Merasakan Sekelebat Kenangan akan Keluarga dalam Gambar Bergerak

dok. media PSBK

Ketika menyaksikan film-film dalam program Gambar Bergerak, saya merasa diajak untuk merasakan kilas balik tentang diri saya.


Gambar Bergerak kemarin kembali hadir pada tanggal 10 Desember 2021 dengan tema berjudul “Diantara Sekelebat Kenangan”. Gambar Bergerak merupakan salah satu program dari Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) bersama Forum Film Dokumenter (FFD). Acara menonton film dokumenter tersebut dilaksanakan di gedung Layang-Layang PSBK dan tentunya tetap mengutamakan protokol kesehatan yang ada.

Ada beberapa aturan dalam menonton film dokumenter kemarin seperti tidak boleh merekam, merokok dalam ruangan, tetapi penonton diperkenankan untuk mengambil dan membawa minuman dari luar. Untuk menonton Gambar Bergerak sendiri pengunjung terlebih dahulu melakukan registrasi terlebih dahulu pada link yang sudah disediakan di akun Instagram PSBK.

Pada acara kemarin, program Gambar Bergerak dibuka 2 slot untuk pengunjung. Slot 1 yang terdiri dari empat film dibuka pada pukul 15.00 hingga 17.00 WIB dan slot 2 yang hanya berisi satu film dibuka mulai pukul 19.00 hingga 21.00 WIB.

Pemutaran film yang pertama adalah Directed by Tweedie, sebuah film dokumenter asal Britania Raya tahun 2014 garapan sutradara Duncan Cowles. Selanjutnya, How I Making Movie About My Granny. Sebuah film dokumenter tahun 2015 dari Rusia karya Anna Sinistskaya. Yang ketiga, Masa Mengenang merupakan film dokumenter tahun 2020 dari Indonesia yang digarap oleh Sazkia Noor Anggraini. Dan yang terakhir, A Daughter’s Memory merupakan film dokumenter tahun 2018 dari Indonesia oleh Kartika Pratiwi dan Wulang Sunu. Sebagai penutup, film terakhir terdapat pada slot 2 dengan judul You and I. Film tersebut merupakan film dokumenter tahun 2020 dari Indonesia karya Fanny Chotimah.

Suasana hangat pengunjung berbincang usai menonton film dalam Gambar Bergerak (dok. media PSBK)

Dari kelima film tersebut ada 2 film yang membuat saya merasakan sekelebat kenangan tentang diri saya, yaitu Masa Mengenang dan You and I.

Masa Mengenang menceritakan rasa penasaran dan pencarian Sazkia tentang siapa sosok datuk (kakek)-nya. Ketika mencari sosok datuk, dia harus membuka ulang album foto dan mencari lewat kakak-kakak bapaknya. Hingga ia tahu bahwa datuk-nya adalah orang Malaysia yang mempunyai banyak narasi tentang pergerakan rakyat Indonesia di Malaysia yang tidak diceritakan dalam sejarah. Dari film dokumenter ini saya merasa tertarik juga untuk mencari tahu seperti apa keluarga kakek dan nenek saya dulu. Saya merasa jadi ingin membongkar foto-foto keluarga saya dan bercakap-cakap dengan kedua orang tua saya.

Film kedua yang membuat saya merasakan sekelebat kenangan tentang diri saya adalah film dokumenter berjudul You and I. Film dokumenter ini menceritakan tentang dua sahabat Kaminah (70) dan Kusdalini (74) yang dipertemukan dalam sebuah tragedi. Mereka bersahabat, tinggal satu rumah sampai umur mereka menua. Tidak diceritakan jelas bagaimana keluarga mereka dan sebagainya, yang jelas mereka memiliki hubungan yang begitu erat, seperti kakak dan adik.

Film yang kurang lebih berdurasi 72 menit ini membuat saya menitikkan air mata. Bagaimana tidak, jujur saya terbawa suasana dari kedua tokoh tersebut. Momen puncak emosi penonton naik saat Kusdalini harus sakit dan meninggal dunia, sehingga meninggalkan Kaminah seorang diri di rumah. Dari situ saya sudah menitikkan air mata dan membayangkan keluarga saya; terlebih mbah saya yang sekarang hanya tinggal satu saja. Saya jadi lebih merasa bersyukur karena saya masih bisa bertemu mbah saya. 

Film-film dokumenter yang dihadirkan pada acara kemarin semuanya sangat unik dan mempunyai ciri khas tersendiri. Saya merasa diajak untuk merasakan kilas balik tentang diri saya. Pertanyaan-pertanyaan seperti siapa diri saya, dari mana asal-usul diri saya, berasal dari keluarga seperti apa, dan sebagainya selalu saya rasakan saat itu. Saya harap program Gambar Bergerak ini tetap terus berlanjut dan semoga juga kita bisa menikmati dengan kondisi normal seperti dulu.

 

Editor: Arlingga Hari Nugroho
Foto: dok. media PSBK

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts