Jogjarockarta Festival 2024, Genderang Festival untuk Tahun yang (Mungkin) Chaos

Jogjarockarta Festival, jadi festival musik pertama di Indonesia pada masa tahun politik 2024 dengan judul “Perseteruan Para Raksasa”.

“Perseteruan Para Raksasa” (terjemahan Klash of Titans) berlangsung hebat pada Malam Ahad di akhir Januari 2024. Megakonser para metalhead yang dipromotori Rajawali Indonesia ini menghadirkan Voice of Baceprot, Death Vomit, In Flames, dan Kreator.

Dua nama terakhir tentu yang membuat pagelaran ini menjadi ditunggu, tapi dua nama awal ini menjadi lebarannya metalhead lebih berwarna. Stadion Kridosono dengan hujan badai yang tak berhenti menggulung sejak band pertama naik panggung ini seperti menjadi penanda bahwa: tahun ini sudah mulai, saatnya kita mulai bertempur!

Jogjarockarta Festival pada 27 Januari kemarin merupakan festival musik pertama di Indonesia di tahun 2024 ini. Bukan Jakarta atau Bandung, Yogyakarta bisa mendahului dua kota yang kerap mengadakan festival musik gede-gedean itu. Menjadi penanda bahwa Yogyakarta tidak bisa diremehkan dalam mengadakan festival musik. Sukses berlangsungnya Jogjarockarta membuktikan kota ini juga selalu dinantikan para pecinta festival musik untuk berkunjung.

Founder Rajawali Indonesia dan CEO Jogjarockarta, Anas Alimi mengungkapkan rasa syukurnya bisa menghadirkan pagelaran musik bertaraf internasional. Meskipun hujan deras terus turun selama pertunjukan berlangsung tidak menyurutkan sedikitpun para pecinta musik cadas. Mereka setia menyaksikan pertunjukan ini hingga rampung.

“Alhamdulillah, kami senang akhirnya kita bisa melewati ini semua bersama, saya salut dengan seluruh penonton, artis, semua kru yang luar biasa. Dengan kondisi cuaca yang cepat sekali berubah saya harap semua bisa merasakan energi positif dari acara ini,” kata Anas pada siaran pers yang dibagikan Ahad 28 Januari 2024.

Jogjarockarta Festival kemarin memang sungguh sial. Perhelatannya diserang hujan lebat sejak band pertama naik panggung. Sontak para penonton yang biasanya memakai kostum hitam-hitam berubah menjadi warna-warni karena jas hujan. Gahar atribut mereka pun berubah menjadi plastik warna mejikuhibiniu.

Stadion Kridosono saat itu menjadi penuh lumpur. Hujan lebat menambah berat saat menikmati musik yang berat. Seperti ada yang marah, hujan lebat tidak berhenti mengguyur sejak sore. Namun hal itu semua tak menggoyahkan nyali metalhead.

Pasukan logam berat bernyali menerabasnya laksana para pahlawan ikut perang. Mereka yang sudah bayar tiket tidak murah memang seperti tidak mau rugi. Mereka setia menyaksikan penampil meski lapangan Kridosono sudah jadi kubangan lumpur. Berdiri di depan stage sembari menikmati sound yang membuat jantung berdegup kencang. Sembari berdansa dan bertubrukan terbawa keras musik yang dimainkan.

***

Para Ukhti dari Garut, Voice of Baceprot (VoB) membuka pertunjukan pada pukul 17.00 tepat. Tanpa adanya pembawa acara, trio Mojang yang selalu memakai pakaian hitam-hitam ini langsung mengakuisi panggung. Mereka membawakan delapan lagu yang ada di album “Retas” yang dirilis 2023 lalu dan satu lagu spesial.

Satu lagu spesial itu adalah cover version Mars Nahdlatul Ulama yang berjudul Syubbanul Wathan karya KH Abdul Wahab Hasbullah. Mereka mengaransemen lagu itu dengan musik rock yang menggelegar. Lagu tersebut ternyata disuguhkan sebagai persembahan untuk harlah NU yang ke 101.

Sebagai band yang dituduh tukang cover, VoB menunjukkan penampilan yang maksimal dengan memainkan lagu-lagu mereka sendiri. Firda ‘Marsya’ Kurnia (Gitar dan Vokal), Widi Rahmawati (Bass) dan Euis Siti Aisyah (Drum) sukses membantah anggapan itu semua. Tampil sekitar sejam, mereka tampil maksimal ditambah visual yang mengambil perhatian. Salah satunya dengan bendera Palestina dengan tulisan “From River To the Sea, Palestine Will Be Free”. Visual tersebut dipakai untuk mengiringi lagu What’s The Holy (Nobel) Today?.

Voice of Baceprot tampil di Jogjarockarta Festival 2024 (dok. Jogjarockarta Festival)

“Tadinya saya agak panik gitu manggung di sini, saya takut di-bully abang-abang skena. Ampun puh, sepuh. Tapi ada berkahnya gitu hujan, jadi pakai jas hujan lihat warna-warni gitu cerah gitu mata. Terima kasih semua yang datang. Yang hujan-hujanan juga datang sore-sore. Terima kasih juga Jogjarockarta, kami VoB, kami berniat bersenang-senang jadi kami harap kalian juga ikut senang,” kata Marsya di atas panggung.

Selepas maghrib, muncul seorang bintang tamu yang tak ada di list. Dia adalah vokalis pertama EdanE, Ecky Lamoh. Rocker lawas ini tampil menjadi pemandu karaoke dipandu oleh Karaoke Kehidupan pimpinan DJ Deni dan DJ Athonk Sapto Raharjo. Sebelum sing a long dengan lagu rock, Host Kiki Pea dan Arsita Pinandita menceritakan throwback perjalanan Jogjarockarta dari tahun 2017 hingga 2023.

Ecky Lamoh feat Karaoke Kehidupan, tampil singkat dengan tiga lagu yaitu Queen – We Will Rock You, Twisted Sister – We’re Not Gonna Take It, dan lagu paling hits dari Metallica yaitu Enter Sandman. Ecky tampil layaknya rocker tua yang enggan pensiun. Pengisi suara pada album pertama EdanE, The Beast ini tampil memakai celana jeans robek-robek, sepatu boots yang bukan Docmart, kalung salib, dan kaos hitam polos ketat yang menampilkan perut buncitnya. Rambut gondrongnya yang mulai menipis tidak bisa membohongi usianya yang beranjak 63.

Dengan suara parau dan berjoget seperti kebanyakan ciu, Ecky Lamoh memang entertainer sejati. Membagikan semangat untuk terus memilih rock sebagai jalan hidup kepada para penonton. “Kita sudah gila, gila karena musik rock,” kelakar Ecky di atas panggung.

Ia ternyata masih mampu bernyanyi dengan baik dengan nada-nada tinggi dari lagu-lagu yang dimainkan. Meskipun banyak part yang ditodongkan microphone kepada penonton, sepertinya ia memang ngos-ngosan. Para hadirin Jogjarockarta dihadirkan seorang yang mewarnai kegelapan rock n roll Indonesia era 90-an.

Death Vomit tampil di Jogjarockarta Festival 2024 (dok. Jogjarockarta Festival)

Selepas adzan Isya’, dedengkot death metal tuan rumah hadir mengakuisisi panggung. Mereka adalah Death Vomit dengan formasi baru sepeninggal Sofyan Hadi. Mereka hadir dengan vokalis yang keluar dari Deadsquad, Agustinus Widi.

Hujan berhenti sejenak kala double pedal dari drum bergemuruh bersama distorsi ganas dari gitar yang menyambar begitu cepat. Raungan vokal growl dari Agustinus Widi langsung mengawali penampilan Death Vomit yang membuka penampilannya dengan membawakan lagu Wings of Wrath.

“Selamat malam Jogjarockarta. Senang sekali kembali bisa berpesta bersama kalian semua di tanah kelahiran kami. Apakah kalian siap berpesta bersama?” sapa Widi kepada penonton.

Penampilan Death Vomit memang seperti ditunggu-tunggu oleh penonton. Apalagi band yang berdiri sejak 1995 ini menghadirkan vokalis baru. Para metalhead juga penasaran ingin menonton formasi yang baru menelurkan single Divine Heretic yang dirilis 30 November lalu. Mereka memainkan beberapa lagu di antaranya Ancient Spell of Evil, Redemption, Decadence of Life, Where The Devil Blessed, dan lagu barunya itu.

