Artikel Favorit Kru Sudut Kantin Project 2021

dok. Agustinus Seco

Sampailah kita di tahun 2022!

Tahun 2022 barulah hitungan jari ketika artikel ini kami rilis. Sebuah perjalanan di tahun 2021, yang kalau dipikir-pikir cukup menguras tenaga dan pikiran siapa saja. Beruntung ada sekitar 166 artikel sepanjang tahun  2021 yang Sudut Kantin Project terbitkan. Barangkali satu-dua artikel yang kami terbitkan pernah menjadi teman baca di waktu senggang menghabiskan jeda jam kerja. Atau ketika sebelum tidur menyempatkan diri membaca salah satu artikel teman yang muncul di beranda Instagram.

Beberapa dari kru Sudut Kantin Project memilih artikel favoritnya masing-masing. Tidak perlu ditanggapi serius, sebab tak ada dasar yang kuat mengapa tiap kru memilih artikel favorit menurutnya.

Selain itu, kami juga akan tampilkan beberapa artikel favorit yang dirasa layak dibaca kembali sebab artikel-artikel ini cukup ramai dikunjungi dan dibaca pengunjung sepanjang tahun 2021.

Selamat membaca!

Memorabilia | Kumpulan Puisi Oktavius Ekapranata – 26 April 2021

Agustinus Rangga Respati:
Hati saya merekah melihat begitu banyak puisi bermekaran di laman Sudutkantin.com. Sekurang-kurangnya ada 45 naskah puisi yang tayang sepanjang tahun ini. Bermacam-macam tema coba dibangun dengan meminjam berbagai perkakas puitika. Melihat sendiri antusiasme orang yang mempercayakan ekspresinya lewat puisi adalah kebahagiaan tersendiri bagi kru laman bacaan seperti saya.
Dari sekian banyak itu, saya memilih Memorabilia milik Oktavius Ekapranata. Menulis puisi jelas suatu perkara sendiri. Sedangkan tulisan ini adalah hasil menggeluti perkara itu bertahun lamanya. Saya ingat puisi pertamanya yang mampir di mata saya betahun-tahun lalu. Setelah itu, ia terus menulis puisi sampai hari ini. Berapa orang yang tekun menggeluti kata-kata?
Lepas dari itu, siapapun yang membaca puisi ini awalnya mungkin mengira larik-lariknya berasal dari masa lalu. Atau, mungkin terselip di satu dua syair-syair klasik. Betapapun demikian, saya mengagumi bagaimana larik kumpulan puisi ini bermain di antara metafora-metafora klasik Indonesia sembari membawa muatan baru yang segar dan belum pernah dilontarkan. Saya berharap semakin banyak yang memiliki semangat sama untuk berani menarik batas keberterimaan puisi. Sebab, siapa saja boleh menulis puisi.
Ya, tentu saja saya berharap lebih banyak lagi karya sastra di Sudutkantin,com tahun 2022. Adios amigos, gadis manis makan permen mentos!

Mereka Ramah Menyapa | Pengalaman Pulang ke Tanah Nusa Tenggara Timur – 19 November 2021

Yosef Keriliwi:
Ketika saya membaca pengalaman pulangnya Andi Afro di NTT, respon pertama saya adalah memasukkan NTT ke dalam list jalan-jalan saya di tahun-tahun ke depan. Saya, sebagai orang yang 20 tahun lebih tinggal di Yogyakarta ini, sangat mendambakan untuk pergi mengelilingi Indonesia.
Membaca pengalaman ini menambah pengetahuan saya akan budaya berbahasa di Indonesia. Budaya sapa-menyapa sebenarnya sudah melekat pada saya sebagai orang Jogja, maka dari itu rasa penasaran dan tanda tanya juga menyelimuti diri ini. Apakah ketika menyapa orang NTT sama perlakuannya saat menyapa orang Jogja?
Jawaban yang masih menggantung di benak saya. Semoga kapan-kapan apabila ada waktu bisa ke sana!

Kali Nadi Kota Kami: Menanam Kebaikan dari Bawah Jembatan Kali Gedhe Boyolali – 15 Desember 2021

Andi Afro:
Kenapa saya memilih artikel ini, karena menurut saya cocok dengan situasi sekarang. Artikel yang ditulis oleh Arlingga Hari Nugroho sangat cocok dengan pengalaman saya sebagai orang yang lahir di Singaraja (Bali) lalu merantau ke Yogyakarta. Sesekali pulang untuk bertemu keluarga. Topik yang diangkat sedikit menampar pipi saya. Lantaran saat pulang tidak banyak hal saya lakukan. Bagaimana cara menyikapi kepulangan sebagai hal yang sedikit produktif lalu memberikan sedikit dampak terhadap lingkungan sekitar. Saat merantau banyak sekali hal baru yang bisa diaplikasikan di kota kelahiran, tetapi bingung mau memulai dari mana. Soal kemandirian sebagai individu juga sangat ciamik diringkas dalam artikel ini.

Hal yang sering menjadi pertanyaan adalah apa yang sudah kamu lakukan untuk kota kelahiranmu? Saat selesai studi apakah akan pulang kampung atau lebih memilih melanjutkan ke kota yang lebih besar lagi? Sering terlintas dalam pikiran saya apa yang bisa saya lakukan saat pulang dan budaya apa yang dapat saya bagikan dari hasil rantauan saya. Artikel ini dapat menjadi referensi untuk banyak orang ketika merantau, lalu memilih kembali pulang dan menetap di tanah kelahirannya.

Menilik Karya-karya Heri Dono dalam Pameran “Phantasmagoria of Science and Myth” – 17 November 2021

Leonardo B. Yudhapratama:
Barangkali ini yang disebut kebetulan yang menguntungkan. Kebetulan saat membantu mem-posting artikel ini di Instagram, ujung mata saya tertuju pada kata Phantasmagoria yang kali pertama saya baca. Tak pikir panjang saya segera membaca ulasan tersebut. Alhasil saya seakan lupa sedang mencari arti Phantasmagoria, malahan saya dituntun penulis untuk berkenalan dengan Heri Dono dan karyanya.

Lewat tulisannya, penulis mampu menguraikan pengalaman visualnya dengan sangat tajam dan akurat. Akibatnya saya jadi candu untuk membaca tulisan-tulisannya yang lain.

Untuk penulis, tolong ajak saya kalau hendak ke pameran! Saya mau mendengar ceritamu.

Oseania di antara Tegangan Masyarakat Kontemporer Dunia – 22 Oktober 2021

Dionysius Raharditya Krisnayuda:
Membaca artikel ini seperti mengembalikan pengalaman saya ketika masih antusias mengunjungi pameran-pameran seni rupa, terutama saat masa sekolah. Kemudian, saya merasa seperti hadir langsung di tempat Biennale Jogja berlangsung. Saya bisa menikmati pameran hanya dengan membaca artikel ini. Penjelasan yang dibawakan penulis cukup menarik, setiap makna karya seni rupa juga dijelaskan dengan baik. Kemudian, karya-karya yang dihadirkan oleh seniman selalu mempunyai makna yang dalam, terutama yang menyangkut isu-isu sosial. Ini selalu menarik untuk ditelaah.

Kartu Ucapan 1983 | Cerita Pendek Christoforus Gita Dananjaya – 31 Desember 2021


Arlingga Hari Nugroho:
Yang menyenangkan berada di belakang meja adalah membaca dan menyunting naskah-naskah yang masuk ke surel redaksi. Kotak masuk selalu didominasi oleh artikel liputan, ulasan, dan esai-esai seputar gaya hidup. Sebagian lainnya adalah karya sastra seperti puisi dan cerpen.

Artikel favorit saya tahun ini justru jatuh kepada artikel terakhir yang terbit di tahun 2021. Ini adalah cerpen pertama yang dikirimkan Christoforus Gita Dananjaya ke meja redaksi Sudutkantin.com. Cerpen ini tidak terlalu panjang, tidak juga terlalu pendek. Ada saja konflik dan peristiwa kecil dalam rumah tangga (atau percintaan) yang kadang justru menjadi musabab bagaimana semua akan berakhir. Penulis sepertinya sengaja memilih dan menuliskan hal tersebut dalam cerpen ini. Saya lebih suka menyebut cerpen ini dengan mistis!

 

Most Viewed Articles

Playlist Setengah Sadar, Lima Lagu Andalan saat Mabuk – 17 Januari 2021 (Arlingga Hari Nugroho)
JNM Bloc, Menciptakan Ruang Kreatif yang Berkelanjutan di Yogyakarta – 30 Juni 2021 (Agustinus Rangga Respati)
Kisah Hujan di Hari Minggu | Cerita Pendek Kristophorus Divinanto – 1 Agustus 2021 (Kristophorus Divinanto)
Seni sebagai Media Bimbingan Konseling – 25 April 2021 (Adi Atmayuda)
Ary Juliyant: Kalau Terkenal, Berarti Saya Gagal – 15 Juli 2021 (Agustinus Rangga Respati)
Album 2020: Gejolak Semangat White Shoes & The Couples Company – 16 Februari 2021 (Bramantyo Yamasatrio Kumoro)
Menyimak Deru Gurung Tajak | Cerita dari Kalimantan Barat – 11 Januari 2021 (Oktavius Ekapranata)
Senyawa Membaladakan Keselamatan, Kiamat sudah Lewat! – 9 Desember 2021 (Agustinus Rangga Respati & Arlingga Hari Nugroho)
Agung Geger dan Dicky Senda: Budaya Pengarsipan, Belajar Bersama, dan Kerja Kolektif Berkelanjutan – 21 Oktober 2021 (Arlingga Hari Nugroho)
Ravepasar, Representasi Festival Musik Kontemporer Bali Hari Ini – 30 Desember 2021 (Agus Noval Rivaldi)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Article

Kartu Ucapan 1983 | Cerita Pendek Christoforus Gita Dananjaya

Next Article

Nostalija; Kumpulan Puisi Juan Antony