Malam Takbir; Kumpulan Puisi Kristophorus Divinanto

Puisi-puisi: Malam Takbir, Bekal, dan Sepi, dalam kumpulan puisi Malam Takbir ditulis oleh Kristophorus Divinanto atau lebih dikenal dengan nama Divin. Guru SD yang rajin membaca manga dan menonton anime. Beberapa karya yang telah dipublikasi antara lain Melarung Sesaji Pilu, Kota yang Menggigil (puisi), Elegi Secangkir Jamu, dan Sebentar Lagi Pagi (cerpen).


Malam Takbir

Nenek meninggal serangan jantung.
Bunyi petasan mengagetkan nyawanya.
Kakak dilarikan ke IGD rumah sakit.
Usai mencumbu aspal ketika balap liar.
Adik menangisi jarinya yang buntung.
Petasan iseng meledak di tangannya.
Ibu meninggal saat takbir setahun lalu.
Maut mengunjungi usai opor matang.
Bapak masih mencari cara untuk mati.
THR ludes karena peti, obat, tangan palsu.
Aku tidak dibelikan satu saja baju baru.
Untukku hanya sebungkus kembang api.

Ya Allah, apakah esok hari
Engkau akan meminta maaf padaku?

(Kutoarjo, 12 Mei 2021)

Bekal

Sebelum mengangkasa,
terimalah opor ayam,
bihun goreng,
sambal krecek,
seikat ketupat,
dan kerupuk ini.

Kiranya bisa jadi makan siang
selama perjalanan-Mu.

(Kutoarjo, 13 Mei 2021)

Sepi

Tidak ada sungkeman yang kudatangi tahun ini.
Kemenangan suci kembali kurayakan sendiri.
Membeli ketupat dan opor hanya untuk satu porsi.
Memakan nastar dan lidah kucing bersama sepi. 

Tiada ada pula rombongan takbir kuikuti tahun ini.
Langkahku mengelilingi tiap jengkal kamar kos pilu.
Mengumandangkan azan takbir tanpa kembang api
Sendu datang lagi lewat tanyamu soal kepulanganku.

Kaunuhu basiran. Kaunuhu muridan.
Kaunuhu qadiran. Kaunuhu sami’an.
Kaunuhu aliman. Kaunuhu mustakalliman.
Segala sepi dan sesak ini mardatillah. 

Maka langkahku mengarah pada wudu.
Menerjemahkan rindu dalam heningku.
Dalam doa kutulis beragam ucap rindu.
Kukirim dengan mengalamatkan hatimu.
Semoga akan tiba Allah memberi restu.
Untuk kita kembali menatap dalam temu. 

(Kutoarjo, 12 Mei 2021)


Ilustrasi: Christina Audrey

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Article

Bunga Jengger Ayam Xaus Padang, Bahan Pangan Alternatif saat Pandemi

Next Article

Perayaan Kecil Mengenang Kegelapan | Catatan Pasca Pameran Jalan Gelap