Tulisan ini merupakan bagian dari pengarsipan festival cendera mata musik, Music Merch Fest. yang berlangsung di tahun 2023.
MAKASSAR – Seperti perayaan pada umumnya dalam kancah musik setempat, perayaan hari rilisan fisik dan beragam acara hura-hura terasa intim karena yang nampak adalah mereka yang dikenal, juga tak segan untuk saling mengenal. Music Merch Fest (MMF) 2023 di Makassar menjadi semacam kue pemberian dari teman secara cuma-cuma, namun disertai catatan; mesti dibagi merata.
Kota yang dipaksa besar ini mengadakan perayaan kecil-kecilan dengan mengenakan merchandise andalan. Jelas ada begitu banyak alasan seseorang untuk mengoleksi merchandise band entah lokal atau bahkan internasional.
Meski masih terasa “itu-itu saja”, Music Merch Fest 2023 di Makassar ternyata membuka lebih banyak gerbong apresiasi yang mungkin beberapa dari kami sama sekali tidak menyadari. Pertama-tama yang perlu diketahui adalah kita semua sama di depan hobi, apalagi merchandise musik. Siapalah kita.
Kembali lagi, perayaan yang digelar pada 30 April 2023 ini mengundang sosok-sosok yang bisa dikatakan jauh dari tangkapan radar kancah musik lokal. Dibalut dengan tajuk Kolek-Talk; bincang bersama kolektor merchandise, Munafri Arifuddin (Komisaris Utama PT. PSM Makassar), yang ternyata sudah memiliki ketertarikan dari era 80-an akhir hingga sekarang.
“Selain jersey bola, saya juga suka mengumpulkan baju-baju musik seperti Whitesnake, Deep Purple, Styx, Coldplay, dan lain-lain. Banyak sekali sampai saya tidak bisa ingat,” tutur pria yang akrab disapa Pak Appi ini.
“Tapi, kecintaan saya sama baju-baju musik dimulai dari kondisi keuangan yang sangat terbatas. Cara mensiasatinya itu dengan nabung dan bergaul. Saya ingat sekali bundling majalah dan baju Guns N’ Roses sama majalah HAI. Kalau tidak salah album Use Your Illusion. Langka itu!” tambahnya.
Siapa yang sangka, terlebih di kota ini, ada seorang yang muncul dari ranah manajemen klub sepak bola yang memiliki kecintaan besar terhadap merchandise musik yang terpantik oleh desain.
“Kalau baju musik, saya suka sekali, saya tidak segan untuk ikut nge-bidding. Apalagi kalau baju tur. Saya paling suka. Karena itu langka. Momen turnya hanya terjadi sekali,” ungkap Pak Appi dengan semangat, “Selain baju dengan desain poster tur atau album, saya juga sebenarnya tidak suka merchandise yang desainnya itu muka personel. Ini urusan selera sebenarnya.”
Jika tadi berbincang dengan sosok yang tidak tertangkap radar, dalam Kolek-Talk MMF Makassar juga menghadirkan Ury Ahmad. Salah satu yang sering terlibat dalam beragam aktivasi yang diinisiasi teman-teman dalam kancah musik di Kota Makassar. Dia adalah sosok yang berdiri di balik akun @arahlangit; lapak yang menawarkan merchandise internasional lisensi resmi, sepatu boots, patches, dll.
“Saya suka merchandise dari era internet masih agak susah diakses. Namun, itu tantangannya. Ketika proses mendapatkannya susah, pas tiba, sensasinya beda,” ucap Ury.
“Bagi saya sendiri, merchandise band itu soal desain. Sesimple itu. Kalau saya lihat di web bagus, harganya sesuai, biasanya diangkut. Atau, ajak teman-teman lain untuk ikut gabung PO, biar hemat ongkir,” imbuhnya sambil tertawa.
Salah satu fakta yang didapatkan dari kedua sosok ini adalah mereka, untuk merchandise tertentu, bahkan rela untuk membeli sepasang.
Selain menyediakan jajaran pelapak dan penampilan musik santai di AE Coffee Space, MMF Makassar 2023 juga mendatangkan salah satu desainer yang namanya cukup wangi di kancah internasional, Firman Hatibu. Sosok ini yang sudah menangani perkara desain untuk Five Fingers Death Punch, Miss May I, Suicide Silence, Chimaira, Float Face Down, dll.
Meski sudah menoreh tanda di jejaring internasional, Firman mengaku selalu memperluas jejaringnya dalam beragam forum dengan fokus untuk bagian eksebisi karya.
“Menurutku, sekarang teknologi dan lain-lain sudah maju. Tapi, untuk terus mengasah diri dan berjejaring itu tetap penting biar kita sebagai ilustrator tetap relevan,” Firman mengingatkan.
Sekali lagi, perayaan kecil-kecilan, tidak wah juga. Namun yang membuat sedikit terkejut adalah dengan hadirnya beberapa orang dari pemerintahan yang kurang lebih tertarik tentang apa yang terjadi malam itu di AE Coffee Space.
Ya, bagi beberapa orang itu mengejutkan, sisanya menganggap biasa saja. Namun ini membuktikan bahwa selebrasi sederhana mampu membuat beberapa kepala berpaling dan menoleh.
Editor: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul dan dokumentasi: @martheneric @cekrecphoto