Tiga lagu menjelang akhir, hujan deras kembali turun. Setengah di antara penonton kabur ke tenda UMKM di depan panggung. Setengahnya lagi bertahan dengan jas hujan atau rela basah kuyup. Mereka seperti tidak rela sedetikpun untuk menyaksikan pertunjukan, terus moshing walau pulang harus kerokan minum tolak angin. Hujan deras terus mengguyur Kridosono hingga jadwal penampil selanjutnya mundur 25 menit. In Flames pun baru naik panggung pada 21.15.

In Flames memanaskan kembali panggung yang dingin karena badai. Swedish heavy metal band ini tampil setelah panitia dan seluruh tim memastikan kondisi sudah aman terkendali. Hujan yang juga telah terkendalikan menjadi alarm penanda para metalhead untuk kembali ke moshpit.

Anders Friden cs membawakan lagu di antaranya Cloud Connected, Behind Space, Take This Life, dan Everything’s Gone. Mereka tampil tak sampai sejam. Muncul celetukan dari Anders Friden tentang jika hujan-hujan seperti ini mereka akan lebih memilih memasak di rumah. Gojekan yang sepertinya gagal ditangkap para penonton.

In Flames tampil di Jogjarockarta Festival 2024 (dok. Jogjarockarta Festival)

***

Tanpa merendahkan penampil yang lain, para penonton sepertinya paling menunggu penampilan Kreator. Ini terdengar dari obrolan para penonton, atribut yang dipakai, hingga merchandise yang paling laku dijual di booth merchandise official Jogjarockarta.

Banyak di antaranya membahas penampilan Kreator di Jakarta pada awal 2000-an dan penampilannya di Hammersonic pada 2014 lalu. Yang membahas itu tentu para metalhead yang sudah berumur namun enggan dipanggil tua. Yang lebih muda kebanyakan membahas musik hingga album sesepuh trash metal asal Jerman ini.

Kreator tampil pada pukul 22.30 WIB. Sedikit tepat waktu daripada sebelumnya. Sekitar 5000-an penonton yang hadir mulai merapat ke depan. Suasana panggung pun menjadi magis ketika Kreator naik panggung. Mille Petrozza dkk muncul dari belakang panggung dengan cahaya merah tipis lalu terang. Mereka muncul dengan patung setan gundul raksasa setinggi 5 meter di atas panggung.

Empat demit berjubah juga digantung di atas panggung, juga ada dua di kanan-kiri. Permainan sorot cahaya dengan perpaduan semburan api dan semburan efek asap yang ditampilkan membuat penampilan Kreator makin panas. Instalasi panggung yang seperti manifestasi dari lagu mereka yang berjudul Satan Is Real.

Kreator tampil di Jogjarockarta Festival 2024 (dok. Jogjarockarta Festival)

Hate Uber Alles, menjadi gending pembuka pertunjukan Kreator yang tampil selama hampir sejam. Dilanjut dengan tembang-tembang sangar seperti Enemy of God, People of the Lie, Hordes of Chaos, Violent Revolution, 666 – World Divided, dan Flag of Hate. Mille Petrozza seperti tak henti membuat penonton rusuh.

Dari gerakan jari hingga ucapan, ia mengutus para penonton untuk moshing, crowd surf, headbang, hingga membuat lingkaran kematian tanpa henti. Lumpur pun berterbangan dari kaki mereka yang berlarian. Seperti tidak kenal lelah dan keadaan, tampak para logam berat ini menikmati pertunjukan tersebut. Lumpur dan hujan memang bukan penghalang untuk bersenang-senang.

Mengambil tema Perseteruan Para Raksasa, Kreator hadir di Indonesia sepertinya hadir di waktu yang tepat meski di musim yang buruk. Hujan dan panas tidak bisa diprediksi seperti kenaikan harga cabe. Perseteruan Para Raksasa sedang terjadi di Indonesia tahun ini, tahun politik di mana isi beranda media sosial kita dipenuhi drama politik nir gagasan.

Segala kecurangan dan keburukan yang menyelimutinya membuat kita jengah. Megakonser Kreator di penghujung awal tahun ini memang seperti menjadi penghibur dan pengingat bahwa genderang tahun perang ini sudah ditabuh. Yang lemas akan tertindas, yang ditindas akan tergilas. Segera siapkan diri dengan baik, sepertinya tahun ini akan ada pertempuran.


Editor: Arlingga Hari Nugroho
Foto sampul: dok. Jogjarockarta Festival

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Posts