Morfem ‘Seketika Sekarang Juga’: Kejutan dalam Keseketikaan

Album ‘Seketika Sekarang Juga’ Morfem, sama seperti album lainnya: menyenangkan, fun, noise, ngebut, dan lirik puitis.

Diksi “keseketikaan” ini kalau tidak salah saya dapatkan tatkala melengok channel YouTube Ngobryls. Diksi itu diucapkan oleh Ricky Malau, seingatku. Dalam episode apa tentunya sudah lama moksa dari ingatan. Kalau boleh mengartikan, kata “keseketikaan” ini memiliki makna suatu hal yang dilakukan tanpa rencana dan dadakan atau tiba-tiba. Dengan arti lain, yaitu mungkin reflek seseorang merespons suatu hal. Begitulah yaw mungkin. 

Pun, keseketikaan ini nyatanya terjadi jua oleh band Morfem, band dari tandeman Malau di Ngobryls, Jimi Multhazam. Tanpa rambu-rambu pada akun media sosial mereka, tiba-tiba saja saya menemukan album baru Morfem di laman YouTube.

Tanpa sengaja ketika ingin mencari podcast untuk menemani kegiatan berfaedah yaitu nyetrika, muncul video klip bertajuk Di Sini Saja (Jangan Kemana Mana). Bercerita mengenai seorang bocah yang dititipkan rumah tetangganya. Menggambarkan betul polosnya anak kecil yang melihat perempuan mengenakan celana pendeknya.

Lantas usai menengok video tersebut, saya menemukan bahwa single tersebut masuk ke dalam album baru Morfem dengan tajuk “Seketika Sekarang Juga”. Merunut dari Channel YouTube Morfem, album ini dirilis pada 18 September 2024.

Berbeda dengan rilisnya single Binar Wajah Sebaya yang penuh rambu, seperti ajakan beberapa musisi untuk meng-cover secara akustik. Atau video dari tiap personel memainkan instrumennya. Album “Seketika Sekarang Juga” diluncurkan secara tiba-tiba ke khalayak. Sungguh keseketikaan. Pun penuh dengan kejutan.

Album dibuka dengan trek bertajuk Teleportasi. Dengan musik bertempo cepat dan teriakan “Ya Sudahlah” menjadi pijakan awal para penggemar Morfem untuk menjejaki album baru ini. Sebenarnya single ini sudah lebih dahulu dirilis Morfem pada 2023 silam. Kini, single tersebut dimasukkan dalam album barunya untuk membuka dan menggeber album “Seketika Sekarang Juga”.

Usai diajak ngebut oleh Teleportasi, lantas giliran trek berjudul Di Sini Saja (Jangan Kemana Mana) bergulir. Petikan gitar membuka lagu ini lantas disusul musik bertempo santai. Jika didengarkan seksama, lagu ini terasa begitu fun. Terasa betul rasa kekanak-kanakkan layaknya dalam video klipnya. Secara penulisan lirik, Jimi Multhazam memang selalu memiliki daya magisnya.

Ibu pun Menitipkan // Di Rumahnya Tetangga
Yang Bercelana // Alakadarnya

Saya sering menonton podcast Ngobryls dan interview Jimi Multhazam. Lagu ini seperti cerita Jimi kecil yang sering main di rumah tetangganya yang memiliki koleksi kaset musik. Dari situlah salah satu referensi musik Jimi Multhazam kecil dulu. Seperti mendengarkan Led Zeppelin pertama kali.

Selain itu, Jimi begitu piawai menggambarkan polosnya anak kecil yang melihat perempuan dewasa yang mengenakan celana pendeknya. Bagaimana dia berharap segera beranjak dewasa tatkala melihat celana pendek tersebut. Penggunaan diksi alakadarnya ini menunjukkan jeniusnya Jimi memilih diksi-diksi yang ciamik.

Sesuai dengan ungkapan kejutan dalam judul tulisan ini, kita akan dikejutkan dengan tembang bertajuk Absurd Tales. Dari judulnya saja sudah terasa asing betul bagi Morfem. Mengapa? Morfem kan identik dengan Bahasa Indonesia. Ini judulnya saja sudah pakai Bahasa Inggris.

