Memorabilia; Kumpulan Puisi Oktavius Ekapranata

Empat puisi ini; Kehidupan, Surat dari Ananda, Memorabilia, dan Melukis Rimba ditulis Oktavius Ekapranata, seorang penyair muda dari Kalimantan.


Kehidupan

Kita adalah setetes embun yang jatuh pada dedaunan muda
Sesaat lalu tetes demi tetesnya terserap oleh tanah basah
Sebelum sempat bertanya tentang hidup menghidupi
Matahari pagi telah menyinari
Kala itu kita telah terserap oleh akar rerumputan. 

Yogyakarta, 2017 

Surat dari Ananda

Ibu rembulan hilang binar
Bersembunyi di balik binara,
Setelah angin membawa kabut
Menghalang kita ke kuala.
Ingin ‘ku alih aksara
Pengalih hati yang nelansa.
Di kuala segala menanti
Ikan dan alga menarik menari.
Pada ingin yang harus bertemu
Aku menjelma riak mata airmu ibu,
Setelah ceruk dari hatiku mendangkal
Di antara jarak dan ingin di pangkuanmu. 

Yogyakarta, 2017 

Memorabilia

Kasihlah yang mendatangkan diri seiring kembali
Sedangkan sajak ini sendang jernih; alir nadi sendiri.
Mempertunjukan potret kesunyian, pemindai masa-masa ribaan ibu
Bekal menjumpai lanskap manusia yang melulu semu.
Bukan kerena risau kepada sang waktu
Tuntutan dan kecemasan menghantarkan diri pada tanah yang merindu
Hujan musim semi
Sebab nasib; jawaban masing-masing yang harus dikompromi.
Semisalnya melagu nada ini ilalang-ilalang
Yang menghalang harap di ujung pandang.
Di mata ibu, sungguh diri ini masihlah kanak-kanak
Yang sering lupa, lagi banyak kehendak.
Maka tidak ada yang tercerai dalam doanya,
Tatkala menjadikanya bahasa tidak melukai siapa-siapa. 

Nanga Tebidah, 2021 

Melukis Rimba

Melukis rimba sehabis hujan menyalami bumi
Gemulai dedaunan diterpa angin pagi
Menyajikan rangkong gading di antara dahan basah
Percikan air jatuh oleh ayunan lutung merah
Klampiau pun menanti fajar menyingsing
Di celah-celah rerimbun kayu macan dahan menyamar
Beruang madu menyendiri menyusuri pepohonan
Sedangkan trenggiling mengais menanti rayab keluar.

Melukis rimba
Gemuruh sungai menampung musang berenang.
Gemercik air menemani rusa menyebrang.

Melukis rimba
Di atas reranting kukang si pemalu berdiam di sana
Sedang kijang berjalan bergerombolan di bawahnya berkelana.

Melukis rimba,
Bekal pengingat sebelum sirna.

Nanga Tebidah, 2021

 

Ilustrasi: Arieq Ibnu Nur

 

1 comment
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts