Ada dua Douwes Dekker yang berjuang untuk orang-orang Hindia Belanda yang akhirnya, ya, jadi Indonesia ini. Sekali lagi, dua Douwes Dekker, bukan satu. Eduard Douwes Dekker (atau Multatuli yang nulis Max Havelaar) dan Ernest Franҫois Eugène Douwes Dekker (atau Danudirja (DD) Setiabudi dalam tiga serangkai).
Saya pernah mengira Douwes Dekker ini, ya Multatuli, ya Danudirja. Juga mendapati rekan merancukan Douwes Dekker yang satu dengan Douwes Dekker yang lain. “Douwes Dekker adalah satu orang,” pikir saya membenarkan diri. Namun, keraguan masih merongrong tatkala melihat foto Douwes Dekker yang klimis dan berkumis tebal dan foto Douwes Dekker lain yang berambut putih dan berpeci.
Apakah dia berubah seiring waktu? Atau mereka sebenarnya dua orang? Atau salah satu foto bukan Douwes Dekker, tapi dikira Douwes Dekker? Ada lagi sih foto Douwes Dekker klimis dan berkumis, masalahnya, waktu itu, makin bikin sangsi.
Internet berkembang dan berkembang. Sejak ada GPRS, sebenarnya kebenaran sangat mungkin dicari untuk mengatasi persoalan ini. Apalagi EDGE, 3G, H+, 4G. Betapa teknologi sudah berkembang dan betapa Douwes Dekker masih itu-itu saja dan diselimuti misteri. Setelah diingat-ingat, ini sudah berlangsung lama, sejak sekolah, tapi tidak pernah saya tanyakan ke guru-guru sejarah.
Apakah LKS begitu menyesatkan? Apakah guru yang kurang menjelaskan? Atau murid seperti saya tidak belajar betul-betul.
Max Havelaar, beberapa buku sejarah yang bukan buku pelajaran sejarah, dan beberapa artikel yang terserak di internet mengentaskan saya dari kegamangan yang sudah lama menghinggapi. Seperti yang sudah saya katakan di paragraf awal, ada dua Douwes Dekker. Tidak hanya itu, lebih tepatnya, dua orang dari keluarga Douwes Dekker.
Berikut ini keterangan yang saya temukan dan susun ulang dari wikitree.com dan amelanders.com:
Pada 1785, Pieter Douwes menikah dengan Engeltje Engels Dekker. Pasangan ini memperanakkan Engel Pieter Douwes Dekker pada 1787. Pada 1808, Engel Pieter Douwes Dekker menikah dengan Sietske Eeltjes Klein. Dari pasangan ini, lahirlah 6 orang anak, yaitu: Chatarina Douwes Dekker, Pieter Engels Douwes Dekker, Jan Douwes Dekker, Antje Douwes Dekker, Eduard Douwes Dekker, dan Willem Douwes Dekker. Nah, Eduard Douwes Dekker yang inilah yang dikenal juga dengan Multatuli (nanti ada Eduard yang lain lagi!).
Nama Douwes Dekker selanjutnya digunakan untuk menamai keturunan-keturunan keluarga ini dari garis ayah.
Pieter Engel Douwes Dekker menikah dengan Maria Abrahamsz pada 1841. Memperanakkan Engel Douwes Dekker, Kornelis Douwes Dekker, Eduard Douwes Dekker, dan Franҫois Adrianus Gerard Douwes Dekker.
Jan Douwes Dekker menikah dengan Louise Marie Elise Adolphine Bousquet. Memperanakkan Auguste Henri Edouard Douwes Dekker dan Henri Jean Douwes Dekker. Selanjutnya, Auguste menikah dengan Louisa Margaretha Neuman dan memperanakkan Ernest Franҫois Eugène Douwes Dekker. Nah, E.F.E. Douwes Dekker inilah yang disebut juga Danudirja Setiabudi. Sementara, Henri Jean menikah dengan Johanna Jacoba Einthoveen dan memperanakkan Louis Henri Douwes Dekker.
Ini masih belum memasukkan nama Guido Maximiliaan Gustaaf Douwes Dekker dan Niels Alexander Douwes Dekker yang prenahnya belum saya cari lebih lanjut.
Bisa disimpulkan, wong cetha wela-wela, bahwa Douwes Dekker enggak cuman satu. Bahwa Douwes Dekker Multatuli beda sama Douwes Dekker Danudirja. Bahwa Douwes Dekker, boro-boro satu, lha jebul rombongan! Lagi, untuk memperjelas prenah: Multatuli adalah mbah-lik/mbah-paman dari Danudirja.
Sudah, itu saja. Lagian ini cuman buat menyelesaikan premis ‘Douwes Dekker cuman satu’ yang ternyata kalau mau piknik ora trima mobil siji.
Editor: Arlingga Hari Nugroho