Pusat badai puisi-puisi Didin ini berpusat pada Kontemplasi pada relasi antara manusia dan Tuhan. Antara lain adalah Orang-Orang Kebanyakan, Manusia Gila Akan Selalu Ada, Semesta Bersujud, dan Teknologi Menjadi Tuhan.
ORANG – ORANG KEBANYAKAN
Memahami makna Membaca hanya proses menelaah
Dengan mata
Dengan memahami teks atau buku bacaan belaka
Membaca tidak harus selalu dengan mata Semua indera adalah anugerah
Kepada kita berguna untuk membaca
Indera terbantu oleh hati Hati yang penuh nurani
Dengan hati nurani
Kita baca karakter lingkungan dan jati Diri
Kita bisa menganalisa
Diri mencari sejatinya
Diri memahami bahwa Kita adalah hamba bagi Tuhannya
Kita masing-masing sesuai kepercayaan agama
Tuhan telah menciptakan Dari segumpal darah menjadi makhluk sempurna
Ya, Kemurahan-Nya Kepada tiap-tiap makhluk yang tak terhingga
Dia telah memberi otak Untuk berfikir dan bergerak
MANUSIA GILA AKAN SELALU ADA
Namun selalu bisa kita kendalikan
Begitulah nasib kita
Tidak akan berubah
Jika tanpa usaha
Di masa kecil mungkin Engkau nampak menderita
Dan berubah seketika saat kita dewasa
Karena usaha-usaha berbalut doa
Banyak orang yang pinter namun minder Ia
Banyak orang keblinger namun gila, Hahahaha
Manusia memang aneh Sulit menebak mana yang gila asli
Mana yang gila karena racikan strategi
Masing-masing individu punya kegilaannya sendiri
Gila yang sulit dikendalikan
Gila bernafsu hewan
Gila berbentuk kebejatan moral
Gila karena pergeseran nilai sosial
Gila menjadi budaya
Gila sudah menjadi lumrah
Gila, membuat manusia terlalu sibuk menjadi manusia
Gila, terlalu peduli pada dirinya
Gila, Ia sangka sungguh-sungguh manusia
Gila, sebelum dan sesudahnya akan tetap manusia
SEMESTA BERSUJUD
Ada masa disaat sobat
Pernah memiliki sejuta hasrat
Amat besar dan menggebu-gebu
Untuk melawan, menantang dan jungkir balik memburu
Ingin menggenggam serta menguasai dunia Menjadi nomor satu dan teristimewa
Seolah engkaulah manusia yang paling benar dan pasti mampu berkuasa
Ketahuliah sobat
Semestamu saat itu masihlah semesta menengadah.
Lalu pasti akan datang
Waktu buat sobat merasa lelah berkumandang
Atas apa yang selama ini engkau lantangkan
Yang dulu segera ingin kau capai dan perjuangkan
Semua yang kalu lakukan itu, nyatanya belum bisa membahagiakan
Sobat lantas menyesal dan mengeluh
Karena telah mengejar sebuah kehampaan penuh peluh
Ketahuilah sobat
Semestamu kala itu adalah semesta membungkuk
Kemudian di suatu titik jedah
Dalam penjelajahan kehidupan
Sobat sungguh ingin ikhlas dan berpasrah
Akan terdiam dalam sunyi
Juga di keramaian bahkan engkau tak ingin bersemi
Mencari keheningan apa itu kodrat seorang insan
Di situlah sobat berusaha mencari arti
Kepada siapa, untuk apa, dan sampai kemanakah langkah hidup ini
Menggubah haluan atau ingin terus bertransformasi
Menuju kesejatian langkah atau terus saja tersandera oleh sebuah tendensi
Bersyukurlah engkau wahai sobat
Karena semestamu kini semesta bersujud
TEKNOLOGI MENJADI TUHAN
Teknologi membentuk peradaban 21
Yang begitu maju entah sampai kapan
Adalah buah anugerah penciptaan
Olah fikir manusia terkini
Inovasi demi inovasi baru Dunia modern kian lesat memburu
Telah diciptakan manusia oleh manusia
Hingga membuat kita melampaui batas dan terlena
Seolah-olah manusia
Seolah-olah kita Tuhannya
Makhluk paling digdaya Padahal semua pencapaian itu
Tak akan pernah mengabadi
Takkan menjadi milik yang hakiki
Karena sejatinya semua miliknya
Tugas kita hanya mengabdi padanya
Tuhan pencipta ikhlas Ikhlasnya menjalankan roda
Ikhlas berbagi kepercayaan kepada hamba Pimpinan-pimpinan bumi
menyambut
Pemimpin bumi raya engkau disebut