Kumpulan puisi ini: Balada Bunga Daffodil, Pantulan, dan Pancarona ditulis oleh Antonio Vieri. Seorang yang sedang menyibukkan diri dengan menitipkan ilmu bahasa dan humaniora kepada para pemelajar.
Balada Bunga Daffodil
Daffodil konon memiliki makna awal yang baru
Perumpamaan itu sangat selaras dengan kehidupan penyair ulung ini
Tetapi aku benci dengan sesuatu yang baru
Kenapa orang-orang selalu mengaguminya?
Ada apa dengan yang lama?
Bukankah itu lebih dari cukup?
Pada akhirnya, dengan terpaksa aku harus menjalani apa yang disebut baru itu
Membiasakan diri dengan penuh kebaruan
Awalnya juga tidak mudah
Semoga, ya.
Pantulan
Sejauh mata memandang, sejauh lubuk hati menerima kenyataan
Keberadaan itu pernah hadir dalam hidupku belum lama ini
Tawa yang melengking
Teriakan yang nyaring
Seakan selalu menghantui pikiranku saat jenuh datang
Bola mata memandangmu seakan berbicara dalam senyap
Dulu, aku pernah duduk di sana
Menerima bualan yang sering disebut ilmu
Bagaimana dengan sekarang?
Aku duduk di atas bak seorang raja dari antah berantah
Memberikan bualan itu tadi kepadamu
Aku rindu duduk di sana
Maka dari itu, sering sekali aku berinteraksi denganmu di kursi tersebut
Hanya karena ingin menyalurkan rasa hasrat lamaku.
Pancarona
Kata romantis tidak selalu bermakna pada rasa kasih sayang
Bisa saja itu hanya sebuah ungkapan keakraban
Namun seiring berjalannya waktu
Perbedaan keakraban ini sering sekali berujung pada pertikaian
Memang aku sendiri di rumah
Merasakan sunyi yang mengerumuni tubuhku
Namun ternyata tidak dengan pikiranku
Keresahanku sebagai seseorang yang pertama dan terakhir selalu setia menemani
Bukan karena aku mendambakan seorang adik yang hadir di hidupku
Aku hanya ingin melawan rasa sepi itu
Cuma itu, tidak ada lagi alasan lain
Aku tetap menganggapmu sebagai seorang adik
Darah ataupun Ibu bukan menjadi suatu penghalang
Perbedaan warna itulah yang menemaniku setiap saat.
Penyelaras aksara: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul: Antonio Vieri
