Puisi-Puisi Kontemplasi: Kumpulan Puisi Didin Emfahrudin

Manusia akan terus mencari
Andong dan Sore di Bibir Pantai/ dok. @ismaadily

Pusat badai puisi-puisi Didin ini berpusat pada Kontemplasi pada relasi antara manusia dan Tuhan. Antara lain adalah Orang-Orang Kebanyakan, Manusia Gila Akan Selalu Ada, Semesta Bersujud, dan Teknologi Menjadi Tuhan.

ORANG – ORANG KEBANYAKAN

Memahami makna Membaca hanya proses menelaah
Dengan mata
Dengan memahami teks atau buku bacaan belaka

Membaca tidak harus selalu dengan mata Semua indera adalah anugerah
Kepada kita berguna untuk membaca

Indera terbantu oleh hati Hati yang penuh nurani
Dengan hati nurani
Kita baca karakter lingkungan dan jati Diri

Kita bisa menganalisa
Diri mencari sejatinya
Diri memahami bahwa Kita adalah hamba bagi Tuhannya
Kita masing-masing sesuai kepercayaan agama

Tuhan telah menciptakan Dari segumpal darah menjadi makhluk sempurna
Ya, Kemurahan-Nya Kepada tiap-tiap makhluk yang tak terhingga
Dia telah memberi otak Untuk berfikir dan bergerak

 

MANUSIA GILA AKAN SELALU ADA

Namun selalu bisa kita kendalikan
Begitulah nasib kita
Tidak akan berubah
Jika tanpa usaha

Di masa kecil mungkin Engkau nampak menderita
Dan berubah seketika saat kita dewasa
Karena usaha-usaha berbalut doa
Banyak orang yang pinter namun minder Ia
Banyak orang keblinger namun gila, Hahahaha

Manusia memang aneh Sulit menebak mana yang gila asli
Mana yang gila karena racikan strategi
Masing-masing individu punya kegilaannya sendiri

Gila yang sulit dikendalikan
Gila bernafsu hewan
Gila berbentuk kebejatan moral
Gila karena pergeseran nilai sosial

Gila menjadi budaya
Gila sudah menjadi lumrah

Gila, membuat manusia terlalu sibuk menjadi manusia
Gila, terlalu peduli pada dirinya
Gila, Ia sangka sungguh-sungguh manusia
Gila, sebelum dan sesudahnya akan tetap manusia

 

SEMESTA BERSUJUD

Ada masa disaat sobat

Pernah memiliki sejuta hasrat
Amat besar dan menggebu-gebu
Untuk melawan, menantang dan jungkir balik memburu
Ingin menggenggam serta menguasai dunia Menjadi nomor satu dan teristimewa
Seolah engkaulah manusia yang paling benar dan pasti mampu berkuasa
Ketahuliah sobat
Semestamu saat itu masihlah semesta menengadah.

Lalu pasti akan datang
Waktu buat sobat merasa lelah berkumandang
Atas apa yang selama ini engkau lantangkan
Yang dulu segera ingin kau capai dan perjuangkan
Semua yang kalu lakukan itu, nyatanya belum bisa membahagiakan
Sobat lantas menyesal dan mengeluh
Karena telah mengejar sebuah kehampaan penuh peluh
Ketahuilah sobat
Semestamu kala itu adalah semesta membungkuk

Kemudian di suatu titik jedah
Dalam penjelajahan kehidupan
Sobat sungguh ingin ikhlas dan berpasrah
Akan terdiam dalam sunyi
Juga di keramaian bahkan engkau tak ingin bersemi
Mencari keheningan apa itu kodrat seorang insan
Di situlah sobat berusaha mencari arti

Kepada siapa, untuk apa, dan sampai kemanakah langkah hidup ini
Menggubah haluan atau ingin terus bertransformasi
Menuju kesejatian langkah atau terus saja tersandera oleh sebuah tendensi
Bersyukurlah engkau wahai sobat
Karena semestamu kini semesta bersujud

 

TEKNOLOGI MENJADI TUHAN

Teknologi membentuk peradaban 21
Yang begitu maju entah sampai kapan
Adalah buah anugerah penciptaan
Olah fikir manusia terkini

Inovasi demi inovasi baru Dunia modern kian lesat memburu
Telah diciptakan manusia oleh manusia
Hingga membuat kita melampaui batas dan terlena

Seolah-olah manusia
Seolah-olah kita Tuhannya
Makhluk paling digdaya Padahal semua pencapaian itu
Tak akan pernah mengabadi
Takkan menjadi milik yang hakiki
Karena sejatinya semua miliknya
Tugas kita hanya mengabdi padanya

Tuhan pencipta ikhlas Ikhlasnya menjalankan roda
Ikhlas berbagi kepercayaan kepada hamba Pimpinan-pimpinan bumi
menyambut
Pemimpin bumi raya engkau disebut

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Article
monas dari balik kaca

Rantau

Next Article

“Silang Saling: Titian dan Undakan”, Refleksi Seniman Muda dalam Berkarya | Biennale Jogja 2022