Sebuah mini album puisi yang Imanuela Dhimas Arianto tulis di Surabaya. Titik koma menjadi tempat Dhimas menuangkan puisi ini, menuju lelaku lelaki bercerita tentang proses Dhimas dalam menggarap album yang belum terwujud dalam hidup.
Merasa Valeri
Aku terlahir dari sepasang merpati yang tak bersayap
Aku bertumbuh seiring angin yang tak bersepoi
Aku berkembang kearah matahari tak lagi menunjukkan rupanya
Aku berakar di tanah yang tak dialiri kepercayaan
Aku berusaha hidup tanpa dasar
Aku tidak berdasar dan gusar
IA PERGI!! Aku sendiri..
Kalian semua hanya lalu lalang..
Aku diserang oleh diriku sendiri..
IA PERGI!! Dan merasa Valeri
dan aku akhiri,.
Manusia sia-sia
Aku terlahir dari diksi yang terucap dari seorang Ibu..
entah.. diksi apa seakan memaksaku menjadi manusia..
sia-sia rasanya menjadi manusia.. setelah 291198
sia-sia lebih lagi ketika aku tidak berjuang…
sedangkan,.,. Ibu berjuang agar aku bisa menjadi manusia
sia-sia..
sia-sia manusia sia-sia manusia sia manusia
manusia sia-sia sia-sia manusia sia-sia..
hidup akan lebih sia – sia jika kita tidak menjadi//manusia.
Surabaya kok Tidak Menangis?
Aku rindu air matamu terjatuh membasahi tubuh
Aku rindu suasana haru yang tercipta.;
Aku rindu memeluk untuk kehangatan..
Aku rindu Surabaya menangis..
Tolong; Surabaya kok tidak menangis?
Manusia Baru
Ku bertemu kamu si manusia baru dari timur..
Seolah si tengah yang penasaran dengan si timur
Bukan perkara arah mata angin..
Jika berbicara tentang arah mata angin;; berartii..
Berarti aku harus menuju ke tenggara agar sampai ke timur..
Atauu..
Aku menuju selatan saja….
Tapi aku memilih langsung menuju ke timurr..
Bertemu kamu, tanpa ada jarang yang harus di ukur
Editor : Tim Editor Sudutkantin