Pembicaraan Basa-basi, Efek Kuat dalam Interaksi Sosial

Kolase Sudutkantin/rawpixel

Tanpa disadari basa-basi memiliki efek yang kuat dan positif dalam interaksi sosial. Dengan basa-basi, seseorang dapat membuka kesempatan untuk mengeksplor kesamaan yang dimiliki seseorang dengan teman bicaranya, yang pada akhirnya menghasilkan dan menguatkan ikatan antara dua manusia tersebut.


Sebagai mukadimah, saya mengucapkan “Selamat Hari Raya Idul Fitri 1443 H”, bagi yang merayakan. Bila mulut tak mampu berucap dan tangan tak mampu menggenggam erat, coba segera dihalalkan setelah Halal Bihalal, jiakh. Sudah cukup mukadimahnya, mari melanjutkan ke basa-basi lainnya!

Hari Raya Idul Fitri adalah salah satu momen paling pas untuk berkumpul bersama keluarga besar. Pun dari sini, yang kemudian lahir istilah “Halal Bihalal” seperti yang telah kita ketahui.

Prof Quraish Shihab menjelaskan dalam bukunya (Shihab, 1992), Halal Bihalal merupakan kata majemuk yang terdiri atas pengulangan kata Bahasa Arab “halal” diapit satu penghubung “ba” (baca: bi).

Bahkan, kata “Halal Bihalal” tidak dijelaskan secara khusus dalam Al-Qur’an, Hadis atau pun tradisi orang Arab. Istilah Halal Bihalal murni lahir dari bangsa Indonesia. Meskipun begitu, bukan berarti Halal Bihalal adalah suatu kebiasaan baru yang buruk, bukan. Konon katanya, Halal Bihalal dapat menciptakan keharmonisan antar individu atau pun antar kelompok.

Oke, dari sini dapat dimengerti, Halal Bihalal hukumnya mubah (boleh), karena di dalamnya tidak mengandung unsur haram. Setelah mengutarakan kata-kata yang biasa diucapkan saat Halal Bihalal, seperti: “Minal Aidzin wal Faizin”, “Mohon Maaf Lahir dan Batin”, “Nyuwun Agungipun Pangapunten”, serta kata-kata lain yang berbau “maaf”, ada beberapa kata penunjang yang konon bisa menciptakan suasana Halal Bihalal menjadi lebih lama dan tidak terkesan kaku, namanya basa-basi.

Meksipun namanya hanya basa-basi, tapi sebagai manusia yang memiliki rasa kepekaan terhadap sekitar, sebaiknya tetap berhati-hati. Basa-basi bisa menimbulkan kebimbangan, basa-basi bisa melahirkan sakit hati, basa-basi bisa menghadirkan pikiran tentang kenangan-kenangan yang semestinya tidak perlu dipikir ulang, berkali-kali.

Ada beberapa template kata-kata basa-basi yang sering dilontarkan saat Halal Bihalal misalnya, “Sudah punya calon belum?”, “Sekarang kok tambah kurus, sih”, “Kerja di mana sekarang?”,  dan pertanyaan sejenis lainnya. Ya, namanya juga basa-basi. Setidaknya, ada beberapa kalimat yang telah basi, yang tidak wajib untuk dipungut kembali.

Dalam tindak tutur ilokusi “speech act” diterangkan, ketika mengatakan sesuatu seharusnya orang juga melakukan sesuatu.

Misalnya, ketika seseorang mengatakan “Maaf saya terlambat”, maka orang tersebut tidak hanya mengatakan saja, tapi juga melakukan (perbuatan) terlambat. Masih untung jika yang melontarkan basa-basi adalah ia yang sudah menikah, yang memang memiliki badan kurus dan yang sudah kerja. Kalau yang basa-basi belum pernah melakukan suatu hal basi yang dilontarkannya itu, bagaimana? 

Berbasa-basilah dengan baik yang tidak mudah menyinggung perasaan orang lain, karena biar pun kita sesama manusia yang punya hati, akan tetapi tiap orang berbeda-beda dalam merepresentasikan perasaannya. Gunakanlah kata-kata yang baik, misalnya: “Mari makan! Saya sudah siapkan lontong sayur, soto dan sate komo, hehehe”, “Wah, makin manis saja, ya, kamu”, “Syukurlah, semua sehat”.

Dengan begitu, basa-basi tidak hanya sekadar menjadi sesuatu yang basi, tapi lebih dari itu, basa-basi akan semakin mendekatkan yang jauh, merapatkan yang dekat, menguatkan hubungan antara penutur dengan penerima pesan, dan yang tidak kalah penting adalah meningkatkan kesejahteraan emosional serta kesehatan mental.

Menurut Dr. Justine Coupland, seorang ahli sosiolinguistik dan penulis buku Small Talk, tanpa disadari basa-basi memiliki efek yang kuat dan positif dalam interaksi sosial. Dengan basa-basi, dapat membuka kesempatan untuk mengeksplor kesamaan yang dimiliki seseorang dengan teman bicaranya, yang pada akhirnya menghasilkan dan menguatkan ikatan antara dua manusia tersebut.

Jika kita merasa ‘nyambung’ dengan orang yang memulai percakapan remeh alias basa-basi tersebut, berarti kita telah mendapatkan sekutu baru. Sedangkan, manfaat lain dari basa-basi adalah ‘ketularan’ mood serta energi positif yang lebih tinggi.

Lantas, bagaimana jika basa-basinya dengan mantan pacar? Mantan gebetan? Kalau yang seperti ini, bisa disebut sebagai basa-basi yang benar-benar basi.

Karena bagaimana pun pasti masih ada beberapa sisa rasa atau sisa-sisa lainnya yang kalau salah satunya tidak bisa “menge-rem”, takutnya malah timbul sesuatu yang seharusnya tidak muncul lagi di masa sekarang bahkan di masa depan; sesuatu yang sudah diketahui akan berujung sama.

Jika saat hari raya seperti ini mantan mengirimkan sebuah pesan “Minal Aidzin wal Faizin” cukup lah membalas dengan “Iya sama-sama, Minal Aidzin wal Faizin juga”. Tidak perlu ada embel-embel bertanya tentang kabar, apa lagi bertanya tentang perasaan dia ke kamu sekarang bagaimana? Apakah masih tetap, atau sudah berubah? *Eladalah.

 

Editor: Tim Sudut Kantin

 

3 comments
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts