Westerners dalam Synthesis, Memperkenalkan Musik Indie Yogyakarta

Westerners dan Tulang Bercabang gelar acara musik Synthesis dukung keberlangsungan musik indie Yogyakarta.

Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan band indie di Yogyakarta meningkat pesat. Maraknya kemunculan band-band baru menyebabkan seringnya diadakan acara musik kecil-kecilan yang biasanya digunakan sebagai media promosi band atau lagu yang baru dirilis. Berbeda dengan event besar yang didanai anggaran besar, event kecil biasanya memiliki anggaran yang terbatas. Sering kali kekecewaan diungkapkan para musisi indie dikarenakan alunan musik mereka tidak seindah yang seharusnya terdengar dikarenakan fasilitas sound system yang kurang memadai.

Westerners pada mulanya adalah sebuah studio musik rekaman, namun memutuskan untuk memperluas cakupannya sebagai wadah untuk para musisi-musisi indie. Indie adalah perpendekan dari kata independent, yang berarti mandiri. Dalam bidang musik, indie merujuk pada praktik bermusik secara mandiri oleh artis atau band yang tidak terikat dengan label pada umumnya. Musisi dan band-band indie seringkali mengelola semua aspek dari karya musik mereka sendiri; termasuk produksi, pemasaran, dan distribusi.

“Semua orang inginnya menjadi pelaku, namun jarang ada yang ingin menjadi wadah yang menjual,” ungkap Leon kepada Sudut Kantin Project, Jumat (4/8).

Westerners muncul sebagai pionir yang tidak hanya berdiri sebagai studio rekaman, melainkan juga sebagai wadah bagi para musisi indie. Westerners mengambil peran yang lebih luas, yaitu menjadi wadah yang tidak hanya memfasilitasi musisi, tetapi juga menghubungkan mereka dengan pendengar yang lebih luas.

Didasari oleh semangat itu, terciptalah sebuah acara musik yang bertujuan lebih dari sekadar hiburan bernama Synthesis, sebuah acara musik yang diinisiasi oleh Westerners dan Tulang Bercabang Merk.

Synthesis, berasal dari kata Yunani syn (tambah) dan thesis (posisi) yang berarti suatu integrasi dari dua atau lebih elemen yang ada untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Begitu pula dengan acara Synthesis, panggung ini menjadi ruang untuk merangkul dan memperkenalkan band-band indie yang tergabung.

Terdapat 11 band yang tampil dalam acara Synthesis, yaitu The Cloves and the Tobacco, Purple Haze, Deathgang, Kudabesi, NKO, Morsons, Cruze, Noisy Head, Saltys Spitoons, Condoom, dan RAF. Hampir semua band yang tampil merupakan band asal Yogyakarta, kecuali Purple Haze yang merupakan band asal Surakarta.

Merchandise rilisan Tulang Bercabang (dok. Theoni Damaris)

Keragaman Musik dan Kenangan yang Berkesan

Saya datang ke venue Synthesis sekitar jam 5 sore yang diadakan di The Ratan,5 Agustus 2023. Terlihat banyak anak-anak muda berbaju hitam dengan rantai di pinggangnya berjalan di sekitarnya. Sambil menunggu acara mulai, saya pun menyalakan rokok dan duduk di kursi yang disediakan di pinggir venue.

Terlihat banyak personil band yang lalu lalang sambil membawa perlengkapan band seperti symbal, gitar, dan guitar effect. Karena bosan menunggu, akhirnya saya memutuskan untuk masuk dan mengecek booth yang ada di dalam.

Yang pertama saya cek adalah Tulang Bercabang Merk yang menyediakan beberapa baju dengan desain tengkorak dan nama-nama band di belakangnya. Dikarenakan peraturan melarang pengunjung membawa minuman ke dalam venue, maka saya memutuskan untuk mencari makan di luar lebih dulu.

Saya kembali ke venue sekitar jam 7. Acara sudah dimulai dengan penampilan Condoom di atas panggung. Suasana sudah nampak lebih ramai dari sebelumnya. Condoom adalah band bergenre doom metal yang berasal dari Sewon, Yogyakarta dengan Editha sebagai vokalisnya. Terlihat beberapa penonton menikmati lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Editha di depan panggung. Mereka mengayunkan kepalanya sesuai dengan irama iringan lagu. Saya keluar dari venue sebentar untuk mencari udara segar. Lalu pertunjukan dilanjutkan dengan penampilan-penampilan dari band lain.

Suasana mulai pecah saat penampilan The Cloves and the Tobacco. Ini pertama kalinya saya melihat penampilan band bergenre celtic punk, saya terkejut dengan banyaknya jumlah performer di atas panggung. Terdapat 7 orang dengan alat-alat musik khas Irlandia: suling, banjo, akordion, dan biola.

Banyak orang menari-nari sambil mengacungkan tangannya ke atas. Penampilan The Cloves and the Tobacco diakhiri dengan lagu “Denting Gelas di Akhir Pekan”. Seperti liriknya,“Memaksa tuk sejenak lepaskan, dan menyandarkan beban di jiwa”, saya rasa ada banyak penonton yang datang ke acara Synthesis sebagai salah satu cara untuk melepas penat di akhir pekan. Entah dengan menonton band-band favoritnya manggung, atau hanya sekadar bertemu dengan teman-teman.

Kerumunan penonton di depan panggung Synthesis (dok. Synthesis)

Acara diakhiri dengan penampilan dari Kudabesi. Band bertemakan hardcore ini berhasil memecah suara sorakan dari para pengunjung. Terlihat banyak penonton yang mulai saling dorong ke dalam mosh pit, menciptakan gelombang energi semangat yang menyala-nyala. Tarian dan gerakan tubuh yang spontan menggambarkan ekspresi kebebasan yang hanya bisa ditemukan di depan panggung.

Pengalaman saya menonton Synthesis ini berbeda dari pengalaman saya menonton konser-konser lainnya. Selain karena penampilan berbagai macam genre musik dalam satu panggung, juga karena interaksi antar penonton yang sangat membekas di ingatan.

Acara ini menjadi semacam “nafas” baru bagi band indie dan lokal. Melalui acara seperti ini, barangkali semakin deras gerakan yang berkelanjutan dalam mendukung band indie dan lokal. Kehadiran acara semacam ini juga memberikan harapan dan semangat bagi para musisi lokal untuk terus berkarya.

Semoga semakin banyak band dan musisi indie yang mendapatkan pengakuan serta kesempatan untuk menunjukkan potensi mereka kepada khalayak yang lebih luas.


Editor: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul: Theoni Damaris

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts