api yang diciptakan seorang laki-laki yang pernah terbakar

Kumpulan puisi berjudul api yang diciptakan seorang laki-laki yang pernah terbakar ditulis oleh Rully Andrian Syah. Penulis bermukim dan belajar hidup di Yogyakarta. Proyek utamanya menulis fiksi dan esai-esai antropologi.


/1/

cinta tak ubahnya kaca terbelah,
kau ambil pecahannya yang melupakan retak
kau gunakan menangkap lidah cahaya 
untuk menghangus yang kering
atau segala yang rentan terbakar
seperti hatiku, 
sejenis lilin dan mainan plastik 
yang meleleh saat dilalap api 
yang tak pernah kusaksikan.

/2/

kuciptakan hari ini
yang pasti kedua lenganku
dan sebuah rumah;
tempatmu mengenang masa lalu 
atau berlindung dari masa depan
yang nisbi

selimut kita ialah kata-kata nyaris bahagia 
dan cinta yang pernah kecewa.
kurajut ulang untuk memelukmu 
dan setiap jengkal lenganku itu
menjelma penanda jalan 
yang tak membiarkanmu 
menyeberang sendiri

barangkali kau temukan sesuatu yang persis:
keluguan dan perkara-perkara yang tak akan kembali

kendati kau bukan penghuni pertama 
tetapi kau boleh menjadi seseorang 
yang menutup pintu-pintu.

/3/

sebab cinta aku bekerja seperti api
berdenyar macam matahari
yang menolak lindap
namun akhirnya padam dan tenggelam
sebab hanya menyalahkan & menyalakan 
–tubuh sendiri

/4/

kuingin mengingkari negara
lalu bersuaka pada puisi
sebab negara hanya menciptakan polisi & kecemasan
yang tak pernah selesai 
memukul dan melindas dada kita
sementara puisi, 
hanya butuh kesedihan
dan hal-hal yang tidak tuntas
sebagai alasannya mencintaiku

/5/

bibirmu tak ubahnya museum
yang memperlakukan masa lalu dengan hati-hati

dan kita menghapus sejarah ciuman masing-masing. 
kuingin menjadi satu-satunya masa depan yang mengingat
ibarat sebuah patung dari sebuah kuil
yang selalu terjaga dari peziarah dan cuaca dingin

kuingin terperangkap
sebagai satu-satunya ingatan 
yang tak pernah menua di bibirmu. 

Yogyakarta, 2025


Penyelaras aksara: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul: Rully Andrian Syah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Article

'Sembojan' Tigapagi: Satu Lagu untuk September

Related Posts