MORFEM adalah band indie-rock paling berisik saat ini. Belum lama ini mereka merilis mini album berjudul Binar Wajah Sebaya (11/08). Album ini hadir dengan penuh keberisikan yang menghadirkan 1 lagu absurd, 4 lagu aransemen dan rekam ulang.
Apa yang terlintas dalam pikiran kalian ketika membaca atau mendengar kata “morfem”? Mungkin untuk mahasiswa jurusan bahasa atau sastra sudah tidak asing lagi.
morfem/mor-fem/ /morfém/ adalah suatu bentuk bahasa yang tidak mengandung bagian-bagian yang mirip dengan bentuk lain, baik bunyi maupun maknanya.
Namun morfem yang satu ini memiliki bunyi dan makna yang berisik.
Musik Binar Wajah Sebaya pertama kali digubah oleh Pandu Fuzztoni (gitaris), lalu Jimi Multhazam (vokal) merespon dengan lirik dan nadanya. Aransemen digarap langsung bersama Yusak Anugerah (bass) dan Freddie Alexanders Warnerrin (drum). Terselip catatan juga kalau MORFEM merekam kambali lagu-lagu lama mereka karena tidak puas dengan hasil rekaman sebelumnya.
Dalam urusan rilisan, grup musik militan ini sudah banyak melibas dengan karya yang bisa dibilang menyalip-nyalip band lama maupun band muda. Bahkan di usia band yang belum terlalu panjang.
Meskipun mini album tapi konsep yang disajikan oleh MORFEM sungguh di luar akal normal. Jimi dan teman-teman memang dikenal dengan kreativitas yang unik juga absurd. Terlihat jelas di video klip Binar Wajah Sebaya. Imajinasi mereka yang luas tanpa batas berhasil diterjemahkan dengan penuh warna juga kaya akan karakter-karakter yang absurd oleh seniman Dwiky Aditama atau lebih dikenal dengan Dwiky KA. Dengan ciri khas, Dwiky KA menghadirkan gambar-gambar komikal science fiction yang imajinatif dalam video klip yang dirilis pada bulan April lalu.
Binar Wajah Sebaya juga semakin absurd karena musik berisik mereka berbalutkan lirik lagu nuansa percintaan. Lirik ini menceritakan tentang pengalaman pertama anak kecil terhadap sensasi rasa cinta. Dan lucunya, dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi, mengapa wajah justru berbinar di tengah keanehan pikiran dan kegugupan rasa yang selalu datang bertubi-tubi.
Ibarat cinta monyet masa kanak-kanak, perasaan tersebut membuat girang dan terkadang malah membuat rasa heran. Cinta monyet juga membingungkan, namun juga sangat nyata untuk dirasakan.
Terheran-heran lagi kalau kamu mendengarkan lagu ke-dua berjudul Tiba-Tiba Terjadi.
Perasaan cinta memang kerap membuat kegirangan. Yang sudah punya pujaan hati pasti selalu ingin diberi kabar oleh pasangannya. Kalau tidak diberi kabar nanti jadi khawatir dan malah bisa-bisa overthinking. Dan yang masih belum punya pasangan, silahkan putar lagu ini! Biar hidupmu bukan cuma ngontrak buat mereka yang sedang cinta-cintaan.
Baca juga: Guram dan Suram, Goodnight Electric yang Penuh Misteria
Lagu berisik satu ini bercerita tentang bagaimana realita dan ekspetasi kadang-kadang berbeda jauh. Contohnya pada bagian lirik “harapan dan selera selisih jalan”.
Santuy aja buat yang masih jomblo, jodohmu nanti akan dipertemukan di waktu yang tepat. :)
Lanjut di nomer ke-tiga dengan judul Bocah Cadel Lampu Merah.
Nuansa cinta pada lagu ini menggambarkan kegembiraan seorang Ibu yang melihat anaknya bernyanyi meskipun cadel. Lagu ini juga mengingatkan kita pada masa kanak-kanak yang hobinya adalah main, main, dan main. Masa ketika panas terik ataupun guyuran hujan bukanlah menjadi penghalang untuk terus bermain. Masa itu adalah momen paling jatuh cinta dimana kerjaan paling utama adalah bermain.
Huffff, jadi pingin balik ke masa kanak-kanak. :(
Musik berisik ke-empat yaitu berjudul Planet Berbeda. Lagu ini cocok buat yang sedang LDR-an. Pada lagu Planet Berbeda bercerita tentang kisah cinta sepasang kekasih yang berbeda umur. Dalam lagu ini pasangan kekasih tersebut mempunyai perbedaan selera dalam beberapa hal misalnya pada bagian lirik “aku memilih Bob Dylan//sedang dia Mumford and Sons//lalu pada bagian//dia pembaca karya Hirata//sedangkan ku penggila Teguh Esha”.
Namun perbedaan tersebut tidak menjadi halangan mereka dalam menjalin dalam sebuah hubungan.
Dan musik berisik yang ke-lima dan terakhir di album ini berjudul Senjakala Cerita. Lagu dan lirik Senjakala Cerita ini sangat lengkap untuk menyajikan romansa jatuh cinta. Lagu ini akan memabukkanmu seolah hidup hanya milik berdua, yang lain cuma ngontrak saja. Hehehe.
Lirik lagu ini dikemas dengan rapi. Berkisah tentang perjalanan cinta dua orang remaja yang sedang dimabuk asmara. Lagu ini juga akan membuat kamu kangen dengan doi, karena lagu ini bisa membuat kamu bernostalgia sewaktu PDKT sama doi. Cihuyyy!
Baca juga: Delegasi dari “Normal yang Baru” dalam Mini Album Jalan Enam Tiga ERK
Lirik yang disematkan dalam lagu-lagu ini hadir dengan pilihan diksi sempurna. Sehingga kesan romantis dalam lagu-lagu ini berhasil dibangun tanpa ada satu kata “cinta” yang masuk ke liriknya.
Saya coba simpulkan sedikit, mini album Binar Wajah Sebaya menjelaskan bahwa hubungan cinta memang penuh dengan kegirangan, tapi kalau sedang girang-girangnya jangan lupa buat cinta sama diri sendiri ya guys!
Jangan lupa juga putar lagu-lagu berisiknya MORFEM di album penuh cinta ini.
Editor: Arlingga Hari Nugroho
1 comment