‘Find The Way’ Vurther: Upaya Menyiasati Kegamangan

Kiat menyiasati kecemasan yang Vurther hadirkan dalam single ini bisa dibilang hal yang cukup mendasar bagi sebagian orang.

Gentar dan khawatir menjadi perasaan yang sangat manusiawi untuk dimiliki setiap individu. Baik itu kekhawatiran terhadap segala sesuatu yang terjadi di luar sana maupun kekhawatiran atas segala hal buruk yang hanya ada di dalam kepala. 

Rasa inilah yang berusaha diabadikan dalam single debut milik Vurther yang bertajuk Find The Way. Single perdana milik kuartet alternatif/dream pop asal kota kembang ini memang bisa dibilang fokus pada eksplorasi perasaan cemas, ketidakpastian, dan patah hati untuk tema besar lagu mereka.

Dalam lagu berdurasi 3 menit 24 detik ini, Vurther seakan memberikan ruang pada pendengar untuk bersama-sama merayakan kegamangan. Gitar yang kental dengan sentuhan reverb dan delay pada beberapa part, ketukan drum yang minimalis di awal, namun seakan mengajak kita melompat di bagian outro, warna vokal yang lembut dan sopan di kuping, hingga sedikit sentuhan synth yang memberikan kesan dreamy. Keseluruhan soundscape lagu dipastikan akan membuat pendengar aktif musik dreampop termenung dengan khidmat saat mencerna lagu ini.

Dari segi musik, band ini mengambil inspirasi dari musisi-musisi seperti Mellow Fellow, Fazerdaze, Sunset Rollercoaster, hingga Numcha. Sementara itu dari muatan lirik, menurut saya lagu ini justru memiliki pendekatan yang cukup optimis sekaligus solutif untuk sebuah anthem patah hati. Di satu sisi, lagu ini memang ingin menggambarkan suasana cemas dan gelisah yang terjadi pada pikiran seseorang yang sedang berperang dengan ketidakpastian dan perasaannya sendiri.

“Can you find me? When I’m not there? In your heart (heart)”

Penggalan lirik di atas hadir sebagai introduksi di bagian verse. Lagu ini dibuka dengan pertanyaan yang seakan menandakan ketidakyakinan kita terhadap orang yang kita cintai mengenai loyalitas dan rasa cinta mereka. Walaupun terkadang hanya tersimpan dengan baik di dalam kepala dan tidak pernah terucap. Namun pertanyaan-pertanyaan semacam ini dirasa cukup penting dalam sebuah hubungan yang bersifat romantis. 

“Yeah I’ve found you, right on my mind, I’m not fine, (fine)”

Kutipan lirik selanjutnya saya cerna sebagai sebuah jawaban yang muncul dari dalam kepala. Kalimat-kalimat di atas seakan memunculkan narasi one sided love dalam lagu ini. Sedih nan tragis, hal tersebut seolah dipertegas oleh Vurther. Di sana mereka menegaskan bahwa perjuangan dalam setiap hubungan harus memiliki keseimbangan satu sama lainya, tidak berat sebelah seperti burung yang kehilangan salah satu sayapnya.

“I can find a way”

Memasuki bagian pre-chorus kita dapat mendengar penggalan lirik di atas dinyanyikan sebanyak dua kali. Terdapat pula frasa yang akhirnya mereka pilih sebagai titel dari single perdana mereka ini. Di bagian inilah saya mendengar sedikit optimisme, baik dari segi musik maupun lirik. Di bagian ini kita disuguhkan dengan strumming pattern dan juga build up drum yang dapat memberikan kita semangat dalam situasi yang biru sekalipun. Sedangkan dari muatan lirik sudah jelas bahwa kita harus terus mencari cara dan jalan keluar dari permasalahan apapun.

“About me and anxiety, everyday, open your logic slowly, find the way”

Lirik di atas hadir sebagai sebuah chorus sekaligus solusi dari problema yang dijabarkan pada bagian sebelumnya. Dalam menghadapi permasalahan yang sederhana maupun kompleks, kecemasan yang konkret ataupun hanya dalam pikiran. Hal yang seharusnya kita lakukan adalah memberikan rasionalitas kita kendali untuk menyelesaikan masalah tersebut. Mengambil tindakan yang seharusnya kita ambil, bukannya malah terus-terusan tenggelam dalam genangan air mata dan luka, that’s deep haha.

Kiat-kiat menyiasati kecemasan yang Vurther hadirkan dalam lagunya ini memang bukan sebuah rahasia lagi, bahkan bisa dibilang cukup mendasar bagi sebagian orang. Namun, lewat lagu ini Vurther seakan hadir untuk membuat kita eling. Vurther yang beranggotakan Eri (Vokal), Fahmi (Gitar,Vokal), Fahrul (Drum), Ryan (Gitar) merupakan sebuah projek yang diinisiasi oleh muda-mudi yang merasa satu frekuensi di ranah musik. 

Single perdana yang mereka rilis belakangan ini telah menjadi awalan yang cukup baik bagi kuartet alternative/dream pop asal kota Bandung ini. Materi yang matang, narasi yang menarik, serta produksi yang ciamik sudah lebih dari cukup sebagai modal mereka untuk mengetuk pintu dan mengucap salam kepada industri  musik di tanah air.


Editor: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul: dok. Vurther

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Article

Serial Churners: Konsep Alternatif Menghindari Biaya Layanan Streaming yang Mahal

Next Article

Beberapa Pertanyaan tentang Kesyenian: Kumpulan Puisi Erhan Al Farizi