Taman Budaya Yogyakarta (TBY) menggelar Workshop & Lomba: Penulisan Artikel Seni dan Budaya. Setelah tuntas pada sesi workshop di hari pertama, TBY kembali melanjutkan kegiatan di hari kedua pada hari Rabu, 17 Mei 2023 lalu.
Dalam diskusi yang dipandu oleh Istifadah Nur Rahma, Taufiq Nur Rachman dan Lisistrata Lusandiana hadir untuk memberikan materi tentang pentingnya literatur dalam penulisan. Referensi pustaka berkaitan dengan metode pengumpulan data, pencatatan, dan pengolahan bahan penelitian. Taufiq menekankan bahwa riset paling ideal adalah penggabungan antara riset pustaka dan riset lapangan.
“Idealnya kita mencari sebuah rujukan atau referensi,” tutur Taufiq membuka diskusi, “Referensi atau literatur tidak melulu buku, tapi juga bisa audio, musik, dan lain sebagainya.”
Menurutnya, melalui referensi pustaka, penulis dapat memperoleh sumber-sumber yang berfungsi sebagai acuan untuk penulisan. Referensi pustaka juga digunakan oleh sebagai sumber ilmu untuk memperdalam konteks topik penulisan. Selain itu, referensi pustaka juga dapat mempengaruhi gaya penulisan.
Dalam melakukan penulisan, terkadang penulis mendapatkan sumber penulisan dari hasil wawancara. Peran riset pustaka adalah sebagai pendukung data yang didapat dari narasumber. Hal ini menjadi penting untuk memverifikasi sumber data yang digunakan agar hasil yang diperoleh akurat dan terpercaya.
Dalam diskusi kedua, Lisistrata membahas tentang pengalamannya dalam menulis. Lisistrata mengungkapkan bahwa proses penulisan tidak tergantung dengan bakat yang dimiliki oleh individu. Menulis tak lebihnya seperti pekerjaan sehari-hari yang biasa dilakukan oleh siapapun.
“Pada dasarnya menulis adalah sesuatu yang biasa aja, mudah, tidak istimewa. Ia sama dengan tindakan sehari-hari, mungkin itu sama seperti kita cuci piring,” ucap Lisistrata mengutip tulisan Mahfud Ikhwan.
Sebagai tindakan sehari-hari, kemampuan menulis juga dapat dipengaruhi oleh bakat seseorang. Bakat adalah suatu hal yang dimiliki oleh semua orang. Bakat bisa muncul dalam berbagai bentuk yang berbeda.
Lisistrata mengungkapkan bahwa dalam belajar menulis, ketekunan, semangat, dan keinginan kadang kala dapat mengalahkan kemampuan bawaan yang dimiliki. Melalui latihan, siapapun dapat mengembangkan keterampilan yang baik dan menunjukan bakat mereka dalam dunia tulis menulis.
“Kadang keinginan dapat mengalahkan bakat,” ungkap Lisistrata.
Menelusuri pustaka sebagai sumber tulisan dan semangat untuk terus menekuni dunia kepenulisan jadi catatan penting bagi setiap penulis. Workshop ini bertujuan untuk mengasah kemampuan penulisan dan memperluas pengetahuan para penulis muda. Workshop ini juga untuk melebarkan pengalaman menulis ulasan kritis dalam bidang seni-budaya.
Setelah sesi workshop selama dua hari selesai dilaksanakan, nantinya akan ditutup dengan lomba menulis artikel. Para peserta yang terdiri dari 50 penulis muda akan mengadu asah hingga terpilih 5 pemenang dan 15 artikel terbaik yang akan dikumpulkan ke dalam buku “Antologi Artikel Seni Budaya”.
Editor: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul: dokumentasi Taman Budaya Yogyakarta