Jimi Multhazam memberikan kejutan dengan liriknya yang berbahasa Inggris. Pada bagian verse, saya merasa notasi nada yang dinyanyikan terasa seperti Sonic Youth. Sebenarnya secara aransemen dan notasi saya begitu menyukai lagu ini, namun saya begitu asing mendengar lirik bahasa Inggris Morfem.

Setelah mendengar lagu berbahasa Inggris, kini gentian musik dengan sound yang heavy menyalak. Sungguh berbeda dengan karakteristik sound Morfem. Rasanya seperti mendengarkan doom atau stoner. Namun, setelah masuk bagian verse, sound gitar yang mengawang pun memenuhi telinga.

Dalam tembang bertajuk Ngeri Yang Ku Damba ini perasaan kita seakan diajak naik turun. Dari intro yang heavy, verse mengawang, dan reff yang cenderung terasa power pop. Dengan ketukan drum yang terburu-buru membuat kepala tak pernah mau berhenti mengangguk seraya mengikuti alunan musik.

Selain kepala yang terus mengangguk, lagu ini pun mampu ciptakan notasi reff yang singalongable. Dengan lirik sederhana yang mudah diingat. “Pucat Pasi // Wajah Sunyi // Pucat Pasi Menerjang Kendali,” tentu akan buat teriakan-teriakan keras tatkala lagu ini dibawakan.

Menulis lirik yang romantis namun tak terdengar menye-menye? Jimi Multhazam memang jagonya. Berpaling Dari Cerita Yang Kemarin ini tunjukkan goresan tulisan romantis Jimi tanpa diksi picisan musik pop. 

Kita Ada di Ujung Rasa // Senang yang Tiada Terhingga
Bersama Kita Tak Terbantahkan // Berpaling Dari Cerita Yang Kemarin

Tembang ini bercerita asmara satu pasangan yang telah melupakan kisah cinta mereka terdahulu. Merajut asa bersama dan tak akan terbantahkan oleh apa pun. Tanpa lirik picisan pun kita dapat menangkap maksud dari lagu tersebut. Tak perlu tuliskan lirik aku begitu cinta dengan dirimu, romantisme tembang ini sudah begitu terasa kental. Pun, Single ini begitu cocok bagi lelaki berandalan yang tengah mencoba membangun hubungan asmara.

Dia tanggalkan lengan bajunya // lubang di lutut celananya,” Jimi coba gambarkan lelaki berandalan dengan pakaian belel-nya yang tengah dilanda hubungan asmara. Meski begitu, lagu ini memang terasa lebih ngepop dari tembang-tembang lainnya di album “Seketika Sekarang Juga”. Notasi nada dari awal hingga akhir begitu mudah dihafal dengan lekuk-lekuk yang enak didengar.

Album “Seketika Sekarang Juga” Morfem

Setelah membangun sebuah kisah cinta. Lelaki berandalan ini, kini harus buktikan mimpinya yang menjulang tinggi tanpa dapat ditangkap oleh generasi tua nan kolot atau barisan iri-dengki. Hal tersebut coba disajikan dalam trek Lampaui R P M. “Mereka Tak Sepaham // Mimpi Kami Menjulang // Lampaui RPM”. Single ini dapat menjadi anthem bagi generasi muda yang tengah meraih jati diri atau mencoba meraih mimpinya. Tanpa perlu hiraukan gunjingan bahkan nada miring orang lain. 

Sound heavy kembali nyaring terdengar pada intro trek Tragedi Nyata. Namun, sound heavy itu seakan menjadi selingan saja. Delay tipis terdengar pada suara gitar Pandu Fuzztoni ketika memasuki verse. Lantas solo gitarnya yang menyalak masuk ke telinga, ditambah bumbu pentatonik ala Tony Molina. Sound bass pada lagu ini terasa begitu empuk tatkala masuk ke telinga.

