Kumpulan puisi ini: Bulan dan Stupa, Bilangan Kelipatan, dan Suatu Malam, Suatu Masa, ditulis oleh Kristophorus Divinanto atau lebih dikenal dengan nama Divin. Guru SD yang rajin membaca manga dan menonton anime. Beberapa karya yang telah dipublikasi antara lain, Melarung Sesaji Pilu, Kota yang Menggigil (puisi), Elegi Secangkir Jamu, dan Sebentar Lagi Pagi (cerpen).
Bulan dan Stupa
– untuk gerhana bulan dan Waisak
Malam ini kerumunan stupa
menyambut bulan yang singgah.
Arca-arca sibuk memotret dan
mengunggah di sosial media
Mengapa merah sekali wajahmu, Bul?
Tanya salah satu stupa di Borobudur.
Malu sekali aku rasanya karena lupa
memakai masker, jawab bulan merana.
Lain kali datanglah pakai masker, Bul.
Kata stupa yang lain seraya memberi
masker kain produk dalam negeri.
Bulan mengangguk mengerti dan
memberi hadiah sekuntum teratai.
Sebelum bulan beranjak pergi
rombongan stupa mengantarnya
dengan ribuan lampion menyala.
Bul, sampai bertemu 195 tahun lagi.
Semoga kamu besok sudah vaksinasi.
Kalau belum, ada baiknya kamu bawa
secarik surat keterangan bebas korona.
Bulan dan stupa merayakan perpisahan.
Memberi salam tanpa jabat tangan.
(Kedai Echosistem Purworejo, Rabu 26 Mei 2021)
Bilangan Kelipatan
Lima.
Sepuluh.
Lima belas.
Dua puluh.
Aku menemukan pola
bilangan kelipatan dari
catatan jenazah yang
dikubur ayah setiap hari.
Tidak usah repot-repot
menghitungnya, kata ayah.
Itu tugas pemerintah,
tugasmu pakai masker.
Demikian kata ayah sambil
memakai seragam barunya
yang seperti seragam astronot.
Ayah berpamitan lagi.
Ayah ke TPU Rorotan lagi.
Ada jenazah yang datang lagi.
(Kutoarjo, 07 Juli 2021)
Suatu Malam, Suatu Masa
Lampu jalan sengaja dimatikan.
Malam kini semakin rendah hati
menerima gelap sebagai porsinya.
Aparat terserak berkeliling kota
mengendarai tanggung jawab.
Namun perangai perut kosong
masih nongkrong, minum kopi,
berkerumun, di sudut malam
yang tak pernah bisa dilacak.
Dan pandemi kembali memesan
secangkir Wedang Uwuh.
Ia masih enggan beranjak.
(Kutoarjo, 15 Juli 2021)
Ilustrasi: Desmania Esela