“Wah ada lowongan admin media sosial nih. Sikat ah. Udah kerjaan sehari-hari kalo cuma buka, scroll, dan nyampah di media sosial.”
“Ini kok kontennya seperti ini? Ganti yang lain dong, ga sesuai dengan…..lalala lilili~”
Ekspektasi memang sering kali tak sesuai kenyataan. Mari bersama mengamalkan kalimat ini di setiap fase hidup kita agar rasa kecewa tak sering mampir dalam hati yang rapuh ini.
…
Pikiran apa yang mampir ke benak kalian saat mendengar profesi Social Media Specialist, atau Admin Sosial Media, atau bagaimanapun kalian menyebutnya?
“Enak dong, kerjaannya cuma buka media sosial. Scroll, scroll, dan scroll. Ngandelin jempol doang!”
–iya enak, tapi Malih, ga sekadar buka dan scroll, tapi merencanakan konten, membuat editorial plan konten, nulis caption, jawabin netizen yang sering baik tapi juga kadang ngeselin, dan buat laporan insight. Belum kalo konten diprotes, belum lagi….ah banyak. Ngandelin jempol iya, tapi otak dan hati yang tenang di atas kepentingan jempol semata.
“Santai banget hidupnya Cuma foto-posting-foto-posting aja.”
–woy Bahlul, foto ga segampang itu. Masukin maksud dan tujuan yang pas dengan foto berbeda setiap harinya, lu kira gampang?
“Nyampah doang di Twitter, sepele~”
–ternyata tidak semua sampah patut disepelekan, kak. Karena sampah yang sepele hanya berlaku di akun pribadimu saja.
…
Diriku sudah berteman baik dengan media sosial sejak SD. Mulai dari Friendster, Facebook, Twitter, Path, Instagram, dan media-media sosial yang pernah booming pada zamannya namun tinggal kenangan pada detik ini. Tak hanya sekadar ‘nyampah’, tapi media sosial sudah seperti arena bermain bagi jiwaku yang tak mempunyai terlalu banyak teman ini wk~drama. Maka dari itu, sejak di kolom lowongan pekerjaan ada tertulis “Social Media Specialist”, riang gembiralah hatiku membacanya.
Namun “pekerjaan” tetaplah pekerjaan. Ada deadline, kesalahan, pujian, dan tantangan-tantangan tersendiri yang pada akhirnya menciptakan pelajaran-pelajaran baru. Menjadi orang di balik sebuah akun perusahaan –yang terbilang besar, sama sekali tidak mudah. Ada berbagai kepentingan dan image yang ditunjukkan di sana. ‘Sampah’ yang mungkin sudah kita pikirkan satu hari satu malam pun belum tentu menjadi berharga di sana. Andai memegang akun orang lain bisa seperti memegang akun Iwa K., bebas lepas~ hayo siapa yang bacanya sambil nyanyi?
Selanjutnya, ada dua pilihan; meninggalkan atau menghadapi. Aku memilih menghadapinya. Menghadapi sesuatu yang paling tidak, sudah aku sukai sejak dulu kala. Bukannya di dunia ini jarang ditemukan sesuatu yang cocok 100% dengan kita? Yang ada hanyalah, kita bisa memaklumi dan berkompromi untuk menerima kekurangannya sesuai dengan batas diri kita. Ya, seperti hubungan sepasang kekasih yang tidak pernah seutuhnya cocok, tapi
“aku mencintaimu dengan segala kekuranganmu kok, sayang~ “.
Editor: Arlingga Hari Nugroho
Ngeri kak