Membaca Kesedihan: Kumpulan Puisi Agus Sanjaya

Kumpulan puisi ini: Membaca KesedihanKepada Darah Anak-anak, dan Kata-kata Mati. Ditulis oleh Agus Sanjaya, seorang mahasiswa dan penulis.


Membaca Kesedihan

: Alejandra Pizarnik

ia membaca kesedihan
dari tubuh koran
yang menyelinap pagi ini
seperti maling di pagar

segelas kopi dan matahari
terlalu merepotkan
tapi menghangatkan

bunga lillac yang mati
–haus tercekik kemarau
mungkin lebih tragis
daripada sebuah puisi

tapi ia lebih senang membacanya,
seperti menemukan angin
di sela-sela jari pinus
atau bayangan memasuki mimpi,

jendela, pintu,
dan menggigilnya tengah malam
di ruas-ruas kertas
yang terlanjur kosong

30 Agustus 2023

Kepada Darah Anak-anak

: Li Young Lee

pohon sejarah dulu disiram darah
dan dia menemukannya di ensiklopedia, mungkin
senapan selalu diangkat dalam setiap cerita

kita dilarang untuk memiliki cinta dalam perang,
terlalu lucu tapi begitulah fakta
ketika emosi sudah berkeringat hingga petang

tuhan tak menulis seperti itu dalam firman
manusia memiliki kasih sayang untuk menyuburkan dunia
entah bagaimana tumbuh duri permusuhan dan dendam

mereka yang saling bertentangan
adalah orang-orang tersesat di kitab suci
dan sungai-sungai keruh diciptakan sendiri
serta diberi sekat menjelang malam

anak-anak mungkin lebih tau dengan mesiu,
bom, senjata rakitan, dan tangisan
saat ayah atau ibu telah pergi jalan-jalan
luka sudah terdampar tanpa alasan

buku anak-anak bukan lagi bayangan beruang,
boneka panda lucu, atau singa-singa lugu
buku adalah peluru yang terbang dari revolver
menggantikan burung-burung legenda

peluru yang telah mengambil cinta anak-anak
dan menyiapkan dendam di halaman terbakar
tanpa ada setitik hujan yang menyegarkan rambut mereka

30 Agustus 2023

Kata-kata Mati

: Pablo Neruda

kata mendekam di darah,
rahim ibu menyimpan semuanya
manusia diciptakan dari kesedihan-kesedihan
jalan-jalan, tersesat, kardus, 
dan tempat sampah

kemiskinan telah berangkat dari gelombang panjang
kata-kata dan lautan selalu mati
cabang-cabang pohon oak yang gagah
angin mengepal terus membencinya

anak-anak kata menulis kematian
seperti deret aritmatika penghancuran
darah, pedang, dan soft gun adalah binatang malam
mereka tak percaya bintang adalah polisi

kata-kata adalah ketakutan
sebaris petir yang melecut di angkasa
kekuatan-kekuatan jahat, percakapan darah, 
dan mantra-mantra menikmati kematian untuk hidup

31 Agustus 2023


Penyelaras aksara: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul: Akwila Chris Santya Elisandri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Article

Letak dan Diletakkan: Respons Pameran Perjalanan rumiT

Next Article

Sound of Destination 2023: Festival Musik Berpadu Destinasi Wisata Panorama Alam