Guram dan Suram, Goodnight Electric yang Penuh Misteria

Goodnight Electric Misteria

Berbeda dengan dua album sebelumnya yakni Love and Turbo Action (2005) dan Electroduce Yourself (2007) yang dominan warna-warna cerah seperti merah, biru, dan kuning, ternyata kemuraman visual dengan dominan warna yang gelap pada cover album, hadir di album teranyar mereka yang berjudul Misteria.

Sekitar bulan Maret 2018, saya tergopoh pergi mencari album The Electronic Renaissance di Toko Musik Luwes. Benar saja, stok kloter pertama ternyata habis. Padahal rasa-rasanya baru sebulan lalu album itu rilis. Waktu pengiriman kloter berikutnya belum dapat dipastikan. Jadilah saya pulang keki dan penasaran.

Saya sendiri terpikat pertama-tama oleh hasil kolaborasi Goodnight Electric dan Polypony dalam nomor “The Supermarket I’am In”. Namun, muncul kecurigaan saat menyadari betapa guram dan suramnya video clip lagu itu.

Baca juga: Album Binar Wajah Sebaya: Nuansa Berisik Morfem Penuh Cinta

Album Misteria ini sudah tersedia di berbagai kanal digital sejak 7 Mei 2020. Sedangkan, acara peluncurannya dilakukan secara daring pada 8 Mei 2020. Acaranya disiarkan secara live di YouTube mereka. Dalam rangkaian tersebut, Oom Leo didapuk membuka rangkaian acara dengan DJ set-nya. Acara dilanjutkan dengan rilis lyric video, artist talk, dan interview dengan Siasat Partikelir.

Henry “Batman” Foundation, Oom Leo, dan Bondi Goodboy tidak sendirian menggarap album ini. Dalam pengerjaannya, mereka menggandeng tiga orang sekaligus. Vincent Ryan Rompies personel The Cash dan eks Club 80s diminta mengisi bass. Andi “Hans” Sabarudin gitaris Seaside yang pernah bermain untuk The Upstairs, C’mon Lennon, dan Pandai Besi juga ditarik masuk. Terakhir, pada departemen backing vocal diisi oleh Priscilla Jamail dari Math Monday Class. Dengan formasi ini, mereka menyebut dirinya Goodnight Electric Perjuangan.

Yang unik dalam album ini, semua lagunya ditulis dengan bahasa Indonesia. Sangat kontras dengan dua album sebelumnya yang selalu berbahasa Inggris. Wacana ini sebenarnya sudah digaungkan sejak Henry Foundation ketika diwawancarai Soleh Solihun tengah tahun lalu, tapi dia bilang itu hanya kemungkinan opsi.

Misteria berisi delapan track yang dibuka dengan “Labuh”. Track ini tanpa vokal. Labuh adalah gerbang masuk untuk menikmati album ini. Tempo yang tidak begitu kencang mengalir mengantarkan pendengar pada track berikutnya.

Track dua berisi “Misteria”. Lagu ini diakui Batman terinspirasi dari kedua anaknya. Suatu kali, dia mengamati anaknya yang hanyut dalam imajinasinya sendiri. Hal itu membuat Batman penasaran dan menobatkan pengalamannya itu sebagai sebuah Misteria. Namun, alih-alih menceritakan anaknya, lagu ini telah mengambil jarak dan justru berisi keresahan. Pada lagu ini, juga terasa perpaduan line bass yang lincah, gitar, dan modular synthesizer.

Track tiga adalah “-Dopamin”. Dengan tempo yang lebih rancak, lagu ini menceritakan kerinduan dan keinginan untuk mengulang masa-masa yang sudah lalu. Sebuah lagu yang nyata-nyata mengungkapkan kekurangan dopamin. Senyawa yang merangsang rasa senang dan bahagia.

Kiranya bisa bersamamu menutup rasa luka lalu masa denganmu

Mengutip Djarumcoklat.com, lagu ini awalnya berjudul “Going Nowhere” yang merupakan lagu lama dari side project Batman bernama Vague Under Lightning Tiger (VULT). Kemudian, lagu ini diproduksi dan diaransemen lagi sehingga terdengar layaknya Goodnight Electric. Pun, lirik awalnya yang berbahasa Inggris diubah menjadi bahasa Indonesia mengikuti tema album ini.

Baca juga: Another Day, Karya Agresif The SIGIT di Masa Pandemi

“Arah” adalah judul dari track keempat yang berdurasi 58 detik. Secara pribadi, track ini adalah rehat dari pengalaman pendengaran sebelumnya. Oom Leo dalam sebuah wawancara berkelakar bahwa track ini adalah cara mengerti track berikutnya. Benar saja, track tersebut dapat dibilang sebagai intro lagu berikutnya sebelum disambut ketukan drum. Sebab itu, mari beranjak ke track berikutnya.

Track lima, berjudul “Saksikan Akhir Dunia Denganku”. Lagu ini boleh dikultuskan sebagai inti kegelapan dari album ini. Nuansa musiknya yang suram serta lirik yang tidak kalah gelap menjadi pemicunya. Pembuatnya berkisah, lagu ini adalah cerita sepasang kekasih yang hubungannya kelam karena terkucilkan secara sosial.

Lagu ini saya putar dua kali saat pertama kali mendengarkan album ini secara utuh. Lagu ini juga sekaligus kesukaan Vincent dalam album ini.

Kau dan aku adalah kegelapan yang sempurna dibelakang cahaya. Ku kan menjadi bagian akhir jiwamu, kau kan menjadi bagian serenade-ku

Track berkikutnya “Saturn Girl”, berisi tentang harapan seseorang pada gadisnya. Harapannya, supaya gadis itu mau menceritakan keluh kesahnya. Dalam lagu ini, cara Priscilla mengisi vokal latar juga patut mendapatkan perhatian.

Baca juga: FSTVLST II, Perihal Merawat Cita-cita dan Isu Sosial

Saturn Girl cerita jika kau lelah lewati sedihnya mimpi, Saturn Girl cerita bila terjaga dalam kesunyian yang terasa. Karena ku dalam ruang lingkarmu.

Pungkasan dari album ini adalah dua bonus track berjudul “VCR” dan “Erotika”. Dua lagu tersebut sudah dirilis dalam format digital double single dan dalam bentuk piringan hitam 7 inci dengan judul “Erotika/VCR”. Keduanya diproduseri oleh Randy Danistha personel Nidji.

Sementara, lagu lainnya dalam album ini di bawah arahan produser yang juga personelnya, Henry Foundation. Semua lagu dalam album ini direkam di HFMF Studio yang kepanjangannya adalah Henry Foundation Music Factory.

Seputar visual, ilustrasi album ini dikerjakan oleh anak Batman yang kemudian ia kolasekan. Batman juga mengajak Peter Rumundor membuat foto untuk album ini. Dia berkata ciri khas fotonya yang tidak fokus malah membuatnya jadi keren.

Kembali ke nasib saya di paragraf pertama, akhirnya pacar saya dengan penuh kejutan membelikan album itu. Di dalamnya, tidak lupa ia selipkan surat yang aduhai romantisnya. Saya tahu dia begitu penuh kejutan. Sebab dari itu, saya sedang menunggu kapan waktu itu terulang kembali di album Misteria ini. Semoga dia membelikan kaosnya juga dan semoga dia tidak lupa ukuran saya.

 

Editor: Endy Langobelen

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts