Sound of Destination 2023: Festival Musik Berpadu Destinasi Wisata Panorama Alam

Telah memasuki tahun ketiga, Sound of Destination menampilkan band-band lokal kawakan yang siap memanaskan area panggung di Watu Goyang, Yogyakarta.

Sound of Destination 2023 kembali hadir meramaikan dunia pertunjukan musik dengan jargon mereka yang ciamik menggelegar, “Local Action Global Vibration”, pada tanggal 23 September 2023 di Watu Goyang, Dlingo, Yogyakarta. Sound of Destination (SoD) merupakan perhelatan musik yang diselenggarakan di daerah kawasan pariwisata Yogyakarta yang memberikan suguhan udara, alam, dan cakrawala kepada penonton.

Perhelatan musik ini dikenal sebagai festival musik destinasi yang dimiliki oleh Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebuah event yang memadukan musik dan destinasi wisata dengan tujuan memperkenalkan potensi wisata kepada masyarakat secara luas. Selain itu juga sebagai wadah bagi musisi lokal untuk menyalurkan karyanya melalui destinasi wisata Yogyakarta.

Arita Ferawati, Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Yogyakarta mengatakan acara ini sebagai bentuk gerakan aktif berwisata di Indonesia, seperti yang diprogramkan oleh Presiden RI untuk melestarikan pariwisata dalam negeri.

“Bapak Presiden punya target 1,4 milyar pergerakan wisatawan di Indonesia. Bagi masyarakat khususnya yang saat ini berada di Yogyakarta, diharapkan untuk gencar mempromosikan daerah pariwisata Yogyakarta. Dalam hal ini diharapkan juga akan mengembangkan perekonomian terkait pariwisata,” ungkapnya dalam kata sambutan di sesi Idea Talks.

SoD dengan identitasnya sebagai festival musik yang berpadu dengan destinasi panorama alam sudah berjalan selama tiga tahun. Program milik Lurah Music ini melangsungkan perhelatan perdana mereka pada tahun 2021 di Kopi Nata Damar, Mangunan dan di Panggung Sono Seneng, Imogiri, pada tahun 2022.

Telah memasuki tahun ketiga, SoD menampilkan band-band lokal kawakan yang siap memanaskan area panggung, seperti Niskala, Classic Rock Yogyakarta, Masjo, The Kick, dan Utopia. Di tengah hiruk pikuk musik yang menderu, SoD juga membawakan program baru, yakni Idea Talk. Sebuah program yang bertujuan untuk mengupas informasi dan memfasilitasi masyarakat untuk mengetahui hal-hal seputar festival musik, destinasi wisata Yogyakarta, hingga peran dari keduanya dalam tumbuh kembang perekonomian penduduk lokal.

Rangkaian acara sore hari itu dibuka dengan sesi jamming oleh band rintisan yang beranggotakan mahasiswa-mahasiswa dari UKM Janabadra. Mereka menyuguhkan lagu-lagu cover seperti Kangen dan Separuh Nafas milik Dewa 19, Biarlah oleh Killing Me Inside, dan lain sebagainya.

Menjelang matahari menyapa hendak berpulang, Niskala bertugas mengiringinya sampai sang mentari terbenam. Band instrumental post-rock Yogyakarta ini membawakan lagu-lagu dari albumnya yang berjudul “Hourglass”. Pertunjukan ini membuat kesadaran penonton melayang-layang terbuai, diiringi udara sejuk alam yang melambai-lambai. Namun udara yang melintas sedari tadi itu tidak menampakkan kehadirannya lagi, sebab kini telinga penonton dipenuhi gaung suara melodi. Hingga mentari terbenam, penonton pun ikut tenggelam.

Setelah penampilan dari Niskala, bulan mulai menyapa sesi Idea Talks. Sesi ini membahas sejauh mana peran sebuah festival musik, guna menunjang potensi dari sektor pariwisata, ekonomi, sumber daya manusia, maupun sumber daya alam. Kiki Pea sebagai moderator mulai menggali informasi dari kedua narasumber SoD, yaitu Ari Wulu, seorang pegiat event dan aktivis kebudayaan, dan Aris Purwanto, Lurah Desa Mangunan.

