Pagelaran ARTJOG MMXXI hadir dengan menyuguhkan kurator pertunjukan untuk pertama kalinya dalam sejarah ARTJOG.
Sejak beberapa tahun kelahiran ARTJOG muncul istilah “lebaran seni rupa” yang membawa berkah bagi sekitarnya. ARTJOG selalu menjadi daya tarik bagi ribuan pasang mata setiap kali dihelat. Mulai dari pengamat seni hingga datang hanya sekadar selfie. Festival seni tahunan ini merupakan ‘anak kandung’ Heri Pemad yang kini telah memasuki usia ke-14 tahun. Beragam penyajian dan kegiatan inovatif diluncurkan untuk selalu memberikan pengalaman baru bagi para pengunjung.
Terdapat satu hal menarik pada pagelaran ARTJOG MMXXI kali ini, bukan dari karya ataupun peserta pameran, tetapi kehadiran kurator pertunjukan untuk pertama kalinya dalam sejarah ARTJOG.
Sepanjang perhelatan ARTJOG, kehadiran kurator hanya ada ketika main event, yaitu pameran seni rupa. Sedangkan pementasan pertunjukan hanya sebagai acara pendukung. Ditambah lagi para seniman pertunjukan kurang mendapat ruang presentasi yang maksimal. Sebagai contoh, coba anda buka YouTube, kemudian ketik dalam kolom penelusuran “Leksikon Riri Riza”. Dalam video tersebut, anda akan melihat Riri Rizal yang sedang mempresentasikan karya dengan ‘latar’ drum set di belakangnya.
Hal serupa juga banyak dialami pementas dalam mempresentasikan karya ketubuhan mereka yang mau-tidak-mau harus berdamai dengan benda-benda asing di belakangnya. Mungkin hal tersebut disebabkan jumlah partisipan ARTJOG daily performance 2019 yang padat mencapai 88 seniman dengan beragam jenis seni pertunjukannya.
B.M. Anggana dan Praktik Kurasinya
Kehadiran B.M. Anggana selaku kurator pertunjukan ARTJOG MMXXI tentu punya dampak signifikan terhadap pementasan pertunjukan. Dengan bekal latar pendidikan dan pengalaman seni pertunjukan, ia tentu paham cara memaksimalkan karya pertunjukan yang akan dipresentasikan.
Melihat ARTJOG daily performance tahun ini, sangat terlihat peran Anggana selaku kurator, seperti ketika ia mengolah tata panggung. Panggung tampak dibuat steril dari benda-benda asing dan tata cahaya panggung disesuaikan dengan kebutuhan pementas. Aspek lain yang juga diberi perhatian adalah mengakomodir kebutuhan pementas untuk menentukan jenis dan jumlah kamera untuk streaming.
Menurut Anggana, saat dijumpai di Sakatoya pada 25 Agustus 2021, bekerja dalam event seperti ARTJOG, kemampuan kurator tidak bisa melulu berkutat dengan wacana, namun juga wajib mafhum hal-hal teknis karena persoalan perputaran dan transisi pementas berbeda-beda dan berganti setiap harinya.
Selayaknya kerja seorang kurator, Anggana merancang dan memberikan tawaran wacana kepada publik. Tentu wacana yang ditawarkan masih merujuk pada tajuk ARTJOG 2021 “Time (to) Wonder”. Ia pun membingkai wacananya dengan judul “Stage are time Machine: Hack the limit”.
Anggana, dalam pengantar kuratorialnya di website resmi ARTJOG mengatakan bahwa,
“Waktu adalah apa yang melahirkan, membentuk dan menghidupi sebuah peristiwa pertunjukan. Maka panggung menjadi mesin waktu, sebagai wahana di mana tubuh mengalami dan mempersepsikan bebagai macam bentuk manifestasi atas waktu.”
Dari bingkai judul tersebut, Anggana menghadirkan 20 seniman (kelompok dan individu) yang dipentaskan di ‘panggung mesin waktunya’.
Karya pertunjukan tentu mempunyai pendekatan dramaturginya tersendiri. Anggana meminjam cara kerja dramaturgi untuk diaplikasikan dalam kurasinya. Pendekatan itu ia sebut dramaturgi peretasan. ‘Benang’ dramaturgi peretasan merupakan pembacaan dari setiap seniman dan karyanya dalam meretas segala keterbatasan yang dibingkai dalam tajuk kurasinya. Dari pembacaan tersebut Anggana mengklasifikasikan dalam 4 jenis, yaitu meretas wacana ketubuhan, meretas persepsi waktu, meretas situasi kepenontonan, dan meretas jarak. Para seniman yang terlibat pun dari latar displin seni yang berbeda-beda, dari tradisional hingga kontemporer.
Catatan Pertimbangan
Keberadaan kurator pertunjukan dalam festival ARTJOG mempunyai peran cukup besar. Seniman pertunjukan mendapat ruang presentasi karya yang lebih baik dari sebelumnya; sebaik dengan ruang pamer untuk karya para perupa. Tampak jumlah viewers yang cukup banyak ketika kita menonton video ARTJOG daily performance 2021 yang diunggah di channel YouTube resmi milik ARTJOG. Namun, beberapa hal sangat disayangkan seperti tidak adanya diskusi publik yang disiarkan terkait dengan seniman atau karya pertunjukan yang disajikan.
Mengutip dari website ARTJOG mengenai event tahunan tersebut, dikatakan, “ARTJOG adalah peristiwa seni yang berperan sebagai ruang pertemuan bagi gagasan-gagasan baru dalam kesenian dan kreativitas.” Kata ‘seni’ yang digunakan punya makna luas, tidak spesifik pada bidang seni tertentu. Maka dari itu ARTJOG kiranya bisa mempertimbangkan peran kurator pertunjukan untuk duduk di satu meja yang sama dengan kurator seni rupa guna merancang wacana bersama untuk kedepannya.
Editor: Andreas Pramono
Foto: ARTJOG/Ghost Light oleh Proyek Kodok Ijo