Astera, band indie pop yang beranggotakan Chandra, Rio, dan Dode baru saja merilis single kolaborasinya bersama Riri dari The Dare. Band yang terbentuk pada tahun 2018 ini sebelumnya sudah pernah merilis sebuah album berjudul “Better Days”. Dalam lagu Change of Heart pada album “Better Days” adalah salah satu lagu yang mereka sebut sebagai “lagu kunci” milik Astera.
Sebelum menggandeng Riri The Dare, Astera sudah berkolaborasi untuk mengeksplorasi lagu-lagu sendiri. Pada kolaborasi sebelumnya mereka mengajak Soulfood unit R&B asal Bali untuk menginterpretasi bersama lagu mereka berjudul Higher masih pada album “Better Days”.
Band yang banyak dipengaruhi seperti Hippo Campus, Two Door Cinema Club, atau band pop semacam The 1975 dan LANY ini memiliki nuansa dan karakteristik musikal yang ceria dan penuh warna. Dengan nuansa musik yang catchy membuat siapapun yang mendengar dan menyaksikannya secara langsung dapat ikut menari. Tidak terkecuali juga karena liriknya yang mudah dimengerti dan banyak menyampaikan pesan kebaikan.
Mendengarkan Astera kita harus siap menerima melodi dan nuansa manis yang terus bisa dinikmati dari awal hingga akhir tiap lagu. Pernah suatu waktu, ketika saya menyaksikan Astera pertama kali dengan pakaian serba hitam tentu dengan artwork ala band-band metal, saya merasa salah kostum untuk menyaksikan band ini. Ingin rasanya pulang untuk mengganti pakaian yang penuh warna, lalu kembali menyaksikan mereka dengan euforia yang lebih ceria.
Change of Heart sendiri ditulis langsung oleh personil Astera, Raden Bagus dan Rio, sekaligus Rio adalah vokalis dalam band ini. Lagu yang bercerita tentang perubahan hati seseorang ketika mengalami fase terburuknya dalam kehidupan. Dalam fase tersebut, Rio percaya bahwa selalu ada seseorang yang memberikan semangat, motivasi, dan mendorong seseorang agar segera keluar dari zona terburuknya.
Lagu ini dianggap sebagai sebuah ucapan terima kasih untuk orang yang sudah selalu ada dalam fase terburuk setiap orang. Dibungkus dengan nada-nada musikal yang sederhana, album “Better Days” membuat kita dengan mudah menerima maksud pada lagu dan membuat kita kembali ceria menjalani suatu hal.
Dengan karakteristik yang catchy dan ceria milik Astera, kehadiran Riri The Dare sebagai kolaborator menambah kesan yang makin lebih dari sebelumnya. Versi alternatif Change of Heart ini, menyajikan hasil modifikasi dari kedua kolaborator di dalamnya. Misalnya saja pada struktur vocal verse, menambahkan warna suara feminim khas miliki Riri. Juga pada penguatan harmoni di bagian chorus dengan penambahan elemen instrumen pada beberapa bagian penting, menghasilkan nuansa musik yang cenderung indie-pop.
Cukup menjanjikan dan segar untuk para pendengar setia Astera, dibandingkan pada Change of Heart sebelumnya. Khususnya penambahan pesan penting yang ingin disampaikan kepada pendengar dalam bentuk monolog pada pertengahan lagu. Poin ini juga cukup sangat memberikan kemudahan kita untuk membedakan kedua lagu Change of Heart, versi sebelumnya dan versi alternatifnya.
“Harapannya sih agar lagu-lagu di album ‘Better Days’ lebih unik dan maksimal tersampaikan pesan yang ingin kami sampaikan. Terlebih kami jadi berkoneksi lebih serius dengan kolaboratornya,” ujar Rio ketika ditanya soal lagu tersebut.
Lalu yang menentukan untuk mengajak sebuah kolaborator itu gimana? Ada kriteria terkhusus?
“Penentuan kolaborator sih tentu pemicu utamanya adalah membuat lagu-lagu di ‘Better Days’ jadi unik dan berbeda. Untuk kriteria spesifiknya sih, tidak ada. Pokoknya kami lihat bisa memberikan warna berbeda tetapi tetap bisa kawin sama musik kami, itu aja sih,” tambahnya.
Ada kendala nggak sih selama proses rekaman, kan Riri jauh dan beda pulau ya?
“Awalnya kami ada niat untuk rekaman di Lombok, tapi pas kebetulan Riri sendiri ada kegiatan ke Bali saat kedatangan dia langsung recording vokal di Rock The Beat studio, Kesiman. Tapi kalau record aransemen musik, kami independent di Bali,” tutup Rio.
Dari percakapan pendek itu kemudian saya menangkap bahwa sebelumnya Astera dan Riri memang sudah punya kedekatan baik secara pertemuan dan bahasa musik. Sehingga hal itu tidak terlalu susah untuk mereka jalankan dalam kolaborasi ini. Mungkin malah banyak kemungkinan baru yang Astera temukan pada proses ini. Salah satunya adalah ego sentris harus dibuang jauh-jauh untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
Hampir setiap hari saya memutar kedua lagu Change of Heart ini, guna menemukan titik yang mungkin dianggap sebagai upaya memberikan sedikit tanggapan terhadap lagu ini. Atau hanya sekadar aksi reaksi kecil usai mendengarkan ini secara berulang.
Dalam perjalanan saya usai pulang kampung menuju Denpasar dari Singaraja, ada momen saya terus mendengarkan lagu ini berulang kali. Perjalanan menuju Denpasar memakan waktu kurang lebih 2 jam 30 menit, artinya 150 menit. Jika lagu mereka masing-masing memiliki durasi kurang lebih 4 menit, artinya saya sudah mendengarkan kurang lebih 37 kali lagu mereka tersebut secara bergantian.