Dari sesi Idea Talks yang berlangsung selama hampir satu jam, poin yang didapat dari pembahasan mengenai festival musik dan destinasi wisata, yakni bahwa Desa Mangunan dulunya merupakan desa yang memprihatinkan karena tingkat kemiskinannya sudah berada di level sangat miskin. Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi hal tersebut adalah dengan sebuah gerakan untuk memanfaatkan sumber daya alam sekitar. Selain itu juga meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengembangkan potensinya membangun desa wisata. Hal tersebut sudah tampak hasilnya, melalui lahirnya konsep Enam Dewi (Desa Wisata). 

Enam desa wisata ini memiliki objek dan kebun tempat wisata. Konsep ini tercipta atas dasar pemikiran bahwa dengan kekayaan alam yang dimiliki, potensi masyarakat harus digali, sehingga masyarakat berperan menjadi tuan rumah di rumahnya sendiri. Kemudian destinasi wisata ini diharapkan membawa dampak ekonomi yang baik untuk masyarakat. Salah satu objek wisata desa Mangunan adalah Watu Goyang. Hingga saat ini masyarakat ikut terlibat pada setiap event yang diadakan di kawasan wisata mangunan.

Saat ini banyak perhelatan mulai muncul di permukaan dengan memanfaatkan lokasi atau venue alam sebagai tempat dilaksanakan event seni, salah satunya musik. Hal ini menjadi bukti bahwa kesadaran masyarakat mulai aktif melihat, bahwa ada ruang alternatif untuk mengadakan festival musik selain di lingkungan perkotaan yang sudah dipenuhi polusi event. Pemilihan lokasi di destinasi wisata juga dinilai baik. Sebab hal tersebut merupakan upaya promosi yang jauh lebih efektif dibandingkan hanya menggunakan media sosial, karena harus melibatkan pengalaman secara fisik untuk datang menghadiri event musik yang merupakan tempat destinasi wisata itu sendiri.

Sesi selanjutnya, lantunan musik kembali digaungkan untuk memanaskan suhu Watu Goyang yang dinginnya mulai menyamai sikap gebetan. Mulai dari Classic Rock Yogyakarta, Masjo, sampai The Kick dengan lagu-lagunya dari album “Rangsang”, seperti Elegi, Orgasme Dengan Sepeda, kemudian album “Suburban Terror”, salah satunya, yakni Terbakar Di Lampu Merah, mengguncang panggung malam itu.

Puncak perayaan Sound of Destination ditutup dengan penampilan Utopia Band. Utopia merupakan band yang lagu-lagunya berhasil menyentuh masyarakat Indonesia saat era sinetron Ganteng Ganteng Serigala (GGS). Kini Utopia hadir dengan formasi baru yang dapat dilihat dari single Rasa Ini Indah yang menjadi soundtrack sinetron di salah satu televisi swasta Indonesia. Dalam single tersebut, nampak Anna hadir sebagai vokalis menggantikan Pia yang memutuskan keluar dari band.

Utopia tampil dengan membawakan lagu-lagu di album “Indah”, seperti Hujan, Serpihan Hati, Benci, Rasa Ini Indah, Seperti Bintang, dan Baby Doll. Ada pula single baru Mencintaimu Sampai Mati ikut digaungkan dalam malam puncak Sound of Destination. Lagu-lagunya yang populer di masa sinetron GGS, disambut antusias penonton. Antara Ada Dan Tiada menjadi lagu penutup dinyanyikan di panggung Sound of Destination 2023.


Editor: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul: Gilbert Natanael Pardosi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Article

Membaca Kesedihan: Kumpulan Puisi Agus Sanjaya

Next Article

Sleep Call (2023): Misteri yang Tak Berujung