasakan sebuah kehilangan. Halaman belakang Suaka Coffee menjadi saksi bisu berkumpulnya “wong-wong kalahan”, baik yang merayakan kembalinya CCC maupun menghibur perasaan mereka. Emosi-emosi yang terpendam selama ini dilampiaskan dengan bernyanyi lantang melantunkan tiap lirik-lirik emotive lagu Car Crash Coma, salah satunya Perfume.

I smell something, not so strange / A fragrance, that not so much change.

Manusia mudah mengingat sebuah kenangan dalam dengan indera pendengaran dan penciuman. Dengan indera penciuman, manusia dapat mengingat wangi sebuah parfum. Bayangkan, kamu tiap hari bersama seseorang dengan wangi parfum yang sudah melekat di memori bawah sadarmu. Lalu, ada suatu waktu orang tersebut menghilang bak ditelan bumi namun wangi parfumnya masih tertinggal dalam ingatan kolektif kita. Wangi yang tak asing, dari orang yang sekarang menjadi asing.

Selanjutnya, CCC membawakan Smoke Break Rendezvous dan mengajak penonton untuk sedikit mendambakan sebuah pertemuan dengan orang di masa lalu. Menepis segala ketidakmungkinan untuk sejenak berharap akan adanya perjumpaan kembali.

Narasi-narasi menyedihkan yang dibalut dengan musik yang menyenangkan membawa penonton sing along sepanjang lagu ini dimainkan. Merekam kembali ingatan tentang sebuah hubungan yang sudah rapuh, membuat perasaan campur aduk tak karuan.

I’ll eat my sins, since the day / I put you on the dust bin
If it means that I should wait / Then I’ll wait

Bait pertama mengutarakan sebuah pengikhlasan, lalu dihantam kembali dengan memori-memori masa lalu yang membuka kembali pengharapan dalam lirik-lirik selanjutnya. Lapang dada menjadi salah satu pelajaran tersulit yang dihadapi banyak manusia sepanjang hidup. Namun, sejatinya ikhlas bukanlah sebuah tugas, dan bukan juga sebuah hal yang perlu dikejar. Pengikhlasan merupakan proses berpikir manusia untuk melakukan penerimaan sepenuhnya.

Alih-alih terjebak dalam kesedihan yang mendalam, ada baiknya menikmati tiap rasa sakit yang diterima. Penerimaan terhadap rasa sakit dalam sebuah perjalanan merayakan patah hati, perlahan akan merekahkan rasa ikhlas itu sendiri. Setidaknya itulah yang ingin disampaikan CCC secara tersirat dalam lagunya Smoke Break Rendezvous.

Tak ketinggalan, sad-song lainnya yaitu Parting Gift. Mengisahkan pengalaman pribadi dari vokalisnya sendiri yang ditinggal menikah oleh mantan kekasihnya. Berkarya rupanya menjadi salah satu terapi yang dijalankan oleh beberapa orang untuk berdamai dengan keadaan mereka. Menuangkan emosi-emosi negatif melalui karya musik menjadikan sebuah ketenangan sendiri di tengah pikiran yang sedang kalut.

Momen crowdsurfing bersama Car Crash Coma (dok.Hasan Daffa Abdillah)

Malam itu menjadi pertunjukkan pertama Car Crash Coma membawakan single baru mereka yang berbahasa Indonesia, Binar Sinar Rembulan. Suatu hal baru yang cukup berani coba ditunjukkan CCC dalam rangka kembalinya mereka ke scene musik lokal kota Bengawan. Pendengar yang familiar dengan lagu-lagu berbahasa Inggris mereka, dihadapkan dengan salah satu nyawa baru dari CCC. Namun, kembalinya mereka dengan formasi personil baru dapat dengan keren menampilkan Binar Sinar Rembulan dengan mempesona. Kabarnya, beberapa bulan ke depan mereka juga akan merilis karya-karya baru mereka lainnya.

Kepala di kaki, kaki di kepala. Kiranya begitulah penggambaran crowd pada malam itu. Penonton berloncatan kesana kemari melakukan crowd surfing dan stage diving. Kepulan asap rokok dan hawa panas yang menyelimuti sekitaran halaman belakang Suaka Coffee, tak lagi menjadi penghalang bagi kebanyakan orang malam itu untuk menyambut lahirnya kembali Car Crash Coma.

Penampilan Car Crash Coma ditutup dengan sing along, single Bloom As You Please yang disambut meriah penonton dengan bersorak dan membopong tubuh si vokalis untuk stage diving di sekeliling stage. Dengan membawakan Bloom As You Please sebagai penutup, CCC berhasil merekahkan kembali bunga-bunga yang sempat layu di perjalanan karya mereka.

Wherever you go, just bloom as you please.


Editor: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul: Hasan Daffa Abdillah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Article

Merawat Bahasa, Meruwat Kata: Resensi Buku 'Bahasa! Kumpulan Tulisan di Majalah Tempo'

Next Article

Pengalaman Menemukan 'Harapan' The Cottons, Pasca Menginjak Garis Kedewasaan