Saya merasa cepat untuk langsung hafal bagaimana perbedaan nuansa kedua lagu Change of Heart, terutama melodi gitar yang cukup sangat dominan pada versi alternatif, suara feminim khas Riri, dan teks yang dibaca secara monolog.
Pembagian lirik yang adil secara porsi juga tidak membuat lagu pada versi alternatif ini jadi timpang sebelah. Tentu dengan adanya karakter Riri menjadikan lagu ini makin kuat. Hanya menurut saya, ada satu hal yang kurang enak untuk didengar. Ini menurut saya, akan sangat sah jika teman-teman sekaligus memiliki pandangan lain, yaitu pembacaan teks monolog yang terkesan menggelikan didengar.
Saya hampir terkecoh, monolog yang ditulis oleh Chandra yang dibacakan oleh orang lain membuat saya mengira itu adalah suara Rio, sang vokalis. Saya mengira itu pure suara Rio, karena memang sangat mirip. Awalnya sudah sangat geli mendengar suara monolog yang dibuat begitu melankolis. Saya membayangkan seorang Rio, berlutut di depan saya untuk mengucapkan terima kasih dengan sangat manis. Sungguh menggelikan, merinding jika dibayangkan.
Namun, setelah saya memastikan ulang dan menanyakan langsung kepada Rio, benar itu bukan sama sekali suara Rio. Meski begitu, saya rasa ada sebuah sedikit kecacatan jika semisal teks monolog itu dibacakan oleh orang lain dalam konteks membicarakan karya ini di luar kolaborator. Artinya, masih ada kolaborator lain selain Riri dari The Dare.
Saya akan membayangkan Change of Heart ini akan lebih manis dan pas, jikalau Riri yang langsung membacakan teksnya, tentu dengan versinya. Atau jika tetap ingin ada dialog semacam itu di tengah lagu, akan lebih menarik juga misalnya dibuatkan semacam dialog pendek antara Rio dan Riri untuk menegaskan isi dari lagu tersebut.
Kemudian untuk memperluas proyeksi saya terhadap karya kolaboratif ini, saya menghubungi langsung Riri untuk sekadar bertanya singkat soal proses kreatif lagu ini. Sebelumnya, saya mengetahui Riri selain anggota The Dare, adalah wanita ceria yang saya follow di akun media sosial Twitter, kini berganti X. Wanita ceria, penuh tawa dan canda dengan pendekatan yang sangat Gen Z sekali. Orang-orang sering memanggilnya, bunda.
Percakapan pembuka basa-basi busuk sekaligus memperkenalkan diri dengan siapa dan mau apa saya menghubungi beliau saya lakukan dengan sangat spontan (uhuuuy!).
Mungkin supaya nggak terlalu lama buang-buang waktu kak Riri, boleh saya langsung bertanya ada gak sih kendala untuk masuk ke karakter musik Astera pada proyek Change of Heart versi alternatif ini?
“Langsung dijawab ya. Banyak banget sih, karena memang karakternya beda banget dari lagu yang biasa aku nyanyikan. Dan kolaborasi bareng Astera ini, adalah lagu pertama aku nyanyi di luar The Dare,” ujar Riri.
Kalau secara teknis?
“Kalau teknisnya sih, lebih ke range nada aja, karena Astera range nadanya itu cowok banget. So far, nyaman dan seru sih,” tutupnya.
Dari tadi ketika saya membayangkan nama “Astera”, saya membayangkan band tersebut adalah band yang lekat dengan penggemarnya yang penuh oleh wanita. Karena karakteristik yang saya bayangkan begitu manis dan feminim, sehingga sangat cocok untuk kaum hawa ini berdansa manis. Namun setelah mendengar dan tahu langsung dari pernyataan Riri bahwa baginya Astera adalah musik yang cowok banget, saya mulai berpikir ulang soal pemaknaan musik terhadap sebuah gender.
Sepertinya saya harus mendengarkan berulang-ulang lagu Change of Heart versi alternatif ini untuk memaknai lagi lebih dalam kemana karya ini bisa dibedah secara luas. Namun, jika teman-teman pendengar memiliki interpretasi yang berbeda dengan saya, itulah musik. Kita bisa mengartikannya ke mana saja.
Bahkan bisa tidak memiliki arti sekalipun, tergantung bagaimana kita melakukan pembacaan terhadap sebuah karya. Mungkin saat pembacaan monolog, volume akan saya hilangkan agar tidak membayangkan adegan Rio berlutut di depan saya itu kembali terbayangkan.
Satu karya kolaboratif yang sangat patut didengarkan belakangan ini untuk menghiasi hari menuju better days.
Karya Change of Heart adalah proyek Astera untuk menuju kampanye mereka, “Better Days With Us”. Dalam proses penggarapannya didukung oleh berbagai pihak: Elmo Ramadhan menjabat sebagai mixing dan mastering engineer, Fendy Rizky, Noriz Kiki, dan Aji Nurcahyo dari Taman Bermain Nosstress membantu proses rekaman audio drum. Sektor vokal direkam bersama Dadang Pranoto dan Kristian Dharma dari Pohon Tua Creatorium, hingga mantan personil mereka Raden Bagus turut hadir untuk penggarapan artwork.
Dari sini kita bisa melihat juga bahwa Raden Bagus tidak sepenuhnya keluar dan masih terlibat di Astera, buktinya eksistensi dan keberadaannya masih ada. Sangat patut untuk dinantikan setelah ini akan ada cerita baru apa lagi, LFG Astera!
Editor: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul: Anjas Maulana