Menarik waktu di tempo dulu ketika aku masih berkutat dengan kubangan neraka bernama SBMPTN. Materi-materi seabrek yang harus dipahami dengan penghafalan tentang rumus-rumus, bersamaan dengan rasa takut yang melingkup, berjalan penuh dengan ketakutan dan kecemasan. Ada satu pelajaran yang hingga kini masih membekas di pikiranku, yaitu sosiologi.
Ketika harus mempelajari geografi, sejarah, ekonomi, bahasa Indonesia, matematika, dan lain-lain, maka sosiologi hadir layaknya oase di tengah panasnya gurun. Salah satu bagian pelajaran yang mengobati dahaga adalah asimilasi.
Seingatku, asimilasi memiliki pengertian yaitu perpaduan antara dua kultur kebudayaan yang menghasilkan kebudayaan baru. Jika memakai rumusnya: A + B = C. Bahwa asimilasi dipicu dengan adanya interaksi antar budaya.
Semasa perjuangan untuk mendapatkan perkuliahan dulu, contoh asimilasi dalam pikiran pendekku yaitu pernikahan dari dua etnis yang berbeda dan menghasilkan kebudayaan baru. Seiring berjalannya waktu, ternyata asimilasi dari dua kultur ini pun dapat terjadi di lingkup permusikan.
Sunflow mungkin menjadi salah satu nama yang berhasil mengasimilasikan kultur berbeda dan menjadikan satu identitas kuat. Mengawinkan antara kultur musik JKT48 dengan kultur musik cadas. Hal tersebut terekam pada EP perdana mereka yang bertajuk “Unlock”.
Sebelumnya, band yang digawangi Vika (vokal), Bugis (gitar), Opal (drum), Edho (gitar), dan Rilo (bass) merupakan band cover version JKT48. Seakan tak mau terkungkung sebagai band cover version, kelahiran EP ini mengukuhkan eksistensi Sunflow sebagai sebuah band.
EP “Unlock” dibuka dengan tembang bertajuk Unlock. Tanpa basa-basi, Sunflow langsung menggeber dengan riff gitar dan gebukan drum yang begitu cepat. Dengan paduan suara yang imut dan notasi nada ala pop music yang tanpa sadar akan membuat mulut untuk ikut bernyanyi.
“Selamat Datang / Ayo Kita / Memulai Pesta
Mari Kita / Bersama-sama / Pancarkan Kebahagiaan”
Lirik tersebut menjadi pembuka untuk menyelami kebahagiaan dalam EP “Unlock”.
Trek kedua dibuka dengan dentingan piano yang lantas disusul dengan musik yang cukup ngebut berjudul Dandelion. Dalam trek ini, Sunflow menambahkan elemen suara lain dengan synthesizer. Suara synthesizer ini sedikit mengingatkanku dengan musik dari Thirteen yang keras tapi tetap terdengar fun.
Masih dengan suara vokal yang imut, tetapi dalam trek ini Sunflow seakan menunjukkan tajinya sebagai band yang tetap cadas dengan scream yang menggelegar. Pun Sunflow cukup piawai untuk membuat perasaan kita naik turun pada Dandelion. Dengan tempo ngebut, pelan, dan ngebut lagi. Lagi-lagi, Sunflow berhasil menciptakan notasi nyanyian yang selalu mengajak untuk sing a long.
Steps of The World menjadi tembang ketiga dalam EP tersebut. Dibuka dengan riff gitar hardcore simpel dengan 3 hingga 4 kor saja. Jika Billfold dalam single-nya Time menggabungkan riff simpel dan tempo cepat ditambah suara Gania yang sangar, maka mungkin kalian akan mendengarkan hal yang serupa. Bedanya dengan suara yang lebih cute. Pastinya para jamaah two step sangat menyukai lagu yang seperti ini.
Lantas trek selanjutnya bertajuk The Path We Walked On menjadi tonggak yang ingin ditunjukkan bahwa mereka tidak hanya bergantung pada hardcore, pop punk, dan JKT48 saja. Dalam nomor tersebut, Sunflow berusaha menegaskan keberpihakan genre yang luas termasuk ke metalcore. Apalagi ditambah dengan suara vokal Yanuar Rizky dari Undelayed.
EP ditutup dengan tembang berjudul Respect. Dengan lirik repetisi. Singkat. Menunjukkan jiwa cadas. Favorit jamaah two step-iyah.
Secara keseluruhan, EP yang dirilis pada 22 Agustus 2024 berhasil mengawinkan beberapa genre sekaligus, seperti pop punk dengan tempo cepat, hardcore, metalcore, dan vokal imut nan cute khas JKT48. Meski mungkin terasa seperti gado-gado, tetapi asimilasi yang tercipta mampu mendefinisikan sosok Sunflow. Fun. Cadas. Sing a long-able.
Bahkan perpaduan tersebut tidak terasa norak dan terkesan maksa. Semua terasa mengalir dan menyenangkan untuk didengarkan. Bahkan, aku sudah bisa membayangkan bagaimana riuhnya pertunjukkan mereka nanti. Sudah pasti terbagi, mereka yang singalong dan mereka yang moshing. Semoga tidak ada yang moshing ngincer (norak).
Meski sangat menyenangkan dari segi departemen musik dan notasi nada nyanyiannya, dalam segi penulisan lirik EP ini memiliki penulisan yang masih terasa biasa. Tidak begitu istimewa. Sebelum mengakhiri tulisan, EP ini adalah pilihan tepat menjadi hiburan sembari menyaksikan carut marutnya negara ini. Sekian.
Editor: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul: Sunflow