Bedah Lirik Eye Contact, Band Punk Aneh Tapi Mengerikan Asal Yogyakarta

Eye Contact tidak hanya peduli pada kualitas musik, tetapi juga pada elemen visual dan identitas: jahat, sangar, dan ikonik.

Eye Contact adalah grup musik yang mengusung genre Egg Punk, atau lebih dikenal dengan Devocore. Kehadiran mereka di tahun 2024, membawa suasana segar dan memperkaya keragaman musik lokal. Band ini juga sudah menarik perhatian, terutama di kalangan anak muda yang aktif dalam scene underground lokal Yogyakarta.

Egg punk sendiri merupakan subgenre yang cukup unik, aneh, dan nyeleneh. Ditambah dengan elemen Devocore yang elektronik dan futuristik, keduanya menjadi punya ciri khas yang berbeda, tapi berasal dari akar yang sama, yaitu punk rock. Berbeda dengan punk tradisional yang cenderung lebih serius dan fokus pada pemberontakan sosial.

Egg punk dan Devocore dikenal dengan energinya yang liar, nyeleneh, dan pendekatan eksperimentalnya terhadap musik punk. Eye Contact berhasil membawakan gaya ini dengan ciri khas mereka yang kuat, melalui perpaduan beat yang cepat dan agresif, sentuhan synth-heavy yang dominan dan futuristik, serta vokal yang berbeda dari kebanyakan band punk.

Vokal Eye Contact hampir tidak konvensional, tidak terlatih, dan memiliki unsur komikal, menambah lapisan karakter humor dalam musiknya, tapi masih bisa terdengar ringan. Kombinasi ini memberikan pengalaman mendengarkan tidak hanya enerjik, tetapi juga orisinal, absurd, dan menghibur. Ini akan menciptakan resonansi emosional yang unik.

Salah satu momen yang menarik perhatian saya adalah ketika band ini merilis 2 single promosi pertama mereka. Sampul dari promosi lagu tersebut menampilkan sosok memakai pakaian formal dan mengenakan topeng dari karung goni, menciptakan kesan visual yang kuat dan misterius. Penampilan ini mengingatkan saya pada sosok Oogie Boogie, karakter antagonis yang ikonik dari film The Nightmare Before Christmas. Gokil!

Sentuhan visual ini tidak hanya menjadi ciri khas yang menambah daya tarik estetika band, tetapi juga menunjukkan bahwa Eye Contact tidak hanya peduli pada kualitas musik mereka. Juga pada elemen visual dan identitas mereka di atas panggung, mungkin akan tampak terlihat jahat, dan sangar, tapi itulah yang membuatnya ikonik.

Eye Contact berformasi Nara (vokal), Boni (Synthesizer), Aryo (Bass), Abin (Guitar), Krisna (Drum). Mereka mengawali karir band ini dengan merilis 2 single promo pada 29 Juni 2024 lalu, berjudul Absurdity of Love dan Hey, Do You Want It?. Pada tanggal 2 Juli, mereka langsung melakukan pertunjukkan pertamanya dalam acara Teen Us, yang merupakan acara tur album “Ceriwis Necis” (2024) milik band Dongker, di Ballroom, Ambarukmo, Yogyakarta. 

Absurdity of Love

Lagu pertama Eye Contact ini menangkap kompleksitas emosional yang sering kali hadir dalam hubungan manusia, terutama yang melibatkan cinta. Dengan pengulangan yang menciptakan suasana stagnan, dan penggunaan frasa absurd seperti “Absurdity of love” serta “A beauty in despise”, lagu ini mencoba mengungkapkan irasionalitas dan ketidakpastian yang sering menjadi bagian dari cinta.

Lagu ini tampak sedang membahas perasaan bingung, kerentanan, dan ketidakpastian dalam hubungan. Tema ini tercermin dari frasa seperti “Can’t say yes or no” dan “I’ll let you decide”, yang menunjukkan bahwa ada yang berada dalam situasi emosional yang membingungkan, di mana ia tidak harus melangkah ke arah mana dan membiarkan orang lain memegang kendali. ini bisa merujuk pada ketidakpastian cinta atau ketidakmampuan untuk mengekspresikan perasaan secara penuh. 

Kemudian pada lirik bagian pertama setelah L/O/V/E, yaitu “I was on the street/ Walking down the road/ Holding on you hand/ Looking to your eyes” ini mungkin mewakili rutinitas atau perasaan terjebak dalam situasi yang tidak berubah.

Proses atau perjalanan dalam hubungan, di mana semuanya berjalan tetapi arah atau tujuannya tidak jelas. Kemudian momen intim saat berjalan dan berpegangan tangan juga bisa menandakan ada rasa ketidakpastian dan keputusasaan yang tersirat. ditambah saat menatap mata orang lain biasanya melambangkan koneksi emosional atau kejujuran. Namun dalam lagu ini, mungkin ada semacam kegelisahan di balik momen intim tersebut.

Hey, Do You Want It?

Lagu kedua Eye Contact ini termasuk menjadi lagu favorit dan bisa saya dengarkan sampai budeg! Lagu ini cenderung eksperimental dan pendekatan lirik yang tampak sederhana tetapi penuh makna yang ganda.

Ungkapan pada awal lirik A sugar coated lies menggambarkan kebohongan yang dihias atau dibuat tampak manis dan menarik. Mengandung unsur ironis karena kebohongan seharusnya tidak diinginkan, namun di sini ia dikemas dengan daya tarik yang manis. Mungkin ini merujuk pada bagaimana seseorang, situasi, atau bahkan kehidupan secara umum, sering kali menyembunyikan kenyataan yang keras di balik kemasan yang menarik. Lirik ini juga mengimplikasikan ketidakjujuran atau manipulasi, yang umum dalam kehidupan sehari-hari dalam suatu hubungan.

A bruise beneath your eyes

Luka memar di bawah mata bisa diinterpretasikan secara harfiah, sebagai tanda penderitaan fisik, atau secara metaforis, sebagai simbol penderitaan emosional. Ini memberikan kontras tajam dengan “sugar coated lies”, menunjukkan bahwa di balik kebohongan yang manis, ada rasa sakit yang nyata.

But how u describe the picture?

Pertanyaan ini menantang pendengar untuk merenungkan bagaimana mereka akan menggambarkan situasi ini. Ada unsur kebingungan atau ketidakpastian dalam memantau situasi. Ini menunjukkan bahwa kebenaran di balik kebohongan tersebut tidak mudah dijelaskan atau dijabarkan.

Kemudian pada bagian Hey, but do you want it? diulang beberapa kali, dan menciptakan rasa ketegangan dan kegelisahan. Pertanyaan seperti ini tampaknya menggali lebih dalam konflik batin yang dialami penulis lagu ataupun para pendengar. Pertanyaan seperti itu juga mungkin tidak hanya merujuk pada sesuatu yang fisik, tetapi bisa melambangkan keingingan untuk menghadapi kenyataan, atau bahkan keinginan untuk menerima kebohongan itu sendiri. Lagi-lagi ini menjadi sebuah pertanyaan ironi, apakah seseorang benar-benar menginginkan sesuatu yang pada dasarnya salah atau menyesatkan?. 

Can you feel it?

Pertanyaan ini lebih introspektif, meminta pendengarnya untuk merenungkan apakah mereka benar-benar bisa merasakan atau memahami situasi di sekitar mereka, atau apakah mereka hanya terjebak dalam permukaan yang manis alias kebohongan yang dilapisi gula.

Kedua lagu Eye Contact berdurasi kurang lebih 2 menit, dan secara keseluruhan mengangkat tema-tema emosional yang kompleks, dengan gaya yang ironis dan eksentrik, menunjukkan kekhasan egg punk/devocore dalam menggabungkan elemen absurd dengan kritik sosial dan introspeksi pribadi.

Produksi suara yang dibuat terkesan “lo-fi” atau low fidelity, yang akan memberikan nuansa kasar, tapi autentik, dan etos DIY yang kuat. Ketukkan drum yang cepat dan agresif memperkuat dinamika keseluruhan lagu mereka, ditambah suara bass dan elemen synth yang signifikan membuat ritmenya semakin catchy. 

Temukan mereka di Bandcamp dengan kata kunci eyecontact.etc dan nikmatilah setiap perpindahan tempo musiknya. Mungkin akan terdengar lebih kacau, tapi keanehan inilah yang membuat Eye Contact mengerikan.

Dengarkan Eye Contact di sini.


Editor: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul: Amanda Yonica

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Article

Navigate The Noise - Cendera Mata #4 Sudut Kantin Project

Next Article

Gunungkidul The Next Bali: Pariwisata untuk Siapa?