Ada sebuah perasaan unik saat mendengar tajuk Something to Remember dari notifikasi pesan salah seorang kawan yang mengajak saya ke sebuah pameran tunggal pertama seorang seniman asal Bali, Ilham Satriawan. Sebagai awam yang datang ke berbagai “sarang” pameran sekadar jadi penonton dan menikmatinya secara general, saya selalu merasa kebingungan saat ingin mengerti karya seni secara mendalam dan rinci.
Ilham bersama Citra Pratiwi merebahkan ragam perasaan personalnya dalam 13 karya ekspresionis di pameran Something to Remember, menjadi yang pertama meminta saya berhenti untuk bersusah payah mendefenisikan sebuah karya seni.
“Seperti yang aku tulis (dalam teks kuratorial), aku mau mengajak audiens melihat lukisan bukan sesuatu yang definitif. Kita tidak bisa melihat lukisan, lalu secara langsung (didefinisikan) ini artinya apa dan itu artinya apa,” terang Citra selaku kurator sekaligus pemandu dalam pembukaan pameran Something to Remember di LAV Gallery, Yogyakarta pada Senin (14/08).
“Sebab buat saya, (karya lukis) bukan sekadar bentuk yang secara jelas hadir di dalam lukisan, tapi di sana juga ada ekspresi, perasaan, dan pemikiran dari seniman tersebut,” imbuhnya.
Keterangan Citra seiringan dengan teks kuratorial yang ditulisnya begitu lugas dan padat. Citra secara eksplisit mengatakan bahwa lukisan bukanlah sebuah hal yang menunjukkan pengertian atas sesuatu, terlebih untuk menjelaskan secara definitif.
Baginya, lukisan adalah sebuah visual ekspresi yang sebetulnya sedang tidak menujukkan sesuatu. Mereka (lukisan) adalah sebuah penggambaran, pertemuan visual dan memori–yang lantas dikenal sebagai ekspresi.

“Aku juga suka sekali dengan quote dari Ilham yang bilang, bahwa apa yang dilihat itu (karya seni lukis) adalah interpretasi kita, bukan sesuatu yang definitif,” Citra dengan matang melanjutkan paparannya.
Tak heran jika Ilham, yang 100 persen karyanya melalang buana di tangan para kolektor luar Indonesia ini, enggan begitu gamblang saat diminta menjawab secara definitif soal ini dan itu dari ke-13 karya lukisnya. Sebab baginya, begitulah memang seharusnya karya lukis dinikmati, tidak diganggu dengan perasaan ingin mendefinisikan dari bentuk-bentuk yang ada.
Aneka karya lukis yang terpajang pada hamparan tembok putih LAV Gallery, adalah buah dari ekspresi berbagai macam suasana hati hingga ingatan yang dialami dalam jiwa Ilham sama sekali.
Situasi tersebut sejalan dengan teori milik Croce dalam buku Garis Besar Estetika, yang menerangkan bahwa pendekatan ekspresionisme mengutamakan perasaan yang terlibat secara mendalam. Croce menambahkan aliran ini berhubungan dengan yang dialami oleh seniman ketika menciptakan karya seni, pengungkapan perasaan manusia.
Masih dalam pendekatannya, Croce juga senang menyimpulkannya secara pendek sebagai, “art is expression of impression”. Menurutnya, ekspresi sama dengan intuisi, atau pengetahuan intuitif yang diperoleh melalui pengkhayalan hal-hal individual sehingga menghasilkan gambaran angan-angan (image). Pengalaman inilah yang berhasil saya alami selama menenggelamkan mata pada karya-karya Ilham di Something to Remember tempo hari.
Tak berhenti di situ, elemen-elemen estetika yang menonjolkan bagian anatomi mata dan bibir, tarikan-tarikan kuas yang berani sekaligus ekspresif, sukses membuat mata dan perasaan saya berbinar sepanjang berjalan di antara karya-karya Ilham.
Teknik penggambaran yang tampak naif, tetapi tetap memiliki komposisi apik, tabrakan warna-warna kontras, atau banyaknya subjek simbolis seperti tanaman hingga hewan yang cukup intens, saya rasa menjadi ciri khas paling menarik dari 13 karya lukis Something to Remember. Aroma lukisannya menggambarkan seorang seniman yang memercayai utuh ide personal, dan tidak membatasi diri pada satu medium tertentu.
Ada Pretty Woman dalam Romantisme Kekaryaan
Sapuan kuas mirip poster film komedi romantis Pretty Woman (1990) yang ngehits di era 90an, berhasil mengusik indera lihat saya kali pertama, setelah pintu kaca transparan dibuka untuk para pengunjung pameran. “Pretty Moment“, begitulah Ilham menamai karya lukis berukuran 120 cm x 90 cm di ruang pertama itu. Dalam lukisan “Pretty Moment“, Ilham tak melupakan subjek tanaman pada samping kanan dan kiri dua figur potret di dalamnya.
Alih-alih membicarakan soal filmnya, wujud seorang perempuan yang menarik dasi laki-laki bak Julia Roberts dan Richard Gere di Pretty Woman, justru representatif visual dari ingatan-ingatan menyenangkan Ilham bersama istrinya. Sebuah arsip ingatan romantisme yang hangat dan indah. Berangkat dari alasan ini, maka Ilham mantap memberikan nama Pretty Moment untuk karyanya tersebut.
“Awalnya karena terinspirasi dari film Pretty Woman, tapi yang membuat karya ini selesai justru karena kenangan perjalanan yang pernah saya lalui bersama istri, makanya judulnya jadi ‘Pretty Moment‘,” ungkap seniman bertipikal series itu saat ditemui di LAV Gallery.

Perkenalan karya fenomenal Something to Remember lewat lukisan itu, lantas mulai bisa saya rasakan perlahan tentang makna dari ekspresionis itu sendiri.
“Ajang melepas segala rupa emosi. Ungkapan dari dalam jiwa seorang seniman,” tiba-tiba saja dua buah kalimat itu hadir dalam kepala saya, saat mendengarkan Ilham yang mengenalkan karyanya satu demi satu.
Dari Suasana Hati hingga Kisah Tetangga, Jadi Inspirasi
Karya dengan irama ukuran sama, berisi empat figuratif dari sosok wajah seseorang, kembali menarik perhatian perasaan saya. Kanvas-kanvas segi empat yang saling bersejajar itu berjudul “K.O.– Boy“, “There is Your Smile in My Eyes“, “Brave Boy“, dan “Still Thinking About You“. Persis seperti belasan karya lainnya, kompisisi bahan di dalamnya hasil kolaborasi kanvas dengan acrylic, spray print, dan oil paint.
Ilham membeberkan dengan terang bahwa keempat karya lukis itu dibuat tanpa perencanaan sama sekali. Warna dan warni dibiarkannya saling menempuk bersama segala rupa emosi dalam dirinya, hingga semua perasaan itu mengarahkan isi kepala sekaligus tangannya untuk membentuk sebuah figur berkarakter.
Dari keempat penampkan sosok dalam lukisan itu, potret “Brave Boy” diakui Ilham sebagai yang paling disukainya. Ilham menerangkan ada banyak percampuran suasana hati sedih hingga bahagia dalam perjalanan pembuatannya. Warna merah mentereng pada latar “Brave Boy” disimbolkan Ilham sebagai suatu perasaan semangat dan spirit.
Sementara tepat di sebelah jajaran keempat visual lukis tersebut, ada dua potret lain yang tak kalah memikat. Masing-masing diberi judul “Life is Funny, Why You So Serious“, dan “The Birdman“, dengan latar warna yang didominasi biru cerah.
Sesuai namanya, “The Birdman” mempertontonkan sosok seorang laki-laki yang di atasnya bertengger seekor ayam. Punya cerita unik dan menggilitik, “The Birdman“ ternyata wujud ingatan Ilham soal tetangganya yang gila memelihara ayam, hingga sering lupa menghabiskan hari bersama istrinya.
Fakta dari cerita di balik “The Birdman“ lantas dipajang bersebelahan dengan potret yang tak jauh berbeda berjudul “Life is Funny, Why You So Serious“. Ilham seolah ingin menunjukkan bahwa hidup terlalu indah bahkan lucu untuk hanya berfokus pada satu hal, lalu melupakan hal-hal penting lainnya yang juga hidup di sekitar kita.
Aliran ekspresionis semakin kentara dirasakan dalam garis-garis tegas dan percampuran warna kontras Ilham. Ia mengungkap banyak ingatan sampai perasaan dalam jiwanya, yang lantas diekspresikan melalui karya-karyanya. “The Birdman“ dan “The Driver“ menjadi bukti bahwa Ilham sebagai seniman memiliki kemampuan sensitibilitas tinggi terhadap apa yang terjadi di sekitarnya.
Karya-karyanya secara jelas tak menampik bahwa baik secara langsung maupun tidak, keadaan sekitar yang kaya akan inspirasi seni turut memengaruhi perjalanannya dalam berkarya hingga hari ini. Serupa dalam teks kuratorial yang ditulis Citra, bahwa garis spontan dan tumpukan warna tidak hanya menggambarkan bentuk, tetapi bagaimana sebuah peristiwa dan perasaan terbangun dalam ingatan Ilham sebagai seniman.
Frasa Something to Remember matang dipilih Ilham sebagai tajuk, tak semata hanya untuk pengingat pameran tunggal pertamanya, tetapi segala rupa kolaborasi cat dan kuas di dalamnya adalah memorabilia bermacam perasaan hingga perjalanan hidup personalnya sebagai seorang seniman. Itulah mengapa selama menikmati ke-13 karyanya, saya tak hanya merasakan soal keseharian sang seniman, tapi terasa begitu dekat dengan diri sendiri dan sehari-hari.
Pameran tunggal Something to Remember, yang resmi dibuka sejak 14 Agustus 2023 ini, akan terparkir di LAV Gallery sampai tanggal 6 September 2023. Cukup merogoh rupiah sejumlah 10.000, kamu sudah dapat minuman dan mini post card gratis.
Untuk akses informasi selebih-lebihnya, jangan sungkan kunjungi akun Instagram resmi LAV Gallery di lavg_gallery.
Editor: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul: Ayu Nabila
