Murkha, band asal Yogyakarta dikenal dengan perpaduan gaya nu-metal, post-hardoce, dan hip-hop, menghadirkan kegilaan dalam show case bertajuk The Mind Freak Show pada Sabtu 7 September 2024 di Skate Bowl Pasty, Yogyakarta.
Acara ini adalah ajakan untuk kembali ke akar kebisingan yang membangkitkan adrenalin, serta pertunjukan pertama mereka untuk mengamuk dan promosi EP “Twisted Vision” dan EP “Phony”. Karya mereka ini semacam deklarasi bahwa Nu-Metal is Back, Baby! Dengan semangat yang beringas dan distrosi lebih keras, bagi mereka yang merindukan energi liar ala era limp Bizkit, Korn, Beasty Boys, maupun Fugazi.
Ketika panggung mulai redup dan dentuman bass menggema memenuhi udara, suasana di Skate Bowl Pasty, Yogyakarta, semakin hidup. Kerumunan mulai memenuhi ruang, terdiri dari bocah-bocah kecil yang penuh semangat serta anak-anak muda yang ingin merasakan energi dari penampilan Murkha. Acara ini terasa absurd, mengingat showcase berlangsung di arena skate yang biasanya dikenal sebagai tempat olahraga, kini disulap menjadi panggung gig. Selain menjadi panggung musik, ada juga wahana ala pasar malam untuk menghibur bocah-bocah yang hadir. Ini adalah acara yang seolah dirancang untuk mereka yang beranjak dewasa, sekaligus bagi yang masih merasa muda di hati. Dalam benak saya, ini sungguh seperti sirkus lokal yang unik!
Acara ini dimeriahkan oleh beberapa kolega Murkha seperti Krong, Gustav, Oblitera, Port Moresby, dan Postum Partum. Murkha juga melibatkan seniman visual Flea Aura, yang menambahkan keunikan pada dekorasi panggung. Penampilan “Badut” kematian semakin menambah elemen menarik, dengan ekspresi jahat dan gerakan lincah yang mencuri perhatian. Kehadiran badut yang absurd ini menciptakan suasana yang sulit ditebak—bisa saja ia sekadar memberikan lelucon konyol atau malah menyuguhkan pertunjukan chaos penuh energi. Panggung Murkha ini bukan sekadar hiburan, tetapi sebuah ‘freak show’ yang menampilkan kerusuhan dan kreativitas tanpa batas.
Saat Murkha naik ke panggung, aura kemarahan dan semangat mereka sangat terasa. Mereka melibas semua lagu yang dirilis dengan penuh energi, nesu, dan menciptakan pengalaman intens bagi penonton. Setiap dentuman alat musik dan vokal yang menggema menciptakan suasana liar, mengajak semua orang untuk ikut dalam kerusuhan yang terjadi di atas panggung. Pada malam itu, Murkha tidak hanya menyajikan lagu-lagu mereka sendiri, tetapi juga membawakan lagu legendaris Limp Bizkit berjudul “Break Stuff,” yang semakin memperkuat nuansa nu-metal yang penuh chaos dan kesenangan.
Penonton bersorak dan bergoyang mengikuti irama lagu yang menggebu-gebu. Energi yang dikeluarkan oleh Murkha dan penonton menciptakan koneksi mendalam, seolah semua orang di ruangan itu berbagi satu pengalaman kolektif. Dalam momen-momen ini, ketegangan dan kekacauan dalam diri setiap orang menjadi satu kesatuan yang merayakan kegilaan hidup.
Badut yang menjadi pusat perhatian bergerak lincah, berinteraksi dengan penonton, dan mengacaukan suasana. Dengan tawa menggelegar, ia melompat-lompat dan menjatuhkan barang-barang, menciptakan kekacauan yang hanya bisa dilakukan oleh karakter yang terjebak dalam dunia sirkus yang tak pernah tenang. Sekelompok anak kecil ikut meramaikan, menciptakan suasana penuh keceriaan yang membuat malam itu semakin menggila. Meskipun kostumnya tidak terlalu mencolok, wajah badut ini mampu menghadirkan atmosfer kekacauan yang kuat.
Bagi Murkha, badut ini bukan sekadar karakter panggung, melainkan simbol kekacauan mendalam yang dirasakan oleh pendengar. Mereka menggunakan sosok badut sebagai metafora visual untuk menggambarkan perasaan terjebak dalam situasi hidup yang absurd dan tak berdaya. Dalam konteks ini, “The Mind Freak Show” menjadi sebuah narasi yang menyoroti bagaimana kehidupan sering kali terasa seperti sirkus, di mana kita semua berusaha mempertahankan kewarasan di tengah ketidakpastian.
Penampilan malam itu mengingatkan saya bahwa nu-metal bukan hanya tentang ritme dan suara keras, tetapi juga tentang bagaimana kita menghadapi dan mengekspresikan kekacauan batin. Kerusuhan badut sebagai simbol perjuangan internal yang sering tersembunyi, Murkha mengajak pendengarnya untuk merasakan intensitas dan kekacauan yang ada dalam diri mereka sendiri. Melalui lagu-lagu mereka, Murkha menciptakan ruang bagi pendengar untuk mengenali dan menerima perasaan tersebut, menunjukkan bahwa ada kekuatan dalam kerentanan.
EP “Twisted Vision”, yang dirilis pada 30 Januari 2024, adalah karya musik dari Murkha yang mencerminkan kondisi mental dan emosional generasi muda. Menggabungkan gaya nu-metal, post-hardcore, dan hip-hop, EP ini menyampaikan pesan tentang pergulatan hidup dan pencarian jati diri. Dengan lirik reflektif, lagu-lagu di dalamnya mengajak pendengar untuk bangkit dari penderitaan.
Proses kreatif EP ini melibatkan refleksi dari pengalaman dua tahun terakhir serta kurasi ketat untuk memastikan kualitas musikal standar Murkha. EP ini terdiri dari lima lagu, termasuk “Happy Riot” yang menggambarkan perjuangan melawan masalah mental, “Mind Freak” yang menyoroti kekuatan pikiran dalam membentuk realitas, serta “Wasting Remedies” yang mengangkat tema kefanaan hidup. Lagu penutup, “Good Omen,” mencerminkan pencarian ketenangan di tengah kekacauan.
Murkha juga merilis EP kedua berjudul “Phony” pada 23 Agustus 2024, yang mengekspresikan kritik sosial dan konflik batin dengan semangat ‘do it yourself’. EP ini terdiri dari tiga lagu, termasuk “King of Everything” yang mengkritik perilaku dominasi para penguasa, “280therapy” yang mencerminkan ketidakstabilan mental, dan “Vertigo” yang menggambarkan pencarian kedamaian di tengah konflik internal.
Acara The Mind Freak Show tidak hanya menghidupkan kembali semangat nu-metal, tetapi juga mengajak kita semua untuk merenungkan perjalanan emosional yang kita jalani. Dalam dunia yang penuh dengan kebisingan dan kekacauan, Murkha berhasil menciptakan pengalaman yang asyik dan intens, di mana setiap dentuman bass dan lirik kuat menggugah perasaan terdalam kita. Ini adalah sirkus yang merayakan kehidupan dalam segala keanehannya, dan malam itu, semua orang di Skate Bowl Pasty menjadi bagian dari pertunjukan absurd/freak ini.
Editor: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul: dok. Murkha x Grong