Berpura-pura Hidup dan Menyaksikan Kenyataan Diri Hari Ini | Pengalaman Mendengarkan ‘Pagiku’ purapurahidup

Melalui lagu ‘Pagiku’, purapurahidup mampu merangkum dan mengingatkanku untuk melihat kembali perjalanan hidup ini.

Apa yang ada dalam benakmu ketika muncul pertanyaan, cita-citamu apa? Atau, sebenarnya apa yang kamu kejar?

Hmm rasanya sebagai pemuda kelahiran 90-an; penyandang gelar freelance ulung, dengan jam terbang tinggi, lebih banyak meeting tanpa ujung, dan bisa hidup pas-pasan, kok rasanya lebih nyaman bangun siang dan mengabaikan pertanyaan-pertanyaan macam itu.

Meski nyatanya, dalam lamunan malam panjang di waktu yang tenang dan tidak banyak ancaman kekhawatiran atas jawaban dari pertanyaan itu sering menghantui. Eits, tentu saja pilihan nongkrong bersama kawan, sembari menghabiskan beberapa botol cairan yang mampu mengantarkanku pada mimpi yang lebih menenangkan jadi opsi yang cukup melegakan. Toh, sampai hari ini nyatanya aku bisa bertahan kan.

Di era gempuran produk digital yang begitu cepat, rasanya tidak cukup hanya dengan skill sekadarnya, tanpa relasi atau minimal kenalan orang dalam. Kok rasanya sulit ya mengembangkan potensi diri?

Mau jadi apa kamu ini? Apa iya aku ini bagai debu yang bertebaran, mudah tersapu kebaruan? Ha? Gimana?

Sudahlah. Apa saja yang penting tidak menyakiti atau mencuri. Toh, kehidupan ini nanti juga akan berakhir bukan?

Tapi mungkin, tak begitu bagi pemilik karya lagu Pagiku. Setelah kudengar dan kuresapi tiap penggal liriknya, sepertinya ia punya cara sendiri mengartikan dan menjalani kehidupan. Penyandang gelar “purapurahidup” sebagai nama panggungnya, ini rasanya seperti sedang membantuku mencari arti hidup yang santai namun serius. Sulit memang, sungguh filosofis. Tsaah~

Sekian lama berproses dan hidup berdampingan dengan banyak seniman/musisi, setelah merasa hancur berkeping-keping dan kembali utuh lagi, lalu mengimani “mati juga kehidupan” bersama Mas Jono Terbakar, kini kutemukan lagi sosok yang cukup dipandang remeh oleh sekitarnya sebab sering tak memiliki cukup kepercayaan diri.

Yang menarik, atas ketidakpercayaan dirinya itu, purapurahidup mampu merangkum dan menuliskan sebuah lagu yang rasanya mengingatkanku untuk melihat kembali perjalanan hidup, proses, kegagalan, dan pencapaian kecil yang mungkin sering kali terabaikan. Sesederhana rejeki tak berhenti hanya di perkara nominal saja.

Lagi-lagi kusadar dan mendapat peringatan untuk bersyukur dan lebih bersyukur lagi atas apapun yang telah kuterima dalam hidup ini. Sudahkah kamu bersyukur hari ini masih diberi kesempatan untuk bertemu matahari lagi?

“berkecepatan tinggi melaju / motor mobil seperti debu
mungkin aku yang tak mengerti / pagi adalah rejeki”

Baik sekali beliau menuliskan pesan dengan tersirat. Jika kalian mau dan berkenan membaca tulisan ini, kusarankan menuju kanal musik digital, temukan lagunya dan resapilah. Hidup ini terlalu indah untuk dihabiskan begitu saja tanpa merasakan nikmat dan kebahagiaan kecil yang bisa jadi tak cukup kita sadari bersama.

Iya, memang perlu realistis untuk tetap memperjuangkan banyak hal, namun apa salahnya sesekali untuk melihat sudah sampai mana kita hari ini? Apa saja yang sudah terlampaui, masalah dan rejeki apa yang sudah kita sadari, terima dan nikmati?

Bisa jadi, menjadi sesuatu yang tak berarti (bagimu) itu juga layak kok untuk disyukuri. Serius loh ini, kadang, apa saja yang tak berarti buatmu, bisa jadi punya arti untuk sekelilingmu tanpa kamu sadari.

Ya sama persis dengan tulisan ini, terima kasih sudah membaca sampai sini. Niatku sama seperti Mas Robi, nama asli pemilik lagu Pagiku ini.

Selamat menjalani hidup masing-masing, semeleh, stay funny and lovely. Peluk satu-satu!


Editor: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul: Saka Kamandhanu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts