Kumpulan puisi ini: Terjebak dalam Warna, Telanjang, dan Menelan Duka ditulis oleh Muhammad Ridwan Tri Wibowo, mahasiswa PBSI UNJ 2022.
Terjebak dalam Warna
di kafe yang riuh ini,
lighting merah dan biru
bersanding dengan
bendera-bendera karton
warna-warni:
oren, kuning, biru tosca,
ungu, dan merah muda
bangku-bangku besi
bersanding meja-meja bundar
yang terbuat dari drum minyak
berpijak pada conblock retak
menyambut para pengunjung.
lagu “For What It’s Worth”
mengalun di tengah keramaian;
rokok di tangan, cocktail, mocktail,
dan kopi memenuhi meja-meja
kafe ini menjadi panggung kehidupan
kita semua: aktor dan penonton.
melarikan diri dari kesepian
terperangkap duduk
dalam warna-warna mencolok
ketika malam semakin larut
dan lampu-lampu mulai redup
aku memutuskan untuk keluar
dengan langkah berat diiringi
oleh lagu “The Drugs Don’t Work“
seolah menutup babak
dari malam yang penuh ilusi
Bintaro, Juli 2024
Telanjang
aku ingin tidur telanjang
namun malam ini,
dingin menyergapku,
membuatku bersembunyi
dalam selimut tebal
namun, tanpa ampun,
dingin terus merayu
melucuti pakaianku
hingga akhirnya,
di balik selimut
kutanggalkan segala
pakaian kemunafikan
dan menyerahkan diri
kepada Tuhan dengan
doa yang tulus dan
hati yang terbuka
Juli 2024
Menelan Duka
/ruang makan/
di ruang makanmu
belasan mata sayu
menggelayut
di langit-langit
menatapku lelah
kesedihan dan
kegelisahan
mengunci dan
mengitariku
pengap
tanpa jendela
/di atas meja/
bunga plastik
layu
gelas berisi
kemuraman
tisu basah
air mata
mangkok sayur
logo penyedap
rasa trauma
berisi sayur
daun singkong
riak hijau
/tutorial makan/
1;
kau tunjukkan
cara menyantap
hidangan
di meja makanmu
yang penuh duka
tanpa belepotan
di sela-sela
bibirku atau
jatuh ke meja
dan lantaimu
2;
kau ajariku
menelan
makanan
yang penuh
duka
di setiap
suapnya
menyusuri
trauma
menjijikkan
hingga
sendawa
Juli 2024
Penyelaras aksara: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul: Akwila Chris Santya Elisandri