Kelas Pekerja: Kumpulan Puisi Bayu Lesmana

Kumpulan puisi ini: Kelas pekerja, Pagi ke siang, Siang ke sore, dan Sore ke malam. Ditulis oleh Bayu Lesmana, seorang yang aktif di teater selama kuliah, aktor dan sutradara. Lulusan Pendidikan Bahasa Jerman, Universitas Negeri Yogyakarta.


Kelas pekerja

Detak ini berdebar, 
di jantung dan di mega
Kalut darah yang gusar
menarik seluruh perkara
entah yang silam lampau : Lagu lama

Lalu terbangun aku
pada ketiak pagi yang sudah tinggi
Terlanjur siang,
Detik-detik menuntut ganti
Uang-uang lari ngibrit 
terlalu cepat

Kembali kosong,
Nol-nol berhamburan
kembali tunggui awal bulan.


Kere.
Miskin lagi.

Pinjaman online ajukan diri
Bunga mimpi menanti diketik
Dewa zeus menunggu hadir
Kembali gadaikan janji
Pola yang sama 
akut.

Mayday! Mayday!Mayday!
Upah terjun bebas.
Anak nangis lemas
Istri mulai berkemas
BASARNAS!
Ini bencana tak bernas.

Ribut lagi.
Sudah miskin, buruh pula
Mudah digerus
Jarang diurus
Korban pejabat rakus.
Mampus.

Pagi ke siang

Terkesiap, mata remang-remang menatap
Langit-langit ruang sempit
Alarm saling tunda menjeda bunyi
Badan ini masih cemas, pikiran terlalu lemas
Pertempuran semalam terlalu gigih 
Asap-asap umpatan mengepul
Ledakan fakta disana-sini
Darah menggenang mengaliri
Rencana masa depan
Yang bisa saja jadi bencana.

Ah, sial kesiangan lagi.
Seharusnya, bisa digunakan memanaskan motor,
Atau memanaskan mimpi yang sudah basi,
Lauk kecemasan, dan pikiran kotor

Baiklah, matahari sudah berdasi
Saatnya bercemas-cemas, bersiap diri
Kenyataan masih sama lagi
Intinya aku kesiangan lagi 

Siang ke sore

Tak ada yang tergugah,
Wajah-wajah menatap langkah, 
Mengarah ke surau yang terlalu ramai dengan keheningan jaman
Di sebrang surau itu hanya kesepian yang melanda kumpulan orang-orang saling bercengkrama.

Seorang pria berdiri,
Menjadi imam dan makmum untuk menyepi dan menyapa
Sementara, Tuhan memberikan selimut pada tiap-tiap sepi
Tuhan yang Maha mendekapi.

Sore ke malam

Mengemas keringat, dan
Beberapa tunggakkan
Tenggat laporan, bisikan tagihan
Mari kita simpan dahulu kedalam tas jinjing

        Anjing!

Jalan ramai : mobil, motor, pengemis, pejalan, kemacetan, umpatan dan kecemasan.
Tuhan raib di hinggar jalan.
Jingga dan keemasan.

Sebentar lagi sampai bilik kos-kosan
Sebentar lagi sampai tujuan.
Sebentar lagi melanjutkan pekerjaan.
Ah sial, kerja lagi.

Puisi dibuat dari Januari-September 2023.


Penyelaras aksara: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul: Akwila Chris Santya Elisandri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Article

Album 'Perayaan Patah Hati Babak 1' For Revenge: Jika Tidak Mampu Disembuhkan, Mari Dirayakan 

Next Article

Mantra dari Klaten, Sambutlah Hari Esok yang Baik: Ulasan Album 'Sambutlah' The Jeblogs