Kumpulan puisi ini; “Entitas, Nostalgia, Identitas”, “Lahirnya Seekor Puisi”, dan “Dalam Jujur…”, ditulis Emmanuella Sekar Arum Primandari. Mahasiswi Sastra Inggris, Sanata Dharma yang suka penasaran, merenungkan banyak hal, dan tiba-tiba – Gimana cara hewan ngeliat dunia? Kalo capek sama manusia pengen bisa bahasa hewan. Awas, kuping lawas.
Entitas, Nostalgia, Identitas
Menguak entitas pada album-album nostalgia
Sedikit membuncah senyum dan tawa di awal
Ternyata setelah petang dan jalanan ramai oleh jiwa-jiwa tanda tanya lalu lalang,
Terhenyak sadar kita semua sakit jiwa
Selama ini yang kau agung-agungkan hanyalah manusia-manusia kesepian yang juga berlari ke sana kemari demi identitas
Namun apa daya sembari mata masih tertutup tak berdaya untuk terbuka
Kau harus tertunduk manut dan tertawa seakan hidup adalah singkat
Kau harus setuju dan penuh tanda tanya akan dunia yang coba mereka bangun dan ceritakan.
Pada waktunya kesadaran dan kebenaran akan bersatu mengoyak
Hambur-menghambur
Kacau-mengacau
Lalu menampakkan muka pada diri-diri yang baru terbelalak mata jiwanya…
Tak apa, biar saja matanya terbuka
menyaksikan pertunjukan realita,
Mereka akan sibuk menutup telinga
Sembari membangun dunia
Yang selalu didamba
Semoga tak berulah
Sakit-sakit jiwa selanjutnya
Semoga tak berulang
Lingkaran-lingkaran selanjutnya.
Siapa yang tau kebenaran?
Segera!
Bergegaslah!
KELUAR!
Sekar
– 28 Desember 2020
Lahirnya Seekor Puisi
Hampir tenggelam
Lalu kututup pintu, kurapikan meja, kusiapkan diri
Kukembalikan segala memori
Teringat malam yang senyap namun tak tenang
Malam bergerak semakin terang kala engkau tak kunjung terlelap
Ruangan semakin sempit
Kejadian tak runtut saling terbuka
Nyeri dan malu, jerit dan ragu
Kulihat ayahku berubah menjadi bulir darah
Menghitam
Disusul ibu dan adikku
Yang jelas aku masih menatap langit-langit sambil tak sadar melayang
Pada hari sebelum kututup hariku yang ke-20
Gelap masih gelap
Tanda masih tanya
Oh, sudah jadikah seekor puisi? Apakah ini puisi?
Sekar
– 29 Desember 2019
Dalam Jujur…
Untuk menjadi jujur,
Ada dan tinggal pada siapa saja
Menjadi jujur
Adalah apapun yang kita tuliskan…
Dengan berani
dan
Terang
Terkadang untuk jujur
Setiba-tibanya penting dan besar
Lalu meledak
Namun dengan mudah pula hilang
Tak berbekas
Tak berjejak
Bila tak segera kau tuang dalam wadahnya
Menjadi jujur
Adalah halang rintang
Empuk namun berjejal-jejal batuan padat
yang meretakkan tengkorak
butuh energi
jiwa raga
juga kesungguhan
Untuk menjadi jujur
Adalah tanpa rasa takut akan apa yang kita rasa
Lalu diam-diam menghadapinya
Dalam beribu helaan napas.
Sekar
Jakarta, 3 Januari 2021