Sampailah kita di tahun 2022!
Tahun 2022 barulah hitungan jari ketika artikel ini kami rilis. Sebuah perjalanan di tahun 2021, yang kalau dipikir-pikir cukup menguras tenaga dan pikiran siapa saja. Beruntung ada sekitar 166 artikel sepanjang tahun 2021 yang Sudut Kantin Project terbitkan. Barangkali satu-dua artikel yang kami terbitkan pernah menjadi teman baca di waktu senggang menghabiskan jeda jam kerja. Atau ketika sebelum tidur menyempatkan diri membaca salah satu artikel teman yang muncul di beranda Instagram.
Beberapa dari kru Sudut Kantin Project memilih artikel favoritnya masing-masing. Tidak perlu ditanggapi serius, sebab tak ada dasar yang kuat mengapa tiap kru memilih artikel favorit menurutnya.
Selain itu, kami juga akan tampilkan beberapa artikel favorit yang dirasa layak dibaca kembali sebab artikel-artikel ini cukup ramai dikunjungi dan dibaca pengunjung sepanjang tahun 2021.
Selamat membaca!
Memorabilia | Kumpulan Puisi Oktavius Ekapranata – 26 April 2021
Hati saya merekah melihat begitu banyak puisi bermekaran di laman Sudutkantin.com. Sekurang-kurangnya ada 45 naskah puisi yang tayang sepanjang tahun ini. Bermacam-macam tema coba dibangun dengan meminjam berbagai perkakas puitika. Melihat sendiri antusiasme orang yang mempercayakan ekspresinya lewat puisi adalah kebahagiaan tersendiri bagi kru laman bacaan seperti saya.
Mereka Ramah Menyapa | Pengalaman Pulang ke Tanah Nusa Tenggara Timur – 19 November 2021
Ketika saya membaca pengalaman pulangnya Andi Afro di NTT, respon pertama saya adalah memasukkan NTT ke dalam list jalan-jalan saya di tahun-tahun ke depan. Saya, sebagai orang yang 20 tahun lebih tinggal di Yogyakarta ini, sangat mendambakan untuk pergi mengelilingi Indonesia.
Kali Nadi Kota Kami: Menanam Kebaikan dari Bawah Jembatan Kali Gedhe Boyolali – 15 Desember 2021
Andi Afro:
Kenapa saya memilih artikel ini, karena menurut saya cocok dengan situasi sekarang. Artikel yang ditulis oleh Arlingga Hari Nugroho sangat cocok dengan pengalaman saya sebagai orang yang lahir di Singaraja (Bali) lalu merantau ke Yogyakarta. Sesekali pulang untuk bertemu keluarga. Topik yang diangkat sedikit menampar pipi saya. Lantaran saat pulang tidak banyak hal saya lakukan. Bagaimana cara menyikapi kepulangan sebagai hal yang sedikit produktif lalu memberikan sedikit dampak terhadap lingkungan sekitar. Saat merantau banyak sekali hal baru yang bisa diaplikasikan di kota kelahiran, tetapi bingung mau memulai dari mana. Soal kemandirian sebagai individu juga sangat ciamik diringkas dalam artikel ini.
Hal yang sering menjadi pertanyaan adalah apa yang sudah kamu lakukan untuk kota kelahiranmu? Saat selesai studi apakah akan pulang kampung atau lebih memilih melanjutkan ke kota yang lebih besar lagi? Sering terlintas dalam pikiran saya apa yang bisa saya lakukan saat pulang dan budaya apa yang dapat saya bagikan dari hasil rantauan saya. Artikel ini dapat menjadi referensi untuk banyak orang ketika merantau, lalu memilih kembali pulang dan menetap di tanah kelahirannya.
Menilik Karya-karya Heri Dono dalam Pameran “Phantasmagoria of Science and Myth” – 17 November 2021
Leonardo B. Yudhapratama:
Barangkali ini yang disebut kebetulan yang menguntungkan. Kebetulan saat membantu mem-posting artikel ini di Instagram, ujung mata saya tertuju pada kata Phantasmagoria yang kali pertama saya baca. Tak pikir panjang saya segera membaca ulasan tersebut. Alhasil saya seakan lupa sedang mencari arti Phantasmagoria, malahan saya dituntun penulis untuk berkenalan dengan Heri Dono dan karyanya.
Lewat tulisannya, penulis mampu menguraikan pengalaman visualnya dengan sangat tajam dan akurat. Akibatnya saya jadi candu untuk membaca tulisan-tulisannya yang lain.
Untuk penulis, tolong ajak saya kalau hendak ke pameran! Saya mau mendengar ceritamu.
Oseania di antara Tegangan Masyarakat Kontemporer Dunia – 22 Oktober 2021
Dionysius Raharditya Krisnayuda:
Membaca artikel ini seperti mengembalikan pengalaman saya ketika masih antusias mengunjungi pameran-pameran seni rupa, terutama saat masa sekolah. Kemudian, saya merasa seperti hadir langsung di tempat Biennale Jogja berlangsung. Saya bisa menikmati pameran hanya dengan membaca artikel ini. Penjelasan yang dibawakan penulis cukup menarik, setiap makna karya seni rupa juga dijelaskan dengan baik. Kemudian, karya-karya yang dihadirkan oleh seniman selalu mempunyai makna yang dalam, terutama yang menyangkut isu-isu sosial. Ini selalu menarik untuk ditelaah.
Kartu Ucapan 1983 | Cerita Pendek Christoforus Gita Dananjaya – 31 Desember 2021
Arlingga Hari Nugroho:
Yang menyenangkan berada di belakang meja adalah membaca dan menyunting naskah-naskah yang masuk ke surel redaksi. Kotak masuk selalu didominasi oleh artikel liputan, ulasan, dan esai-esai seputar gaya hidup. Sebagian lainnya adalah karya sastra seperti puisi dan cerpen.
Artikel favorit saya tahun ini justru jatuh kepada artikel terakhir yang terbit di tahun 2021. Ini adalah cerpen pertama yang dikirimkan Christoforus Gita Dananjaya ke meja redaksi Sudutkantin.com. Cerpen ini tidak terlalu panjang, tidak juga terlalu pendek. Ada saja konflik dan peristiwa kecil dalam rumah tangga (atau percintaan) yang kadang justru menjadi musabab bagaimana semua akan berakhir. Penulis sepertinya sengaja memilih dan menuliskan hal tersebut dalam cerpen ini. Saya lebih suka menyebut cerpen ini dengan mistis!
Most Viewed Articles