Merantau. Membuktikan. Menikmati Proses.
Feby Putri Nilam Cahyani, atau lebih dikenal sebagai Feby Putri, solois asal Makassar yang banyak diperbincangkan oleh khalayak ramai. Kehadirannya di dalam industri musik membawa warna baru dalam karya-karyanya yang menanamkan makna tersirat dalam kehidupan yang relate dengan kebanyakan orang.
Eksistensi Feby Putri beberapa tahun silam menuai pro dan kontra, karena dianggap tidak punya karya, dan hanya mengandalkan cover lagu orang lain. Namun, banyak juga yang mendukung Feby karena mereka melihat potensi yang ada pada gadis bersuara merdu yang baru saja lulus SMA saat itu.
Keputusan Feby untuk meniti karir di ibukota, terbilang cukup berani. Feby dan kakaknya, Sute Nur Besari, pindah ke Jakarta pada Desember 2018.
“Umur 18 tahun aku nggak tau apa-apa, aku nggak tau industri musik seperti apa padahal aku mau terjun ke industrinya, dan sekarang aku belajar,” ujar Feby dalam interview-nya dengan Menjadi Manusia
Perjalanan bermusik Feby pun tidaklah mudah, dan itu wajar. Sempat bergabung bersama label, tetapi karena berbeda visi, ia memutuskan keluar. Feby dengan yakin menapaki karirnya melalui label independen yang ia dirikan, Bync Records.
Kesabaran dan keseriusan hati Feby dalam menjalani dunianya yang baru ini akhirnya membuahkan hasil yang manis. Single-nya yang bertajuk “Halu” dirilis pada 2019, mendapatkan respon yang luar biasa dari penikmat musik. Jutaan kali ditonton di Youtube dalam waktu cepat diraihnya dalam balutan “penyanyi pendatang baru”. Meski Feby sudah tidak asing dengan angka viewers yang fantastis itu, tetapi ini menjadi spesial dan sangat berarti baginya, karena “Halu” merupakan lagu yang dia tulis sendiri. Menakjubkan!
Siapa yang menyangka kalau gadis yang kala itu masih berusia 19 tahun kala itu, merilis sebuah lagu yang mengangkat tema Skizofrenia?
Skizofrenia adalah gangguan mental yang dapat memengaruhi tingkah laku, emosi, dan komunikasi. Feby dengan cemerlang berhasil menyampaikan pesan yang dia ingin bagikan dengan para pendengarnya, kalau isu-isu mengenai gangguan mental itu perlu diberikan perhatian lebih.
Tentunya, niat yang baik akan selaras pula dengan hasil yang memuaskan.
Kini, “Halu” telah ditonton sebanyak 36 juta kali di Youtube.
Sampai sekarang, di tahun keempat karirnya, Feby tetap konsisten mengangkat isu-isu yang dekat dengan kita.
Feby Putri adalah sosok yang ide-idenya mampu di-visualisasi-kan dengan baik, saya melihat setiap music video-nya sangat dikemas dengan sinematografi yang begitu enak dipandang mata, dan suasana yang terbangun sangat epik. Tidak heran kalau orang-orang menantikan karya-karya berikutnya. Feby menemukan tim yang sejalan dengan pemikirannya.
Lagu berikutnya yang menjadi perhatian saya adalah “Cahaya”.
Wahai cahaya
Harap taklukkan
Gelap yang kerap
Datang Hampiri
Selimuti hari memekik menguasai
Menyemangati diri sendiri kadang sulit dilakukan.
Feby Putri menulis lagu “Cahaya” bukan tanpa alasan, ia menjadikan lagu ini setidaknya sebagai suatu pil yang bisa mengobati hati yang lelah karena tidak memenuhi ekspektasi — baik itu datang dari diri dan orang lain. Feby mengandaikan perasaan itu terhadap kehidupan atlet, dimana dibalik kesuksesan mereka — ada keringat dan darah yang dikorbankan untuk ditukarkan. Caci maki, hinaan, segala rupa yang keluar dari mulut orang-orang, ternyata mempengaruhi mereka, karena, atlet pun juga manusia. Dalam produksi pembuatan video klip, Feby menggandeng atlet senam gimnastik bernama Rifda Irfanaluthfi.
Mungkin banyak pertanyaan yang muncul ketika Feby memutuskan bahwa cabang senam gimnastik yang akan dijadikan latar belakang cerita video klipnya, kenapa nggak sepak bola atau bulu tangkis yang jauh lebih populer?
Alasannya adalah karena senam gimnastik masih kurang mendapat sorotan. Feby juga bercerita kalau kisah Rifda — yang menjadi talent video klip “Cahaya”— punya banyak kesamaan.
Saya hanya bisa takjub melihat ada musisi muda berbakat yang mampu mengangkat isu-isu yang rasanya masih sedikit yang peduli akan hal ini untuk secara serius dijadikan wadah perjuangan melalui karya, terutama musik. Secara nggak langsung, Feby telah membuka mata kita agar lebih luas pandangannya, lebih peka akan yang terjadi di sekitar kita, dan bisa mensyukuri segala sesuatu, baik ataupun buruk.
Semoga, Feby Putri tetap menjadi gadis murah senyum yang berani bersuara.
Tetaplah pegang teguh prinsip Bugis-Makassar: Siri’ na Pacce, Feby!
Editor: Tim Editor Sudutkantin.com