Puisi Tanah: Kumpulan Puisi Antonius Wendy

dok. Ventus Ola

Kumpulan puisi ini; Tanah, Es, Salju, Langit, dan Air, ditulis oleh Antonius Wendy. Seorang muda yang menyukai sastra dan sedang belajar Bahasa Inggris di Universitas Widya Dharma Pontianak.


Tanah

Tanah adalah asal, di mana rupa dibentuk
Dan diberi napas jiwa bumi

Tanah menyediakan rahim, di mana raga tumbuh
Oleh perkawinan antara air dengan bumi

Tanah menjadi rumah, di mana kita makan dan berak
Dan meninggalkan jejak serta tapak di kerutan bumi

Tanah memberikan cinta, di mana ia berkorban
Meski telah diinjak-injak di atas bumi

Tanah dan Bumi akan selalu mengurai jasadmu
Mereka tidak peduli apa isinya
Ketakutan? Kebencian? Penderitaan?
Atau bahkan cinta?

(2022)

Es

Banyak orang bilang
Aku keras hati

Seperti es tebal yang tak hancur ketika dipukul

Tapi aku merasa seperti
Es tipis

Yang gampang pecah
Sebab es tipis menusuk tajam
Sebab es tipis melukai dengan dingin

Aku berjalan di atas es tipis
Dalam waktu yang gelap, ingin kupecahkan
Seluruh permukaan es
Lalu menyaksikan darahku yang panas
Dari tubuh yang panas
Meleleh
Menghiasi kepingan es
Menghiasi kepingan diriku
Yang terlanjur berubah
Menjadi dingin tajam

Jutaan serpihan es tipis kecil bagaikan serbuk mengilat
Pun masuk ke tubuh melalui luka di sana sini
Lalu mencekik seisi pembuluh darahku

(2022)

Salju

Kau memang tak pernah melihat atau menyentuh salju
Lalu kita bilang, kita kepingin bisa merasakan salju
Walaupun di negara kita saat ini
Sesungguhnya kita sudah sering merasakan salju

Guguran salju merembes di atap kebersamaan cinta
Ketika sang pacar telpon sambil khawatir
Menanyaimu apakah ada sarapan dengan nasi

Bunga salju merekah di pinggiran jalan
Yang berisi struk pembelian dari minimarket
Bersama dengan sedotan bekas yang sudah kotor

Badai salju bermunculan bersama dering telpon dari kantor
Di hari libur ketika televisi sedang asik mengobrol santai
Ketika kau sedang berbaring di atas ranjang tidur

Aku memang tak pernah melihat atau menyentuh salju
Tapi pernah kulihat rambutmu sedang gatal
Hinga kau menggaruk-garuknya
Butir-butiran salju berguguran
Tapi itu bukan salju yang ingin kusentuh

(2022)

Langit

Aku anak langit
Aku berasal dari langit
Aku waktu kecil netek susu langit
Aku tahu jalan-jalanan langit
Aku kawin sama langit
Aku isap payudara langit
Aku bahagia di langit
Aku punya peraturan langit

Kalian semua orang bumi
Kalau ingin menuju langit setelah mati nanti
Ikutilah peraturan kami
Yaitu peraturan dari langit
Atau gentayangan saja di bumi
Selama-lamanya

(2022)

Air

“Sebagian besar dari tubuh kita adalah air
Sebagian besar dari tubuh bumi adalah air”
Gumamku gemetar sambil memegang erat rosario
Sementara bumi di bawahku bergetar
Lalu terdengar bunyi sangkakala dari langit
Yang koyak, hingga semuanya patah

Orang-orang lupa mereka adalah air
Ketika dalam percakapan panas mengenai Tuhan
Tapi kita memilih menjadi api dan darah

Orang-orang lupa mereka minum air
Ketika bumi sedang kering di bawah istana megah
Tapi kita memilih menjadi tulang dan darah

Orang-orang lupa mereka harus jadi air
Ketika wabah politik menyebarkan ketakutan
Tapi kita memilih menjadi baja dan darah

Semua orang telah terdiam
Setelah menerima nasib mereka
Segala jeritan putus bagai dipotong ajal
Sebuah komet raksasa turun ke bumi
Sementara tanah dan air menggulung nasib
Nasib yang terakhir

Di surga yang sesak dan penuh
Joko Pinurbo membaca puisi
Di atas panggung
Yang dikepung pertanyaan
“Agamaku adalah air
Yang membersihkan pertanyaanmu”

(2022)

 

Ilustrasi: Ventus Ola (@_botteegraphy)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Article

Sebelum Puisi: Kumpulan Puisi Aly Reza

Next Article

M Bloc Space: Ruang Publik yang Kini Menjadi Ruang Kreatif Anak Muda