Tak seorangpun bisa memilih dan membuat keputusan untuk menentukan rahim mana yang akan ia singgahi sebelum akhirnya membuka mata dan mendengar nyayian-nyayian dunia. Pun begitu, kita perlu sadari bersama bahwa pilihan untuk melanjutkan perjalanan ini ada di tangan kita sendiri.
Menyerah tak mesti berarti kalah, sudah, atau apalah. Melanjutkan bisa jadi hanya percobaan untuk melampaui batas ketakutan akan masa depan. Sama saja bukan, lalu kenapa masih berpikir untuk ….
Nggak apa merasa nggak beruntung, nggak apa merasa nggak sempurna, nggak apa kalau ingin menangis, nggak apa kalau mau cerita lelahnya, nggak apa kalau merasa gagal, nggak apa, nggak apa, nggak apa….
Sampai sini, seberapa banyak luka dan lara yang sudah kau rasa teman?
Resapi, rasakan. Denyut nadimu bergulir bukan tanpa alasan. Keputusanmu untuk tak menghentikannya secara sembarang juga adalah bagian dari pilihan. Lanjutkan! Malam panjang nan sunyi itu tak selalu menakutkan. Mungkin hari ini terasa kelam, tapi bisa jadi esok lebih kelam, atau malah sedikit ada remang cahaya harapan.
Aku, kamu, kita tak pernah tau, hanya melakukan, menjalani dengan keyakinan.
Tujuh hari lalu, getaran pemberitahuan ponsel mengejutkan. Seorang pemuda asal Klaten yang sedang berjuang melewati tahun paling menyenangkan dalam hidupnya mengirim sekumpulan lagu yang telah ia rilis menjadi EP bertajuk Berama.
Berisi lima lagu, dengan judul-judul yang termuat di dalamnya mulai dari “Pulang”, “Dasawarsa/Dekade”, “Dan Aku Hanya Ingin Kau Tahu”, “Kita Menari di Bawah Purnama”, dan “Nirwana”. Folks!
Nyanyian sendu dan petikan gitar itu mampu membuatku terhanyut. Ini sih bukan soal skill, tapi tentang rangkuman rasa dan kecakapannya merangkai isi hati menjadi lirik. Satu dari sekian cahaya yang membuat Klaten bersinar hadir mewarnai skena musik nasional.
Selain itu, yang kutau ia sedang memperjuangkan 27 tahun hidupnya, menunggu dalam diam, mencari kepastian, tumbuh dan berjuang untuk tetap hidup.
Sepuluh tahun / aku menunggu dalam diamku (Dasawarsa/Dekade – F.M Abends)
Betul, hidup itu adalah perjalanan. Setiap insan memilik tanda perubahan dan fasenya masing-masing. Tak bisa disamaratakan dan juga dibandingkan. Masalahmu, masalahku, punya porsinya sendiri. Rayakan saja setiap masalah yang menghampiri, mari hadapi dengan suka hati.
Memang tak mudah, tapi tak ada salahnya kita coba bukan?
Kudengar berulang, salah satu lagu dari EP yang ia kirim untukku; Dasawarsa/Dekade. Tebakanku, ini tentang cerita sendumu atas rindu kepada bapakmu kan?
Tak kan terasa luka dan lara / tak kan terasa malam yang panjang / tak kan terasa engkau menghilang
F.M Abends, atau lebih akrab dan punya second account bernama @fuckabend, teman baik yang kukenal sejak 2018 silam. Perkenalanku bermula pada proses dan gelaran kolektif bernama Arisan Warisan, kemudian berlanjut hingga sekarang.
Ia memang banyak dikenal selain sebagai solois, juga sebagai penggerak berbagai acara musik. Sebut saja God Save The Gigs, salah satu kegiatan kolektif musik yang tumbuh hingga hari ini di Klaten. Hidupnya lebih banyak di jalanan, bersama banyak teman sebayanya, merawat jaringan musisi dan menginisiasi berbagai acara khususnya musik. Meminjam kata dari Klub Hura-hura, salim wolak walik Mas Abend.
Sebagai teman, kedekatan personalku dengannya cukup intens. Yang kutahu ia sudah lama menjadi yatim, sejak kepulangan bapaknya. Meski sering jumpa dan mengerjakan kegiatan bersama, baru akhir-akhir ini kudengar dan kurasakan keluh kesahnya. Maklum, dia tak banyak cerita tentang rasa yang ada pada dirinya. Aku bisa melihat kamu baik-baik saja, tapi aku tak tahu apa yang kamu rasa jika kamu tak membagi cerita.
Jika mimpi-mimpiku selesai / aku pulang (Pulang – F.M Abends)
Celetukan tentang rindumu bersandar di pundak bapak sungguh menggetarkan hati. Jelas tak mudah, apalagi jika di antara kami yang baru saja kehilangan yang tersayang. Bapakmu wis mulih, mengko ono wayahe aku, koe dan sopo wae, mengko, mulih, mbuh kapan.
Terima kasih telah turut serta mengingatkan kami untuk memanfaatkan waktu bersama dengan mereka yang kita sayang lebih baik lagi. Dalam gelap, petikan gitar dan nyanyian sendumu ada secercah cahaya harap dan doa baik.
Oh nirwana / dalam tanda tanya aku berkata dalam jiwa (Nirwana – F.M Abends)
Harapan atas ketidakpastian itu menyenangkan katanya. Semua telah diajarkan dan dibagikan, ada hal yang bisa kita cari tahu dan ketahui selama kita berniat, mencari, dan berkenan untuk mempelajari. Banyak misteri yang mungkin belum kita pahami.
Jadi, kenapa kita takut untuk terus hidup, jika “Ketidakpastian itu menyenangkan?”. Terus berharap, dan berjuang ya, yang tidak kita ketahui sekarang mungkin ada jawabannya di kemudian hari. Mungkin, bisa jadi.
Perjalananmu dan tulisan ini semoga mampu tersampaikan hingga ke nirwana yang suci. Untuk mereka yang telah pergi, mangkat, berpulang lebih dulu dari pada kami. Ini adalah catatan kasih sayang, dari kami yang mencintai kehilangan.
Cah wangun lho koe ki, twenty seven club isih berjuang nganggo urip tekan saiki.
Editor: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul: Saka Kamandhanu