Kunjungan saya ke Tanah Pasundan, lebih tepatnya di Kota Kembang menjadi awal pertemuan singkat dengan kehidupan musik emo di tanah ini. Bandung adalah salah satu kota istimewa yang membuat setiap orang datang dan pulang membawa sesuatu yang abadi di hatinya.
Kali ini ada sesuatu yang tergugah dalam pengalaman saya mendengarkan bunyi-bunyian. Musik band asal Bandung, For Revenge, menggema di manapun saya menapaki jejak di tanah ini. Pertanyaan dalam benak saya timbul, “Mengapa lagu ini terus hadir di setiap sudut ruangan?”.
Saya pikir ada yang sedang menimpa anak-anak muda saat ini. Saya menemukan kata kuncinya, yaitu peristiwa cinta, pertemanan, atau keluarga yang kerap membuat hati resah, gelisah dan patah.
Lagu-lagu yang berseliweran ini berasal dari album keempat For Revenge, berjudul Perayaan Patah Hati Babak 1. Semakin sering didengar, lagu-lagu di dalam album ini semakin menarik untuk dinikmati. Itulah mengapa saya terapanggil untuk mengulas album tersebut, meskipun mungkin sudah banyak review serupa yang telah tayang di media.
Album Perayaan Patah Hati Babak 1 dengan judulnya yang unik, mampu mewakili beragam perjuangan dan penderitaan yang dialami muda-mudi.
For Revenge adalah band emo Indonesia yang telah lama dikenal dengan lirik dan melodi mereka yang emosional, serta atmosfer yang energik. Mereka tetap setia pada genre emo/post-hardcore selama bertahun-tahun, dan album keempat ini adalah bukti dari komitmen mereka pada skena musik emo.
Album ini mengajak para pendengarnya untuk menerima dan merayakan patah hati, karena patah hati adalah bagian dari kehidupan. Album ini juga tampil lebih jujur dan dewasa karena tidak menghindari topik yang sulit, seperti patah hati.
Kata “Perayaan” dalam judul album menunjukkan bahwa patah hati adalah sesuatu yang harus dihadapi secara terbuka dan jujur, bukan sesuatu yang harus disembunyikan.
Quotes versi saya begini, “Patah hati kalau disimpan tidak menyembuhkan, tapi ketika disuarakan jadi melegakan.”
Saya yakin ada banyak muda-mudi sedang meratap di setiap sudut ruangan. Ini adalah kesempatan untuk siapapun mengadakan konser tunggal di kamarnya ‘tuk merayakan patah hati, daripada memaksa nafas untuk berhenti. Kalau tidak percaya, coba buktikan ocehan saya dengan menyimak lagu-lagu seperti “Jakarta Hari ini”, “Serana”, “Jeda”, “Jentaka”, dan “Derana”.
Berikut coba saya ulas 9 lagu yang ada pada album Perayaan Patah Hati Babak 1!
Gemaung, adalah musik instrumental yang menjadi ciri khas For Revenge. Biarpun instrumental, tapi punya makna. Gemaung adalah gambaran dari suara-suara yang terdengar secara terus-menerus. Dalam hal ini, interpretasinya adalah suara patah hati yang akan berlalu.
Kronologi lagunya seperti ini: gaung nada rendah disambut perkusi adalah kondisi patah hati; kemudian ditengah pemutaran – saya menyebutnya suara surga (merdu dan lembut) serta progresif akordnya menggambarkan ketenangan setelah melewati patah hati.
Derana, track kedua pada album ini mengambil kata arkais. Sebuah kata yang jarang digunakan dalam bahasa Indonesia sehari-hari. Derana memiliki arti sebuah kekuatan atau kemampuan untuk menghadapi segala rintangan dan penderitaan.
Tiba saatnya menyalakan bara // menerjang, merencah dunia // Di atas bumi dan terus berlarilah // Di atas bumi dan raga menarilah
Lirik-lirik ini menggambarkan sebuah aksi untuk bangkit dan bergegas dari penderitaan, apalagi vokal yang tertuang, dinyanyikan secara scream. Rawrrrr!
