Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2024 resmi berakhir di Lapangan Bawuran, Bantul, setelah sembilan hari menyuguhkan rangkaian program kebudayaan dan kesenian. Mengusung tema Umpak Buka, FKY berhasil menarik lebih dari 80.000 pengunjung dan menciptakan pesta rakyat bagi masyarakat Yogyakarta untuk kembali meresapi, merayakan, dan terlibat dalam kekayaan budaya lokal.
Penutupan FKY 2024 pada Jumat (18/10) lalu diwarnai oleh berbagai pentas kesenian tradisional, seperti Jathilan, Reog Wayang, hingga Tari Garapan “Bandung Bondowoso”. Selain itu, panggung juga dimeriahkan oleh musik kontemporer, flashmob Jathilan Diponegoro, dan penampilan spesial dari grup musik ska legendaris Yogyakarta, Shaggydog.
Dalam semangat inklusivitas, FKY 2024 memperluas akses masyarakat terhadap kebudayaan dan kesenian dengan melibatkan 2.017 pelaku seni dalam 32 program. Beberapa program utama seperti Jelajah Budaya, Telusur Tutur, Pasaraya Benda, dan Paramuka membuka ruang bagi masyarakat untuk mendokumentasikan potensi lokal seperti istilah, situs bersejarah, dan tradisi pembuatan benda melalui partisipasi langsung.
“Kita sangat apresiasi sekali dan kebetulan kemarin saya ikut gabung di program Telusur Tutur,” ungkap Tritunggal Wisnu.
Pemuda asal dusun Gunung Kelir, Pleret, Bantul itu mengungkapkan bahwa program-program FKY 2024 dirasakannya sangat bermanfaat, khususnya program Telusur Tutur yang berlangsung dari 21 September hingga 17 Oktober 2024. Menurutnya, melalui program ini ia dan generasi muda lainnya dikenalkan kembali dengan istilah-istilah lokal dalam bahasa Jawa yang mulai terlupakan.
“Jadi memang kita menggali potensi istilah-istilah yang sekarang itu jarang didengar dan digunakan oleh anak-anak kaum Z dan milenial,” tambah Wisnu.

Sejak 2023, FKY mengadopsi konsep baru dengan berpindah-pindah secara bergilir di empat kabupaten dan satu kota di Yogyakarta. Festival yang telah berusia 36 tahun ini masih menyisakan dua kabupaten dan satu kota untuk melengkapi perjalanannya. Banyak yang merasa konsep ini sangat berkesan karena festival berhasil menjangkau lebih banyak daerah dan memperkenalkan budaya lokal.
“Ini bagus karena muter ya sekarang, kalau dulu kan di kota di satu tempat. [Jadi bisa] memperkenalkan kebudayaan ke daerah,” kata Muklas Abimanyu, warga Pleret, Bantul.
Muklas menambahkan bahwa konsep festival yang berpindah-pindah ini membuatnya lebih mengenal kebudayaan lokal di Yogyakarta. Ia juga berharap agar gelaran FKY di masa mendatang terus menggali potensi dan melibatkan kesenian lokal seperti wayang dan ketoprak.
“[Dari] budaya daerah, misal kayak wayang kecil-kecilan atau semacam ketoprak gitu [untuk] memperkenalkan budaya lama,” lanjut Muklas.
Keberhasilan FKY 2024 dalam memadukan kesenian, kebudayaan, dan pengelolaan lingkungan menjadikan festival ini lebih dari sekadar perhelatan tahunan. Dengan roadmap tematik yang telah disusun, FKY berkomitmen untuk terus hadir di tahun-tahun mendatang seiring dengan dinamika masyarakat Yogyakarta.
Penutupan FKY 2024 diakhiri dengan aksi panggung dari Shaggydog. Para personil band berdansa bersama para penggemar dan masyarakat Yogyakarta mengiringi deretan lagu-lagu hits seperti Hei Cantik, Kembali Berdansa, dan Di Sayidan.

Foto sampul: dok. FKY 2024
