Tulisan ini merupakan bagian dari pengarsipan festival cendera mata musik, Music Merch Fest. yang berlangsung di tahun 2023.
SLEMAN – Menggunakan merchandise band bukan hanya sekadar atas dasar mengidolakan sebuah band, tapi lebih dari itu. Mengenakan merchandise band adalah wujud nyata memberikan dukungan kepada band dan ekspresi cinta yang melebih, agar api band tetap menyala dan hidup.
Keberadaan merchandise tidak hanya sebatas sebagai ‘cendera mata’ sebuah band. Merchandise adalah sebuah identitas yang merepresentasikan sebuah band secara utuh dan gamblang.
Merchandise adalah band itu sendiri.
Kekuatan merchandise sebagai wujud “sebuah band” tergambarkan secara nyata dan apik dalam perhelatan Music Merch Festival (MMF) Sleman yang diadakan di Libstud, Jalan Kaliurang KM 14, Jalan Pamungkas A16, Sleman, Yogyakarta. Para pelaku seni yang berkelindan dalam ruang lingkup musik, bersatu padu, tumpah ruah, dalam perhelatan MMF Sleman yang diselenggarakan pada 30 April – 2 Mei 2023.
MMF Sleman pada hari pertama dibuka oleh Arsita Pinandita selaku kuratorial. Ia menuturkan bahwa merchandise memberi ruang yang nyata antara penggemar dan band untuk saling terhubung. Selain itu, dia juga menambahkan bahwa pertemuan antara musik dan merchandise perlu diinisiasi bersama sebagai cara pandang untuk merayakan titik juang bermusik. Setelah memberikan sepatah katanya, Arsita Pinandita secara resmi membuka perhelatan MMF Sleman.

MMF Sleman dimeriahkan oleh pelapak yang tidak hanya hadir dari Jogja, di antaranya Bukan Toko Besi (Klaten), Bits n Bops (Surabaya), Personal Horor (Surabaya), Melting Minds (Gunungkidul), dan keempat sisanya berasal dari Yogyakarta, antara lain Doggy House Record, JRNY Records, Matapisau/Libstore, dan Serigala Malam.
Selain kehadiran para pelapak, pada hari pertama MMF Sleman juga dimeriahkan oleh sesi hearing session bersama Dippydoo, Kasino Brothers, The Kick, The Ring, dan Trigga Coca. Dan spesialnya, pada hari pertama terdapat kejutan dari flktvlst (FSTVLST in folk) yang bermain secara tiba-tiba tanpa ada pemberitahuan sebelumnya.
Pada hari kedua, MMF Sleman mengadakan talkshow bersama Arsita Pinandita, Personal Horor, dan Wok The Rock yang dimoderatori oleh Sirin Farid Stevy untuk membicarakan ihwal bertemunya musik dan cendera mata. Menjelang penutupan hari kedua, pengunjung dimanja dengan penampilan dari MMF Lahir Beatin.

Pada hari ketiga, MMF Sleman mengadakan workshop “Membangun Bisnis Merchandise/Cendera Mata Band” bersama Kiki Tutbek dan Ravespa yang dimoderatori oleh Bucex Yuan. Kelelawar Sianx dengan ciamik secara resmi menutup kemeriahan MMF Sleman.
Keseluruhan kegiatan yang dirangkai dalam MMF Sleman menjadi corong nyata yang menggambarkan secara gamblang bahwa merchandise tidak hanya sekadar cendera mata. Akan tetapi, adalah sebuah pinangan yang patut untuk dibesarkan, diasuh-asih layaknya seorang anak, dan dirayakan akan keberadaannya.
Dengan keterlibatan kuratorial, pelapak, seluruh pihak yang terlibat, secara sederhana MMF Sleman telah berhasil memberikan gambaran nyata bahwa merchandise adalah sebuah nyala api yang dapat menghidupi sebuah band melalui karya-karyanya – di samping karya musik.
Merchandise menjadi sebuah garda depan yang menggambarkan sebuah band dan segala unsur di dalamnya.
Merchandise menjadi sebuah ruang temu dan ruang ekspresi para pelaku seni yang dalam proses pengkaryaannya, melibatkan sebuah proses yang perlu diniscayai sebagai sebuah laku yang luhur. Tidak hanya melibatkan band itu sendiri, proses pengkaryaan hingga menjadi sebuah cendera mata adalah sebuah perjalanan panjang yang melibatkan berbagai entitas untuk turut di dalamnya.
Merchandise adalah sebuah proses agung yang hasil wujudnya patut untuk disyukuri dan dirayakan bersama-sama.

Editor: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul: Nein Raka
