Agaknya penggunaan kata Tuhan tidaklah berlebihan bagi orang Napoli, karena penggunaan kata legenda terlalu mengerdilkan makna Maradona bagi mereka.
Belum genap seminggu pasca kepergian Ricky Yakobi, dunia sepak bola kembali berduka ketika mendapat kabar Diego Armando Maradona meninggal dunia di umur 60 tahun. Kematian ini diduga akibat serangan jantung.
Maradona pergi meninggalkan legacy yang luar biasa bagi sepak bola, sehingga setiap pemain bola yang bertubuh kecil dan gempal namun lincah dalam mengolah bola akan disebut “The Next Maradona” ataupun “Maradona dari…” lalu menyebut nama daerah pemain.
Kisah Maradona sendiri mungkin dikenal samar-samar oleh orang-orang. Bahkan tidak semua generasi Z mengenalnya, misal tentang gaya khas solo-run melewati lima pemain lawan, berkali-kali jadi sasaran tekel lawan, hingga aksi tangan tuhannya yang membuat seisi dunia bola geger. Namun tidak bagi orang Naples, kisah-kisah ini adalah “kitab suci”.
Pasca perang dunia kedua, negara Italia terbagi menjadi dua bagian secara politik, sosial, dan budaya, yaitu di bagian utara bekas kerajaan Lombardia-Venesia dan bagian selatan bekas kerajaan Dua Sisilia. Karena itu, muncul stereotipe bahwa Italia bagian utara lebih makmur, beradap, dan juga lebih berbudaya dibandingkan Italia bagian selatan.
Untuk memahami betapa berbedanya utara dan selatan, mari kita lihat klub sepakbola Italia bagian utara yaitu AC Milan, Internazionale, Genoa, Fiorentina, Juventus, Torino, dan lain-lain. Sedangkan klub sepakbola Italia bagian selatan mengandalkan Napoli, Palermo, Cagilari, Messina, dan lain-lain. Daerah Roma dan sekitarnya kerap dianggap bagian tengah.
Di tengah dominasi kuat sepakbola Italia bagian utara, konon datanglah seorang pemain dari Catalunya (Spanyol) yang dapat membantu Careca, Romano, Giordano dan pemain lain Napoli mengangkat juara liga Serie A 1987 dan 1990. Meskipun Maradona bersama Napoli hanya selama 7 musim, namun 2 kali juara liga Italia dan segala kontribusi dan cintanya terhadap Napoli sudah cukup membuat ia disebut oleh Lorenzo Insigne sebagai “true neapolitan” alias warga Napoli sejati.
Dengan meninggalnya Maradona tentu saja membuat banyak warga Naples sedih bukan main. Stadion San Paolo pun menyala terus sepanjang hari sebagai bentuk tribut untuk El Pibe de Oro (Golden Boy). Tidak hanya itu, S.S.C Napoli sendiri juga didesak untuk mengganti nama stadionnya menjadi Diego Maradona.
Desakan itu mungkin akan terasa janggal mengingat Maradona sempat bermain melawan timnas Italia di Naples pada semifinal Piala Dunia 1990 dan menandaskan harapan besar timnas Italia yang digadang-gadang akan juara pada tahun tersebut. Namun segala jatuh-bangun Maradona di tanah Napoli membuat masyarakat Naples seakan tidak peduli dengan luka timnas Italia. Rasa cinta tanah air ketika Maradona menggiring bola dengan jersey Società Sportiva Calcio Napoli lebih berharga dibanding apapun.
Mengikuti cuitan akun twitter S.S.C Napoli saya ucapkan, per sempre, ciao Diego!
Editor: Arlingga Hari Nugroho
Foto: MARIO LAPORTA/AFP via Getty Images