Lalu Lintas di Bungkus KB Modern: Kumpulan Puisi Suden

Kumpulan puisi ini ditulis oleh Suden, seorang penulis sekaligus peneliti dari Kolektif Arungkala.


(i)

Untuk malam pertama
pasca pernikahanmu
bapak kepala keluarga
meresmikan perobekan bungkus KB
di institusi sejarah

Seremoni Perobekan Bungkus KB
dihadiri ratusan ribu kader PKK
yang tersebar di seluruh pelosok Jawa Tengah
sesuai dengan pokja-nya masing-masing

Atas restu dari Bapak
Anak-anakmu adalah produk sopan santun
dari skema pola asuh negara
yang takluk terhadap serangkaian tatapan ‘orang dewasa’
maka kasih yang kau serahkan
adalah hasil dari mutasi negara
sebagai anak varietas pembangunan

(ii)

Menjelang Pemilihan Umum 1 Maret
TPS berubah jadi warung soto babat
Lengkap dengan jenderal dan selaras cabai

Pedas sayang
Darah kami jadi cabai
Warung soto babat tutup jam 9 malam
Beserta review dari bapak jenderal bintang lima
Besok anak kami wajib sekolah
Belajar materi Pemilihan Umum 1 Maret

(iii)

Kekasihku,
Perlukah kalian berimajinasi
tentang pekarangan luas
pagar berlapis
taman bertingkat
garasi besi
serta kursi tua 
di beranda cctv

Sementara keluargamu terasing
hidup bersama
dan tercerabut
dalam migrasi di bungkus KB modern

brosur investasi 
tagihan listrik
biaya pendidikan anak
kesehatan mental
serta jaminan hari tua
tak menjamin keluargamu selamat di rezim KB modern

Apa perlu kau mencium tangan suamimu
pagi-pagi pukul tujuh
seusai telur dadar telah siap kau hidangkan
dan anakmu lari memeluk ayahnya
yang hendak menambal ban di perusahaan multinasional

Lantas bisakah cinta dirawat
dalam kesederhanaan
meski lalu lintas token kerap berdenyut
di Rezim KB modern

(iv)

di kurikulum sejarah
peristiwa merembes
di penampungan wajan penggorengan
ketika waktu berebut tempat dalam periode pencerahan

di kurikulum sejarah
tubuh laku dan lidah laku
menjulur di stempel bantuan sosial
berebut senyum pasca masa lalu

seperti dosa
sejarah bersitegang dengan agenda kepala rumah tangga
pulang menjadi rapat
pergi mengisi kuisioner
masih adakah kata ‘selamat’
dalam sejarah kita

(v)

sudikah kau  mencongkel matamu sendiri
lalu kau sebut itu puisi
sedang mereka sebut seni
yang lain bilang cuma kentut

sudikah kau memplester mulut ibu-ibu PKK
lalu kau sebut itu performance
sedang mereka sebut happening art
yang lain bilang itu pelecehan moral dan tata krama

mampukah kau mengemban darah 
mitos yang keramat mengalir dalam darahmu
dalam sejarahmu
dalam tubuh dan kucuran jidatmu
serta kritik yang melumat dari ludahmu sendiri


Penyelaras aksara: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul: Suden

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Article

Panggung Pasar Hewan Pengasih Kulon Progo, Saksi Pertunjukan ‘Sabung’ Capellen

Next Article

Jejak di Aspal: Kumpulan Puisi Puspita Bahari

Related Posts