Trek kedelapan bertajuk Roman Rafah 2024. Lagu yang jua dirilis jauh sebelum album ini. Lagu ini bercerita bagaimana pernikahan yang digelar dalam kemp pengungsian tatkala bombardier genosida oleh Israel terhadap Palestina. Dalam tembang ini, Morfem tunjukkan jiwa empatinya terhadap Palestina. 

Dan Kita Merayakannya // Dalam Sebuah Tenda
Sederhana Namun Dikenang // Begitu Mewahnya
Bagaikan Raja Diraja // Di Alam Pikiran
Begitu Lagu Dinyanyikan

Lirik ini begitu piawai mengajak kita berimajinasi bagaimana bentuk pernikahan yang digelar di kemp pengungsian. Dengan rasa was-was yang tiada tara. Ketakutan akan senjata api atau bahkan martir yang tetiba kunjung. Namun, Morfem coba tunjukkan masih ada perasaan cinta dan kasih sayang meski dalam kondisi tak menentu. Pernikahan yang sederhana, namun begitu terkenang.

Tiap kali mendengar single ini, tak terasa hati seakan diiris dan air mata ingin menetes. Perasaan sedih selalu menyelimuti. Membayangkan kehidupan di sana yang tiba-tiba saja martir menjemput nyawa. Tak terasa pedihnya. Dan Morfem sangat piawai ciptakan lirik, arransemen, sound, dan notasi nada yang mendukung pendengar untuk berimajinasi tentang rasa kasih sayang dan cinta dalam kondisi genosida.

Selanjutnya, kita akan diajak mendengarkan versi akustik dari tembang Megah Diterima. Rasanya sungguh berbeda. Tanpa fuzz. Tanpa gebugan drum yang terburu-buru. Namun, kadangkala memang akustik cocok untuk situasi tertentu. Rasanya seperti mendengarkan beberapa single The Cure yang versi akustik.

Album ditutup oleh tembang berbahasa Jepang. Yak betul. Bahasa Jepanggg! Yaitu Ma Shouganai. Yang sebenarnya translate dari tembang Teleportasi. Perasaan pertama mendengar saya langsung tertawa. “Kok bisa ya mereka bikin gini?” Gumamku dalam hati.

Mungkin terdengar seperti bercandaan. Namun kalau dilihat secara seksama, lagu ini menjadi bukti kreativitas mereka. Serta jiwa eksplorasi Morfem, tidak hanya explore secara sound dan musik melainkan juga dari segi bahasa.

Usai mendengarkan album “Seketika Sekarang Juga” selama beberapa jam, saya menyimpulkan bahwa ini album yang penuh dengan kejutan. Hal yang mungkin tidak dinyana oleh fansnya sendiri, termasuk saya. Dengan kejutan seperti lirik berbahasa Inggris yang sangat tidak Morfem sama sekali. Lantas eksplorasi sound yang heavy dalam lagu Ngeri Yang Kudamba seperti musik stoner dan doom.

Tentu saja, kejutan terakhir dari teriakan Mo Shouganai. Mendapati Morfem dengan lirik berbahasa Inggris dan Jepang masih menjadi hal baru bagiku. Ataukah mereka coba ikuti jejak Peterpan dengan menggubah liriknya jadi Bahasa Jepang? Tapi kurasa tidak. Morfem tetaplah Morfem.

Album ini sama seperti album lainnya. Menyenangkan. Fun. Noise. Ngebut. Lirik puitis. Singalong, dan tentunya secara penulisan lirik, saya tidak perlu meragukan bagaimana buah pikir sosok Jimi Multhazam dalam menghasilkan lirik.

Diksi-diksi yang puitis tapi lugas dan tidak menye-menye selalu disajikan oleh Jimi. Namun, untuk lirik berbahasa Inggris. Saya masih merasa asing. Entah mengapa. Atau karena terbiasa dengan berbahasa Indonesia. Namun tak apa, semua musisi berhak bereksplorasi. 


Editor: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul: Morfem

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Article

Godspeed You! Black Emperor: Post-Rock atau Post-Revolusi?

Next Article

Catatan Pertunjukan 'Sekilas dalam Kurungan': Dari Riuh Tawa Perayaan ke Senyap Luka Lilitan

Related Posts