Lagu ketiga berjudul Jentaka. Lagu ini punya cerita yang cukup unik, tentang si introvert dengan kemampuannya menyembunyikan kesedihan. Dari segi komposisi, pemilihan riff gitar sebagai pengantar menuju chorus pada lagu ini juga tampil serasi, membikin melodi lirik menjadi catchy.
Aku tak mau diketahui // Saat menangis dan terjatuh lagi // Aku terbiasa menyendiri // Menutupi sedih dalam komedi
Lirik-lirik diatas tampil dengan jujur mengungkapkan isi hati seorang introvert. Ditambah, pada menit terakhirnya menampilkan suara seseorang tertawa. Biasanya orang yang tertawa paling lepas adalah orang yang lukanya sangat deras.
Lagu keempat adalah Jeda.
Kau berkata jangan memulai yang tidak bisa kau akhiri // Dan kau berkata jangan menginginkan yang tak bisa kau miliki
Kalimat di atas adalah lirik penutup dari track keempat pada album Perayaan Patah Hati Babak 1. Biasanya dalam sebuah hubungan percintaan, akan ada yang terjebak dalam hubungan yang salah, atau bagaimanapun kejadiannya, kalau sudah terlanjur menggali lubang, bahkan sudah sampai di pertengahan jalan, harus siap menutupnya sendirian. Demikianlah lagu ini dikisahkan. Sangat nyata.
Serana, merupakan lagu paling populer di antara track lainnya. Lagu ini membicarakan isi hati si pemilik rindu yang masih terikat dengan momen kebersamaan bersama mantan pawang hatinya. Terus mencari bagaimana cara melupakan, merelakan, hingga mengikhlaskan. Bahkan, segala nasihat, quotes, dan tutorial move on pun tidak akan mempan kalau perasaan belum mau mengikhlaskan. Karena sudah terlalu lama bersama, jadi sulit terbiasa. Lirik “Beri tahu aku cara melupakan mu, seperti kau ajarkanku dewasa” menyimpulkan pesan lagu.
Untuk Siapa?. Khusus di track ini, menggambarkan sebuah pertanyaan besar yang membekas di hati seseorang. Seseorang tersebut merasa bahwa dirinya bukanlah yang diinginkan, maka ia bertanya-tanya, ‘Untuk siapa semua pemberianmu? untuk siapa perilakumu itu?’.
Jakarta Hari Ini berada diurutan ketujuh dan menjadi hits kedua setelah Serana. Lagu ini terbilang cukup unik karena menampilkan adegan dua pembicara. Pertama, suara seseorang yang bersaksi tentang pengalamannya dalam menjalin hubungan, yang disampaikan secara bertahap melalui pengakuan dosa dan rasa bersalah, penyesalan, sampai permohonan maaf kepada masa lalunya.
Akhirnya ku menyerah // Maafkan aku yang menyela // Jika dahulu ku tak pernah membuatmu bahagia
Kedua, suara seseorang sebagai sang motivator yang menanggapi atau menyimpulkan makna dari tiap lembaran kesaksian yang telah diutarakan.
Yang datang dan pergi // Semua yang harus dilalui // Kadang kita perlu tersakiti // ‘Tuk menjadi manusia
Perayaan Patah Hati, menjadi track kedelapan dengan gaya yang berbeda. Pemutaran lagu ini diawali sebuah pembacaan puisi yang komposisi baitnya ditulis dengan latar pasca kejadian patah hati. Kemudian, akhir dari track ini disambut lirik dengan pesan sebuah harapan, bahwa kiranya setiap lagu yang diputar dapat sampai kepada pendengar, dan berharap semoga dapat bersua kembali merayakan patah hati.
Pada track terakhir, terdapat Bersambung dengan komposisi instrumental yang divokalkan oleh saxophone. Sekali lagi, ini adalah ciri khas dari For Revenge.
Album ini telah banyak membuat kegelisahan terbebaskan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya unggahan video yang menampilkan konser For Revenge menyoroti hujan air mata para penontonnya, serta penonton juga diberi ruang untuk bersaksi di atas panggung.
Terima kasih kepada For Revenge berserta siapapun yang terlibat, karena telah mewakili beberapa perasaan yang sulit diungkapkan.
Editor: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul: For Revenge/atothred