Kumpulan puisi ini: Narasi Menyusun Kerumitan Lain, Penerbangan Menuju Surga, dan Dalam Sebuah Film Absurd. Ditulis oleh Imam Budiman, seorang guru Bahasa dan Sastra Indonesia serta Ketua Tim Perpustakaan—Literasi Pesantren Madrasah Darus-Sunnah Jakarta.
Narasi Menyusun Kerumitan Lain
Mesin waktu—satu lingkaran, raut tua dan separuh buta
terbit dari garis tangan musafir yang kemudian berkata
—apakah gelagat ne-ga-ra yang marah muasal
dari pecahan kecil tenggat ne-ra-ka yang merah.
Kantung selokan menyimpan bintang yang ditirikan
sembunyi dari langit lain tak dihuni, mobil listrik
merusak lalu lintas meteorid, tersesat dan jauh.
Adakah panas bumi—gelombang pasang
kasih yang rumit, tak tercatat di big data?
Turbin-turbin berputar di lambung para janda
menyalakan lapar pasca perang, menunda
alir minyak mentah dari puting susunya
—bukankah kekanak, mesin bermain
dengan energi tanpa batas.
Akar-akar pohon melahirkan mesiu
satu peluru, bersarang dan semayam
tersesat dari rimba pabrik berhantu.
Fosil sejarah dicairkan, menjadi
udara yang menabrak paru-paru.
Ikan-ikan berkawat terumbu, pukat
yang culas, sepasang sirip dari batu
meniru mutan terbaru insang seribu.
Sebuah kitab, tubuhnya almanak, berupaya
menyusun kisah dari kecemasan yang ganjil.
2024
Penerbangan Menuju Surga
Di pintu imigrasi Ia memastikan
tak ada yang tinggal, selain paspor
dan kenangan, semua telah masuk
ke dalam koper.
Bahasa pertama yang dipungut dari meja belajar
dongeng tentang manusia pertama di luar angkasa
serta cara cermat menabung sisa uang kembalian.
Barangkali tak pernah ingin kembali—sedangkan
sebuah kota terlalu banyak menanggung kecemasan.
Dan ini rahasia: ada satu desa kecil di atas sana, tempat
berkebun tanpa irigasi—sebab hujan tak pernah berhenti.
Atau sebenarnya hujan tak pernah tercipta di sini.
2024
Dalam Sebuah Film Absurd
Aku penuh menemuimu, setitik demi serintik
pada menit ke dua puluh satu, dalam adegan
yang tak pernah ditulis dalam catatan harian
seorang pelamun kesepian di kota ini.
Kau mengusir kekanak angin yang bermain
yang susut di celah jendela, lalu renyai
di kebun tomat belakang rumah.
Aku adalah kecoak dari amerika latin abad delapan belas
yang mewabah di kolong ranjang; di balik lemari pakaian
yang sehari-hari mencintai seisi kamar mandimu. di dapur
aku menyaksikan dengan kedua antenaku, perihal caramu
memasak ayam lada hitam dengan racikan kesedihan.
Dan camus yang moksa di balik setir kemudinya
menolak jiwa kita menjadi nihilis yang pemurung.
2024
Penyelaras aksara: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul: Tufail Rosyad Abdi
![](https://sudutkantin.com/wp-content/uploads/2021/04/nyawer-banner-744x200.jpg)