Sleep Call (2023): Misteri yang Tak Berujung

Melalui plot yang dibanjiri konflik, film ‘Sleep Call’ memberikan nuansa misterius untuk penonton. Film tak memaksakan untuk berkutat pada suatu permasalahan.

Dina (Laura Basuki) merasa menjadi orang paling spesial setelah beberapa kali menjalani sleep call dengan Rama (Bio One). Semua masalah yang Dina alami seperti terobati dengan kehadiran Rama. Namun Dina tetap dihantui rasa penasaran, kehadiran Rama sangatlah terbatas, hanya di malam hari. Dina memang merasa dekat dengan Rama meskipun Rama tidak sedikitpun memperkenalkan dirinya.

Film Sleep Call (2023) dibuka dengan adegan Rama membunuh Tommy (Bront Palarae). Adegan tersebut nantinya, seakan-akan menjadi jawaban bagi terbunuhnya Tommy dan Bayu (Kristo Immanuel) di pertengahan film. Padahal misteri itu belum juga terungkap, pembunuh Tommy dan Bayu hanya dapat diketahui ketika film ini hampir selesai. Hal itu menjadi poin tambahan untuk Fajar Nugros dalam menyutradarai film bergenre thriller suspense ini. Fajar berhasil mempertahankan teka-teki hingga akhir babak.

Dina sebagai tokoh utama, sengaja dibuatnya tidak memiliki latar belakang yang kuat. Pada awal hingga pertengahan cerita, Dina hanya digambarkan sebagai orang yang memiliki masalah finansial: gagal menjadi pramugari dan terlilit pinjaman online (pinjol). Bahkan masalah keluarga dan kesehatan mental Dina masih terlihat buram dan belum pasti keadaannya.

Melalui plot yang dibanjiri konflik, Sleep Call memberikan nuansa misterius untuk penonton. Film tak memaksakan untuk berkutat pada suatu permasalahan, tetapi menajamkan segala bentuk misteri yang ada pada tiap plot dan menjawabnya di akhir babak. 

Suatu bentuk keberanian bagi Fajar Nugros untuk menukangi film bergenre thriller yang sebenarnya kurang diminati. Hasil survei Pusat Badan Statistik (BPS) 2020 mengatakan bahwa persentase pemutaran film bergenre tersebut hanyalah 8,02% dari seluruh genre film yang ada di tahun itu, menunjukkan bahwa genre tersebut belum terlalu diminati di Indonesia.

(dok. IDN Pictures)

Bersama yang Tiada

Berbeda dengan kebanyakan genre film thriller yang tidak dibumbui dengan pesan atau isu sosial, Sleep Call justru menghadirkan permasalahan tersebut. Sebagaimana wawancara Fajar di Koran Jakarta, filmnya ini mengangkat fenomena sleep call, kesehatan mental, hingga pinjaman online yang sedang marak diperbincangkan.

Dampak kecanduan sleep call dan kesehatan mental yang dialami Dina cukuplah miris. Dina memang menjalin hubungan dengan Rama melalui gawainya. Akan tetapi, ia bahkan tidak mengetahui siapakah sosok Rama itu. Meskipun beberapa kali merasa berada di dekat Rama, hal itu hanyalah ilusi. Dina memiliki persepsi bahwa kehadiran Rama itu sebuah kenyataan karena kondisi kesehatan mentalnya.

Hubungan antara kesehatan mental dan ilusi yang dialami Dina serupa dengan penelitian Lovinbond (1995), bahwa stres atau kesehatan mental dapat mempengaruhi respons seseorang terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan begitu, orang tersebut akan mengalami kesalahan dalam persepsi mengenai fakta-fakta objektif yang ditangkap oleh indera, atau dikatakan mengalami ilusi.

Pada akhirnya, Rama hanya memanfaatkan Dina untuk kepentingan pribadi. Semua bentuk privasi Dina tak terlindungi. Dampak permasalahan mental Dina juga dimanfaatkan oleh hasrat kotor Bayu. Dina mempersepsikan Bayu sebagai Rama, dan akhirnya Bayu dapat menikmati tubuh Dina. 

Di titik ini, dapat disimpulkan bahwa masalah sleep call dan kesehatan mental berkaitan satu sama lain. Permasalah Dina tidak dapat dipandang satu arah hanya karena kecanduan sleep call, begitu juga problem kesehatan mentalnya.

Menumpuknya Persoalan

Film Sleep Call berlatar di Jakarta. Hidup dengan kondisi Jakarta yang urban dan keras, Dina yang mulanya seorang pramugari justru terjebak pinjaman online. Kondisi itulah yang kemudian memaksanya untuk berhutang budi dan bekerja di kantor pinjol milik Tommy. Meskipun mendapatkan pekerjaan, kehidupan Dina tak kunjung membaik. Kondisi Dina semakin diperburuk dengan kejahatan Tommy. Ia menyalurkan hasrat seksualnya pada Dina dengan memanipulasi hutang budinya.

Relasi antara Dina dan Tommy merupakan sebuah ketimpangan kelas. Sebagaimana dapat dibaca melalui Comunist Manifesto-nya Marx, bahwa penguasa alat produksi merupakan golongan kelas atas atau majikan. Sedangkan kelas buruh merupakan orang yang bekerja padanya. Relasi tersebut nantinya, menimbulkan ketergantungan buruh terhadap sang majikan. Sebab, buruh mendapatkan upah berdasarkan ketentuan atau persetujuan dengan majikannya.  

Ketergantungan Dina terhadap Tommy sebagai sang majikan membuatnya tidak mampu menolak segala bentuk perintah yang sifatnya profesional maupun privat. Ditambah lagi Dina yang memiliki hutang pribadi kepada Tommy. Dina diberi kemudahan berupa pekerjaan meskipun sebenarnya ia tidak memiliki keahlian tertentu untuk bekerja sebagai staff pinjaman online. Dina tak sempat memikirkan motif tertentu yang direncanakan majikannya itu, sebab ia berada pada jeratan pinjaman online milik usaha Tommy. 

Hal lain yang menarik disorot adalah keterasingan Dina dalam pekerjaannya. Sejalan dengan karakteristik pada teori alienasi; ketika keadaan buruh tidak memiliki kepemilikan penuh atas hasil kerjanya, bahkan pada tingkatan terasing dari dirinya sendiri (tidak memiliki tubuhnya sendiri), maka buruh tersebut dikategorikan teralienasi. Film Sleep Call memperlihatkan sosok Dina sebagai pekerja perempuan yang berangkat kerja dari pukul 7, berdesakan di kereta, hingga dimanipulasi oleh majikannya sendiri.

Banyaknya isu sosial dalam film Sleep Call di satu sisi memang membikin teka-teki semakin kuat. Namun di lain sisi, hal tersebut justru membuat kabur pesan yang ingin disampaikan. Dampak ketimpangan kelas yang dialami Dina khususnya, tidak memiliki kesinambungan kuat dengan sesuatu yang lebih luas. Sehingga membikin film ini seakan-akan membebankan seluruh persoalan terhadap kelas pekerja perempuan.

Judul Film: Sleep Call
Tahun: 2023
Durasi: 100 menit
Sutradara: Fajar Nugros
Penulis: Husein M. Atmodjo, Fajar Nugros, Sophie Lousia
Produksi: IDN Pictures
Negara: Indonesia
Pemeran: Laura Basuki, Bio One, Kristo Immanuel, Bront Palarae, Jenny Zhang, Benidictivity, Della Dartyan, Rachel Vennya, Dimas Danang, Rukman Rosadi, Aldo Gudel, Dewi Pakis, Tutus Thomson, Erika Carlina, Niken Anjani, Nada Suwandi, Sheryl Drisanna Kuntadi

Editor: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul: IDN Pictures

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts