Tulisan ini merupakan bagian dari pengarsipan festival cendera mata musik, Music Merch Fest. yang berlangsung di tahun 2023.
KLATEN – Minggu 30 April 2023, pukul 08.00 WIB terdengar suara samar-samar dari mimpi, “Ben tangi Ben, jam wolu [delapan]”. Tentu saja aku langsung terbangun dari tidur kilat, perkiraan 2 jam. Setelah semalam membantu pasang karya dan kebutuhan desain di MMF Sleman.
Lalu mulai merancang alur yang harus dipersiapkan untuk kebutuhan Music Merch Fest Klaten. Langsung tancap gas, setelah mandi. Di perjalanan yang cukup singkat dari Jakal (Jalan Kaliurang) menuju Klaten, memeriksa lagi apa yang kurang. Hanger, stand hanger, pernak-pernik sign, dan menata ulang tata letak. Pekerjaan jika berdasarkan kesukaan tentu saja akan menyenangkan.
Ke tujuan pertama, mengambil stand hanger dan hanger. “Sik dilit ya bro, aku tak makani manuk delo,” ucap pemilik hanger yang akan dipinjam. Aku menyempatkan waktu untuk bermain dengan anjing golden miliknya. Berangkatlah kita menuju Sebelas Coffee Klaten, Venue untuk MMF Klaten 2023.
Memulai mendekorasi ulang penataan arsip pameran berupa kaos band lokal Klaten. Mengurutkan dari nama band, rilisan, lalu tahun. Nyolong sedikit gambaran dekorasi MMF Sleman, melakukan hal yang sama; mengalih fungsikan benda yang ada di sekitar.
Kursi mulai tertata dengan pakaian yang tersusun atas bawah. Mengetik deskripsi yang akan dicetak. Deskripsi cukup penting untuk memberi penjelasan kepada pengunjung bahwa merchandise band bukan hanya sekadar kaos, tapi juga memiliki nilai historis. Itu meliputi siapa yang mendesain kaos, dirilis tahun kapan, hingga kenapa kaos ini bisa terwujud.
Silang Temu Para Penggemar Musik Klaten
Tak terasa menuju sore hari, pengunjung mulai berdatangan. Mulai dari para pelaku musik, penikmat musik, hingga orang-orang umum. Sempat mengobrol tipis-tipis mengenai apa yang akan ditanyakan nanti saat diskusi MMF Klaten.
Obrolan nanti tidak hanya mengobrolkan soal band dan merchandise saja, tapi juga tentang disiplin bermusik hingga seberapa penting peran media sosial mempengaruhi keberlangsungan suatu band.
Sesi diskusi dimulai. Ada 4 pembicara: Amir dari The Jeblogs, Ega Bad Humans, Sabrang Mac Laborn, dan Valen dari Threesame. Pertanyaan dasar seperti umumnya dimulai dengan bertukar kabar lalu perbincangan berlanjut cukup serius seputar band-bandan. Forum diskusi ini cukup menarik perhatian para pengunjung.
Setelah sesi diskusi usai, berlanjut ke presentasi band alias manggung. Dimulai dari band dream pop asal Klaten, Threesame. Membawakan kurang lebih 4 lagu orisinal mereka. Tahun ini cukup menarik, Klaten mulai tumbuh band-band dengan berbagai genre yang berbeda-beda. Ini adalah sejarah baru di Klaten, berdasarkan opiniku pribadi.
Dilanjutkan dengan band rock kegelapan dari Klaten juga, Crownoise, katanya mereka akan merilis album di tahun ini. Kita tunggu saja. Disela-sela keramaian pengunjung pameran hingga penonton pertunjukan, aku berjumpa dengan beberapa para pelaku musik dan gigs.
Obrolan mengenai gigs masa lalu, hingga proyek suatu band ke depannya selalu menarik perhatianku. Harapannya tidak berhenti di sini, tetapi tentang ekosistem yang seharusnya terus berputar. Ada beberapa pengunjung umum yang notice dengan band yang sudah bubar, namun ikut serta merayakan pameran. Tersebutlah, Dream Happy Life, band metal core yang cukup matang di rentang waktu 2012. Kata vokalisnya, band ini bakalan reuni, kita doakan saja terjadi.
Ada juga pengunjung yang menawar kaos yang dipamerkan, Dios De Lavoz, unit hip hop asal Klaten yang sebelumnya bernama Ragamuffin. Sempat hiatus beberapa tahun, hingga tiba-tiba diberitakan minggu depan dari setelah acara ini berlangsung mereka akan tampil di sebuah event dalam rangkaian tour punggawa hip hop asal Bali, Gold Voice.
Sepertinya aku terlalu banyak mengobrol dengan orang-orang hingga aku lupa apa yang sebenarnya aku obrolkan. Faktor utama lebih kebanyakan minum sih. Hingga pada akhirnya aku terbangun saat subuh menjelang di sebuah lapangan tenis yang tidak ada satupun umat manusia. Kehilangan akal sehat, tidak ada motor, handphone entah di mana.
Hingga pagi menjelang, aku lancarkan akal sehat untuk pencarian handphone yang hilang. Ketemu! Cari colokan charger terdekat, mulai mengecek info Whatsapp. Ada banyak sekali pesan masuk. Ah sudahlah, aku lanjutkan sarapan soto dan order transportasi online menuju rumah.
Ada satu hal yang perlu dicatat, merayakan boleh tapi jangan minum kebanyakan, nanti hilang. Hehehe.
Editor: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul dan dokumentasi: Fathan Ardiansyah