Music Merch Fest Kulon Progo 2024: Menyusun Kembali Ingatan Skena Lokal

Beda dari tahun sebelumnya, Music Merch Fest Kulon Progo 2024 hadirkan ingatan tentang skena musik lokal.

Music Merch Fest (MMF) Kulon Progo berlangsung di Tabebuya Café pada 24 Agustus 2024. Tahun ini adalah kali kedua bagi Kulon Progo turut menggelar festival cendera mata musik, berbarengan dengan 25 kota lain di Indonesia. MMF kali ini, berbeda dengan yang dilaksanakan setahun lalu. Jika di tahun lalu hanya melakukan rilis merchandise dan hearing session, kali ini ditambah dengan diskusi, gigs musik, dan pameran arsip. 

Pameran arsip menjadi hal yang menarik dalam gelaran kali ini. Pameran tersebut berhasil menampilkan memorabilia musik Kulon Progo terhadulu. Dua buah panel berwarna putih, masing-masing berukuran kurang lebih 2x4m, menampilkan foto, video, poster, dan merchandise dari tahun 1997-2023.

Puluhan foto terpampang dengan pembagian periode: 1997-2010, 2011-2017, dan 2018-2023. Selain itu, sebuah televisi juga menampilkan foto-foto serta video perjalanan musik di Kulon Progo. Di panel sebelahnya, belasan merchandise kaos juga turut dipamerkan. 

Pameran arsip merchandise musik (dok. MMF Kulon Progo 2024)

Arsip-arsip tersebut adalah hasil pengumpulan dari kolektif Ragam Arena dan Eureka. Dua kolektif itu menjadi motor berjalannya MMF Kulon Progo 2024. Salah satu perwakilan kolektif Eureka menjelaskan tujuannya memasukkan pameran arsip sebagai bagian dari aktivasi perayaan merchandise musik. 

“Tujuannya simpel, biar kita bisa kembali mengingat dan punya ingatan soal musik Kulon Progo,” terang Zhafran (12/9)

Lebih jauh, ia mengatakan bahwa pameran arsip ini adalah upaya untuk melihat ekosistem musik di Kulon Progo yang tidak kalah dengan kota-kota lain. 

“Aku sendiri sebagai generasi Z, bahkan hampir tidak tahu soal sejarah musik di Kulon Progo. Tapi, setelah bertemu beberapa pelaku, dan melihat foto-foto lama, ternyata di sini (Kulon Progo) juga tidak kalah dengan kota-kota besar di luar sana,” jelasnya bercerita. 

Selain pameran arsip, usaha untuk mengingat juga dilakukan dengan sebuah diskusi. Sebuah diskusi bertajuk “Perjalanan Ekosistem Musik Kulon Progo” menghadirkan pelaku skena musik lawas. Mereka adalah personil Riot n Funny dan Phobia Community yang sudah berkecimpung dari tahun 90-an. 

“Aku dulu main musik atau ngeband udah dari tahun 1997/1998. Dulu punya band punk tapi lupa namanya, sering cover Rancid,” kata Plenyir, personil Riot n Funny bercerita ketika diskusi.

Kembali melanjutkan cerita, ia mengatakan jika di Kulon Progo dulu, banyak band dengan beragam genre musik. Mulai dari metal, ska, hingga punk. 

Diskusi “Perjalanan Ekosistem Musik Kulon Progo” (dok. MMF Kulon Progo 2024)

Selain Plenyir, ada Andi dari perwakilan Phobia Community juga bercerita tentang perjalanan musik metal di Kulon Progo.

“Dulu, sekitar tahun 1992, ada band namanya Ziarah Kubur. Mereka main javanese black metal dan udah pakai aksi panggung seperti minum darah ayam,” ujarnya. 

Selanjutnya, ia juga menceritakan pernah ada festival musik di Kulon Progo tahun 1998.

“Itu yang ngadain dari Studio Dixie. Macem-macem genre yang main. Metal ada, punk ada, rock ada, ska juga ada. Jadi nggak ada yang namanya berantem antar genre, semuanya akur,” lanjutnya bercerita. 

Di akhir diskusi, Benny sebagai moderator menutup diskusi dengan kekaguman bahwa ekosistem musik di Kulon Progo sudah sangat beragam dan hidup sejak tahun 90-an.

“Ternyata band-band di Kulon Progo sudah keren-keren. Dadi sing isih enom-enom iki ayo meramaikan lagi musik Kulon Progo. Rasah ono gap-gapan, semua harus disupport,” jelas Benny yang juga salah satu yang menginisiasi Ragam Arena.


Editor: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul: dok. MMF Kulon Progo 2024

1 comment
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts